Kembali ke sekolah (bagian 2)

10 0 0
                                    

Baru saja Rizan hendak bernapas lega karena dapat berimajinasi dengan tenang usai sekolah bubar,eehh, pak Kus kus datang.

"Pak Kus kus ada urusan apalagi sama saya?" Tanya Rizan.

"Sudah menjadi tugas saya untuk menemani mas Rizan berkeliling." Pak Kus kus bahkan menunjukkan senyumnya, wajahnya yang seram sangat tidak cocok menampilkan ekspresi ramah.

"Bapak udah tahu nama saya juga."

Pak Kus kus terlihat menahan tawanya, "sudah mas, pak Dudin yang cerita, beliau bilang pemuda yang di samping saya ini dulunya tukang manjat pohon mangga. Sebutannya si bajing luncat (tupai lompat)."

Aduh Rizan jadi malu. Julukan itu sepertinya akan tetap melekat sampa ia beranak pinak.

2022

"Itu, tuh Zan yang sebelah kiri."

"Yang mana?" Dengan alat bantu sebilah galah, Rizan nemplok di pohon mangga dekat ruang guru.

"Uduhh, masa gak kelihatan, sih!!" Sementara dari bawah ada Dini yang sibuk mengarahkan telunjuknya, menuntun Rizan memetik buah yang layak makan.

"Pegel tangan aing, Din."

"Bajing luncat, itu tuh yang di sebelah kiri elo buahnya udah matang pas." Ujar Zul, duduk manis di bangku koridor.

Rizan salah memetik buah, membuat beberapa temannya berteriak kecewa. "Yaaaaah, ini mah terlalu muda, aseeem."

"Bawel Lo! Enak tahu di cocol sambel rujak." Sahut Rizan dari atas pohon

"Siapa yang mau nyambel nya?" Seru Dini.

"Zul, bantuin gue dulu, maen langsung makan aja! Sini naek sama aing!"

"Iya, nih kayak cewek duduk doang!" Dini mendorong sebelah bahu Zul.

"Kalian masih belum selesai petik buahnya?" Kata Sanari yang baru keluar dari ruang guru. Biasa sehabis konsultasi dengan pak Zaki untuk lomba membaca puisi yang akan digelar dalam waktu dekat.

"Udah turun, Zan! Ini udah cukup kayaknya." Titah Dini.

"Kalian yakin itu buahnya bakal di makan habis?" Kata pak Dudin keluar dari ruang guru.

"Bapak mau pak?" Dini menawarkan sopan.

"Boleh atuh, bapak ambil tiga aja."

"Emmmh, kebaca. Kalau bukan minta ngapain tiba-tiba keluar dari ruangannya." Zul berbisik julid ke telinga Rizan.

"Kalau mau bikin sambelnya, kalian bisa pergi ke dapur kantor. Bikinnya agak banyakan, sekalian," kata pak Zul diakhiri tawa kecil.

"Ini maksudnya perintah, San?" Dini berbisik pada Sanari.

"Kalau gituh, saya sama Zul ijin masuk ya pak," ujar Rizan langsung masuk bersama Zul ke ruang guru.

Hanya tinggal sebatas kenangan. Rizan hanya bisa tertawa getir ketika mengingat bahwa Zul dan Sanari sudah pergi dari dunia lebih dulu.

*****

Ada aku

Jika yang biasa adalah cinta
Jika bersama adalah fana
Temukan aku pada mimpimu saja

Jika yang manja adalah sempurna
Namun sempurna tak ada
Panggil lah aku saat lelah mu saja

Jika yang indah adalah asmara
Sedangkan cemburu datang sebagai penguat percaya
Jemput lah aku pada setiap kesibukan dunia
Untuk menjadi teman disetiap mimpi yang ada
Untuk menjadi wadah dari segala lelah
Untuk menjadi manusia yang bisa kau percaya.

2.160 hari |Jeongwoo - MinjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang