Kediaman Shani
1 bulan sudah sejak kejadian waktu itu, Shani benar-benar di buat seperti kehilangan arah. Dia sekarang lebih banyak melamun dan sikapnya berubah dingin. Tidak pernah bersuara jika tidak ditanya, Gracia sampai detik ini juga masih diam, begitu pula dengan para sahabatnya. Shani menyesal namun sayang sudah terlambat.
Pagi ini seperti biasa Shani akan berangkat menuju kampusnya. Begitu juga dengan Gracia, yah sekarang anak-anak SMA itu sudah menjadi mahasiswa.
Di meja makan keluarga Kennal, Shani dan Gracia benar-benar berjarak. Bahkan terkadang Gracia tidak mau ikut sarapan atau makan malam karena malas dengan Shani. Tapi akhir-akhir ini Gracia mulai iba melihat kakaknya yang sekarang, sangat jarang berbicara dan tatapannya menjadi dingin.
"Aku berangkat Yah, bun" ucap Shani lalu beranjak setelah menyalami kedua orang tuanya.
"Kalian mau sampai kapan sih diam-diaman begitu? Tidak baik nak apalagi kalian ini saudara" nasihat bunda Ve
"Maaf ya bun, nanti malam boleh ngumpul diruang keluarga? Ada yang mau Gege sampein sama kalian dan cici" ucap Gracia
"Boleh Ge, nanti ayah akan pulang cepat kalau begitu" jawab ayah Kennal
"Yaudah, Gege pamit ya ayah, bunda"
_____________&____________
Universitas Imdala
Pov shani
Pukul 13.40 Wib, Aku baru saja menyelesaikan kelas terakhirku hari ini. Ku lihat Indah dan Chika masih sibuk membereskan buku mereka, lalu dengan cepat aku keluar kelas meninggalkan mereka. Ya hubungan ku dengan mereka berdua ikut merenggang, bahkan aku juga sudah bodo amat yang terpenting aku sudah berusaha untuk memperbaiki diriku agar ketika aku bertemu dengannya aku sudah lebih baik. Urusan orang lain terserah aku tidak perduli.
Aku berjalan di sepanjang koridor kampusku, sialnya aku malah bertemu dengan orang yang selalu ku hindari.
"Hei Shan, ikut aku yuk" ajaknya setelah kami berhadapan
"Gue mau pulang, minggir" ucapku sedingin mungkin.
Dia nampak kebingungan akan sikapku yang sekarang, karena memang sejak kejadian tempo hari aku selalu mengabaikan lelaki ini.
"Kamu kenapa sih Shan? Kok berubah gini? Aku ada salah ya? Kenapa kamu abaikan panggilan telpon aku, chat aku bahkan setiap aku cari kamu dikampus kamu gak pernah ada. Muthe kangen kamu Shan"
"Sengaja dan gue minta lo jangan temui gue lagi kak, berhenti hubungin gue"
"Shan tunggu, kamu kenapa sih? Jelasin Shan" kak Vian berusaha menghentikan langkahku.
"Gak ada yang perlu gue jelasin lagi, semua omongan gue tadi gue rasa udah cukup jelas kak. Disini gue yang salah, salah karena mau jadi temen lo. Gue salah langkah dalam hal pertemanan kita" setelah mengatakan itu aku pergi meninggalkan lelaki itu.
Aku setengah berlari menuju ke area parkiran, begitu tiba di mobilku langsung ku lajukan mobilku. Sampai tibalah aku di tempat favorit yang baru ku temui setengah bulan yang lalu. Sebuah gedung terbengkalai di pinggiran kota, begitu turun dari mobil aku langsung naik menuju rooftop.
"Hah..." Ku hembuskan nafasku kasar.
"Zeen aku kangen...hukuman kamu berat banget Zeen, kamu berhasil membuat aku sefrustasi ini"
Aku kembali merenungi semua hal yang terjadi di hidupku, awalnya baik-baik saja aku sangat bahagia. Karena berada disamping Zeen adalah sebuah keberuntungan yang ku miliki. Ku tatap foto-foto kami sebelum kejadian itu, foto kami disaat masih mengenakan pakaian putih abu-abu, disana kami terlihat sangat bahagia. Ketika bersama Zeen aku tidak pernah kefikiran hal lain, enjoy menikmati waktu berdua, Zeen juga selalu menomor satukan ku, sikapnya selalu membuat ku merasa menjadi ratu di kerajaannya. Aku pun tersenyum mengingat momen itu kembali.
Pov author
Malam hari di kediaman Kennal...
"Yuk kita makan" ajak bunda Ve ketika Gracia sudah turun dari lantai 2.
"Cici kemana bun?"
"Tumben nanyain Cici Ge?" Tanya Ayah bingung karena mereka sudah perang dingin sejak 1 bulan yang lalu.
"Emmm... Nanya doang yah"
"Cici izin pulang larut tadi Ge" sahut bunda Ve
"Ooohh" acuhnya
Padahal dalam hatinya ia merasa sangat khawatir pada cicinya itu.
"Sudah beberapa minggu ini cici selalu pulang larut malam. Maafin Gege ya ci, disaat cici kesulitan Gege dan teman-teman malah kompak buat jauhin cici. Maaf kami jahat sama cici, kalau enggak gini cici gak akan berubah. Biar ini jadi pembelajaran ya buat cici" batin Gracia
Sedangkan di tempat lain, seorang pria tampan terlihat tengah melihat sebuah video yang sahabatnya berikan. Ia tersenyum melihatnya,
"Udah kali ngeliatnya, ntar dikata gila lagi senyum-senyum sendiri" tegur seseorang
"Eh kak Mpen, sejak kapan disana kak?"
"Sejak kamu senyum senyum gak jelas sambil natap hp itu"
Pria itu tersenyum malu, bingung menanggapi sekretaris sekaligus sudah dianggap kakak sendiri olehnya.
"Zeen, mau sampai kapan kamu hukum dia? Kasihan tau dia jadi sosok yang berbeda sekarang" ucap Feni yang sudah tau apa yang terjadi pada hubungan adiknya itu.
"Entahlah kak, takut dia akan mengulanginya lagi. Jujur Kepercayaan Zeen belum sepenuhnya kembali kak"
"Yasudah terserah kamu, oh ya tadi kakak dapat laporan dari orang suruhan kita. Katanya Shani masih di gedung itu Zeen tidak biasanya dia disana sampai jam segini loh"
"Biarkan saja kak, peringati orang kita untuk selalu awasi kak Shani, jangan sampai dia kenapa-napa. Jaga dia sampai dia tiba di rumahnya" titah Zeen
Yah walaupun dia marah dan kecewa, tapi rasa cintanya pada Shani sudah sangat besar. Dia hanya akan menghukum Shani berharap orang yang di cintai begitu dalam itu sadar. Dia selalu memerintahkan orang untuk selalu menjaga Shani dari kejauhan.
Bahkan teman-temannya sering mengiriminya video Shani ketika tidak sengaja mereka melihat Shani didekat mereka. Seperti video yang tadi Zeen tonton, video Shani yang benar-benar menjauhi mantan kekasihnya.
Yah, saat kejadian di koridor kampus, ternyata tanpa sengaja Gito dan Oniel berada tak jauh dari mereka, melihat Shani yang acuh membuat Gito dan Oniel langsung memvideokannya untuk diberikan pada Zeen. Jujur saja mereka semua tidak rela jika Zeen dan Shani harus berpisah hanya karena orang gak penting seperti mantan Shani itu.
.
.
.
.
Pukul 11 malam Shani nampak baru saja turun dari gedung itu. Matanya nampak sedikit bengkak karena sedari tadi menangis. Segera dia menaiki mobilnya dan melaju dengan kecepatan sedang.
Di perjalanan tiba-tiba HP-nya berdering, saat hendak mengangkatnya Hp itu malah tak sengaja terjatuh. Shani langsung menunduk hendak mengambilnya, namun tanpa Shani sadari di depan sana ada bahaya yang mengintainya.
Tiiiiiinnnnnnn.....
Suara klakson yang amat nyaring itu langsung membuat Shani yang tadinya masih sibuk mencari HP-nya kini langsung mengangkat kepalanya. Dan dengan cepat sebuah truk itu melaju kearahnya, hingga....
Pranggggg.....