Sepayung berdua

8 1 0
                                    

"kita searah kan, ya? Gue boleh ikut?"

Hari Sabtu, pukul empat sore, usai kegiatan ekstrakurikuler hujan turun lebat, bahu Sanari dan Rizan basah akibat ditetesi air. Keduanya berteduh di gubuk kecil seberang sekolah.

"Emang, Lo gak bawa motor?" Tanya Sanari, suaranya berpadu dengan hujan.

"Masih berobat motornya,"

"Tapi, aku juga gak bawa payung."

"Yah," kedua bahu Rizan merosot.

"Tunggu hujannya reda." Sanari mengikuti Rizan, menengadahkan sebelah tangannya, menggenggam tetesan air itu hingga menjadikan tangannya basah. Cipratannya dapat Sanari rasakan menghujam wajah, itu ulah Rizan yang sengaja menyipratkan sisa air di tangan, iseng sekali.

Rizan tertawa geli menyaksikan raut kedinginan yang terlihat di wajah lembab Sanari. Siapa sangka gadis itu membalas perbuatannya. Jadilah mereka perang-perangan air hingga baju seragam menjadi basah. Tetapi dua insan itu tak perduli, mereka hanya membagi tawa sampai-sampai jatah kebahagiaan di hari itu habis tak bersisa.

"Jadi basah kan bajunya," gerutu gadis berkulit putih itu.

"Basah dikit, San." Tidak sampai membuat baju putihnya jadi menerawang, kok.

"Kalian belum pulang?" Seru mang ... Dari lantai dua rumahnya, hendak mengeringkan baju.

"Belum, mang!" Jawab Rizan dengan suara lantang. "Keburu kejebak hujan badai, angin ribut, halilintar."

"Di sini ada payung, mau pinjam?" Tawar mang ...

"Dari tadi, kek mang nawarin nya, sekarang udah terlanjur menggigil."

"Mau gak?"

"Anterin atuh ke sini!" Rengek Rizan. Diam-diam Sanari tersenyum penuh arti.

"Siapa yang butuh? Samperin lah ke sini, cuman lima langkah."

"Ambil, gih," ujar Rizan, melirik Sanari.

"Oke," bodohnya Sanari menurut, padahal ia bukan budak cowok itu.

Saat jatuh cinta akal sehat kadang gak sinkron sama hati. Pikiran bilangnya, "mau banget, San di suruh, biarin aja lah dia ambil sendiri." Tapi ya, lihat lah langkah apa yang Sanari ambil sekarang.

Mang ... Sudah menyambut di pintu rumah, "ini payungnya, tapi cuman ada satu."

"Gak apa-apa, mang. Saya kembalikan besok, ya." Sanari mengambil payung berwarna ungu itu. Ukurannya sedang, pasti cukup digunakannya berdua.

"Santai aja, kan setiap hari juga ketemu," kata mang ...

"Kalau gitu, saya duluan ya mang."

"Iya, cepet pulang kalian nanti pada dicariin orang tua, ini udah jam setengah lima," seru mang ...

Sepayung berdua? Waw! Ini judul bab cerita paling indah untuk lembaran kisah romansa remaja SMA. Sanari mengingatnya, ia menandai deskripsi ini dengan stabilo warna hijau neon. Bagian terfavorit yang akan lebih sering ia kunjungi. Pikirannya mencatat, lalu disimpan di rak memori yang paling spesial. Hatinya berbunga-bunga, meski langit mendung nyatanya berdua bersama Rizan di naungi payung ungu berhasil membuat hati Sanari secerah musim semi.

"Payungnya cuman satu, Zan," ujar Sanari begitu di dekat Rizan.

"Cuman satu? Wahhh! ..." Rizan ingin protes, tapi mulutnya keburu dibungkam Sanari, gadis berambut sebahu itu membekap mulutnya.

"Jangan! Udah sukur dia mau minjemin, mang ... pasti butuh juga makanya gak dipinjemin semua."

Rizan menoleh pada Sanari membuat gadis itu langsung menjauh kan tangannya usai mendapat tatapan tajam yang dilayangkan Rizan, sadar akan tindakannya yang sudah lancang Sanari jadi malu sendiri.

2.160 hari |Jeongwoo - MinjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang