Katanya anak pertama diumpamakan sebagai elemen air, dan anak kedua diumpamakan oleh elemen api. Secara perumpamaan, Sanari dan Rizan serasi, mereka akan saling meredam sebagaimana api yang tidak bisa membakar lautan. Seperti bumi dan langit yang berperan saling menyayangi, mereka serasi tapi bukan berarti harus disandingkan bersisian. Lagi pula, perumpamaan tidak dapat menjadi patokan untuk menentukan serasi atau tidaknya satu pasangan.
Andai Rizan mempunyai mesin waktu yang dapat ia kendarai untuk kembali ke masa lalu, ia akan langsung memakainya detik ini juga. Ia akan memanfaatkan setiap momen kecil yang terjadi antara dirinya dan Sanari dulu sebagai ajang pendekatan. Takdir tidak bisa diubah paling tidak dia akan menjadi teman yang selalu ada bagi Sanari sebelum gadis itu mengembuskan napas terakhir. Paling tidak ia ingin mendengarkan setiap rencana Sanari perihal cita-cita nya. Sekarang yang ia rasakan hanyalah penyesalan karena hanya dapat mengamati runtuyan cita-cita itu lewat tulisan.
Kalau aku ada pada dunia yang aku ciptakan sendiri, maka kamu akan menjadi satu-satunya manusia yang akan aku pilih untuk menemani disetiap pergantian fajar ke senja.
"Selamat ulang tahun, Rizan Maulana Senja." Ucapan selamat ulangtahun dari Sanari.
Itulah adegan yang terlintas di pikiran. Aku membuatkan mu kue, memberikannya sebagai kejutan, kemudian kita rayakan hari kelahiran mu bersama-sama.
Tatapan teduhnya menatapku setelah usai meniup lilin. Kamu tidak mengucapkan apa-apa, hanya saja jantungku berdebar hebat meski hanya mendapatkan perlakuan itu. Meski saat itu, aku cemburu karena lain hal.
Rizan sedang berpelukan dengan Dini sekarang, meski lebih tepatnya Dini yang memulai pelukan.
"Lo gak cemburu mereka pelukan?" Sanari bertanya pada Zul yang kini sudah berstatus pacarnya Dini.
Zul sebetulnya cemburu, tetapi mulutnya berkata lain, "Gimana ya, biarin aja lah mereka kan temen."
"Mau di potong gak nih kue nya?" Sanari bermaksud mengurai pelukan yang terasa menyesakkan ketika dilihatnya.
Pelukan terurai, Dini nyengir kuda, "Gak sabar banget ya pengen makan kue nya."
"Gue pikir kue nya cuman buat gue aja," ujar Rizan bercanda.
"Kita yang beli masa Lo yang makan, enak dong?" Imbuh Zul mengeluarkan kater dari dalam ranselnya.
"Sini! Biar pak bos yang potong." Rizan mengambil alih kater yang dipegang Zul.
"Gue mau yang gede ya, Zan,"
Rizan membaginya rata, ia memotong kue bulat itu menjadi empat bagian.
Di depan warung yang tutup, keempat manusia itu duduk saling berhadapan merayakan ulang tahun Rizan Maulana Senja yang jatuh pada tanggal 17 November 2022.
Selamat merayakan pertambahan usia. Semoga tetep menjadi manusia yang taat pada ibu, bapak, dan tetap menjadi manusia dengan kepribadian seperti biasa.
Sanari menepuk lengan Rizan dengan jari telunjuknya hingga pria itu menoleh. Ia membuka rel sleting ransel yang menempel di punggung pria itu, lantas memasukan kado berbentuk tabung.
"Buat, Lo," lirih Sanari pelan.
Rizan mengerutkan kening, heran dengan cara yang ditunjukkan Sanari ketika memberinya hadiah. Atau gadis itu memang menyukai sesuatu yang diam-diam. Yang jelas kesannya sekarang Rizan kayak lagi menerima hadiah dari selingkuhan.
"Oiiyy! Ngomongin apa Lo berdua?" Dini menyadari gerak-gerik kedua temannya, matanya memicing. "Hayool?!"
Keduanya diam. Sanari tampak tersipu sedikit, sementara Rizan, dia langsung mengalihkan pembicaraan. "Lo berdua gak ngasih hadiah buat gue?"
"Doa aja, itu lebih manjur dari pada apa pun," ujar Zul.
"Asal beneran aja kalian ngedoain nya, jangan cuman bacot doang," balas Rizan.
"Kue ini kita belinya patungan lho, jadi anggap aja hadiah dari kita."
Sampai di rumah, Rizan menjadi tidak sabar ingin segera membuka kado ulang tahun dari Sanari tadi. Tangannya baru saja akan merobek kertas kado bergambar bunga-bunga itu, tapi seruan sang kakak menghentikannya.
"Ini kue apa, Zan?" Kakak perempuan satu-satunya muncul dari balik pintu.
Rizan kaget karena kakaknya itu muncul tanpa aba-aba, dengan terburu-buru ia memasukkan kembali kadonya ke dalam tas.
"Makan aja, sisain buat mamah sama bapak."
"Lo kenapa? Mukanya sampai kaget banget begitu. Sembunyiin sesuatu, ya?!"
"Udah sana! Keluar, keluar!" Rizan menyeret paksa kakaknya keluar. Selanjutnya ia juga mengunci pintu kamar.
Kalau dipikir-pikir ngapain juga ya dia bersikap begitu. Padahal biarin aja dong kakak nya tahu soal kado ulang tahun yang lagi dia buka, kan tinggal bilang aja kalau itu dari temen. Ngapain disembunyiin.
Oh, ya isi kadonya adalah sepasang kaos kaki panjang sebetis berwarna hitam. Rizan memakainya setiap ke sekolah hingga bagian ibu jarinya bolong.
Kembali ke masa kini ketika Rizan termenung, duduk bersila di atas kasur dengan pulpen dan buku di hadapannya.
Kalau dipikir lagi, Sanari yang paling banyak berjasa semasa sekolahnya. Itu memang kejadian di masa lampau, tapi ingatannya tengah sangat giat memutar masa-masa itu.
"Sekarang ada razia, buat yang gak pakai kaos kaki sama dasi langsung di kasih hukuman bersihin WC," ujar pak kepala sekolah yang bahkan langsung turun tangan menghadapi bocah-bocah yang tidak taat aturan.
Setiap satu Minggu sekali, SMA Terbit Terang akan melakukan razia secara mendadak, dalam tujuh hari itu tidak ada yang tahu di hari apa pak kepala sekolah akan melakukannya.
"Heh, cewek ada yang punya dasi dua gak? Aing minjem." Bisik Rizan pada area cewek-cewek.
"Sorry nih, dasi gue yang satunya lagi gak dibawa." Balas Dini.
"Rizan! Tangkep nih," Sanari melempar satu dasi nya ke arah Rizan. Dasi itu selalu ada dalam tasnya sebagai cadangan.
Rizan buru-buru mengenakannya, sebelum pak ... menghampiri bangkunya.
Kejadian itu bukan hanya terjadi sekali dua kali, tapi setiap kali razia. Rizan jadi keenakan karena Sanari selalu meminjamkan dasinya. Hingga Sanari ada di titik jengkel dan memutuskan mewariskan dasi itu pada Rizan.
"Buat, Lo aja dasi nya. Pakai terus tiap hari! Jangan di simpan di rumah."
"Kalau gitu, gue nitip di tas Lo aja, deh."
"Sama aja bohong dong!" Sebetulnya Sanari tidak merasa keberatan sama sekali, ia malah merasa sebaliknya karena ada alasan untuk bisa lebih banyak berinteraksi dengan Rizan.
Rizan tersenyum menampakkan deretan gigi-giginya yang kecil. Satu ekspresi yang paling Sanari suka.
Mereka seolah tercipta untuk saling melengkapi kekurangan satu sama lain. Rizan punya kesusahan ada Sanari yang siap sedia dengan seratus satu cara rahasia. Ya,mungkin perumpamaan mereka lebih tepat diumpamakan sebagai Doraemon dan Nobita yang saling membantu sebagai teman bukan pasangan.
Sekarang mulai lebih banyak orang yang penasaran dengan sosok Sanari Maharani yang sebenarnya, juga hubungannya dengan Sanari di masa lalu. Apa sekarang Rizan harus mengungkap semua cerita.
Cerita bahwasannya dia hanya perantara bagi karya tulis Sanari. Apa orang yang dulu menyukainya akan berubah menjadi orang yang menghujatnya jika semua itu terungkap.
Atau Rizan tetap diam saja.
Jika Sanari ada, apa yang akan gadis itu lakukan?
***
Kasih pendapatnya tentang cerita ini dong🥺
KAMU SEDANG MEMBACA
2.160 hari |Jeongwoo - Minji
Fiksi RemajaSeorang penulis yang meninggal dunia sebelum mempublikasikan karyanya. "Tentang kamu yang raganya telah pergi. Yang begitu bersemangat menginginkanku abadi."