Rizan, seorang penulis pendatang baru yang kisahnya dipenuhi misteri. Baru-baru ini banyak yang berteori bahwa cerita yang ditulisnya merupakan kisah cinta di masa lalu. Akan semakin banyak orang yang dibuat penasaran jika Rizan tak mengungkapnya.
Sebuah telepon di pukul lima pagi yang ternyata membawanya pada puncak kepopuleran.
Rizan atau kerap di sapa Izan oleh para pembacanya. Sebetulnya pemuda ini tidak banyak menerbitkan karya, dia hanya punya satu buku novel berjudul 2.160 hari yang hingga kini sudah cetak ulang belasan kali. Rizan kerap aktip di media sosial dengan jutaan pengikut, membagikan kata-kata puitisnya disertai Poto tampan yang ampuh membius kaum hawa. Karena kepopulerannya itu pun, Rizan kerap ditunjuk sebagai brand ambassador fashion hingga produk skincare.
Namun, efek samping dari ketenarannya itu membuat Rizan akhir-akhir ini tidak leluasa berkeliaran di luar. Akibatnya, Rizan hanya sering berdiam diri di kontrakan kecil seharga lima ratus ribu per bulan. Di temani Hendi yang sudah menjadi teman sejatinya sejak menjadi karyawan pabrik.
Rizan memang menyukai terkenal, tetapi terkenal bukanlah keinginannya."Apa, saya pensiun saja, ya jadi penulis? Rasanya bosan terkenal tapi tidak bebas melakukan apa pun," ujar Rizan yang sedang lupa dengan konsekuensi menjadi terkenal.
"Kau bukan hanya seorang penulis, tetapi sudah jadi artis," kata Hendi yang pekerjaannya mengatur jadwal kesibukan Rizan. Sebetulnya pekerjaan Hendi yang sesungguhnya adalah menolak tawaran-tawaran yang menawari Rizan bermain film. Bos-nya ini memang bodoh, kadang Hendi merasa heran karena bos-nya sering bilang, "seharusnya bukan saya yang ada di posisi ini."
"Saya baru masuk TV dua kali, itu pun diundang acara gosip tanpa kamu memberitahu. Masa sudah jadi artis? Sementara saya saja tidak punya karya di bidang seni peran," Rizan masih menyimpan kekesalan pada Hendi yang dulu mengiyakan tawaran acara gosip itu, terbukti dari tatapan matanya yang berkilat-kilat.
"Mereka menawarkan mu banyak peran, tapi kamu selalu bilang pada saya agar menolak semuanya. Saya heran."
"Kamu 'kan tahu, seharusnya bukan saya yang berada di sini."
Ucapan Rizan hanya membuat Hendi mengembuskan napas lelah. Lagi-lagi dia berkata begitu. Hendi tahu apa yang bos-nya maksud, tapi itu sudah lama sekali, sudah seharusnya Rizan tidak mengingatnya lagi.
"Saya rasa ketenaran ini adalah bonus untukmu, Rizan," kata Hendi kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
2.160 hari |Jeongwoo - Minji
Teen FictionSeorang penulis yang meninggal dunia sebelum mempublikasikan karyanya. "Tentang kamu yang raganya telah pergi. Yang begitu bersemangat menginginkanku abadi."