Semoga tuhan berikan aku hidup lebih panjang lagi untuk membahagiakanmu.
~Alvino
Kheira menatap malas pemandangan yang berada di depannya. Gadis itu menyender di punggung bangku dengan tangan yang dilipat dada. Ia menoleh menatap Alvin yang sepertinya menikmati suasana taman di tengah malam ini.
"Lo nggak bosen apa? Ngeliatin langit mulu?" tanya Kheira dengan nada cetus. Alvin menggeleng sebagai jawaban.
"Bintangnya banyak. Cantik."
Kheira mendelik, menatap arah yang menjadi titik pusat fokus Alvin sedari tadi. "Lihat, Khei, buka hati lo untuk melihat keindahan alam dan merasakan ketenangan malam," ucap Alvin sambil tersenyum.
Kheira menampar pelan wajah Alvin. "Nggak usah senyum-senyum lo, hawa udah dingin. Jangan bikin gue tambah merinding. Senyum lo menakutkan tau nggak?" ucap Kheira.
Alvin mendatarkan wajahnya. "Lo nggak bisa di ajak romantis dikit napa? Dari tadi nggak senang banget lo kalau sama gue."
Kheira bergidik ngeri. "Romantis? Bareng lo? Sorry, gue bukan cewek yang digombalin dikit langsung mleyot. Najis."
"Karena lo nggak tau gimana rasa cinta yang sebenarnya, Khei. Hidup ini sebenarnya penuh kebahagiaan, cuma kita aja yang kurang bersyukur dan selalu pandang sisi negatif dalam hidup. Coba aja kalau lo berpikir positif sama orang-orang sekitar lo, lo pasti bahagia karena hal positif itu," ujar Alvin.
"Terus kalau gue mau dibunuh sama orang gue harus berpikir positif sama orang itu. Terus gue harus nunggu dibunuh dulu baru gue sadar?" tanya Kheira.
Alvin menatap Kheira kesal. "Nggak gitu konsepnya bego! Lo gimana, sih? Pikiran positif tentang hidup itu bukan berarti lo harus nyerah sama keadaan!"
"OOO ... Gue emang nggak pernah nyerah kok. Cuma, ya. Gitu deh, mental gue yang nggak kuat. Hehehe." Kheira terkekeh hambar.
Alvin menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Cowok itu bingung, kemana arah pembicaraan ini sebenarnya.
"Lo tau? Gue udah pernah buka hati untuk seseorang dan juga gue udah pernah jatuh hati sejatuh-jatuhnya sama dia. Tapi apa? Dia malah khianatin kepercayaan gue, dia malah selingkuh sama sahabat gue. Apa gue masih bisa percaya sama cowok?" Kheira terkekeh. "Gue rasa enggak, sekalipun itu lo. Gue udah nggak mau masuk ke lubang yang sama. Saat cinta gue besar untuk cowok, cowok itu malah ngecewain gue."
Alvin tertegun. Ia bingung apa yang harus ia katakan. "Nggak semua cowok, Khei. Semua cowok itu mau punya pasangan kayak ibunya, yang bersikap dan bersifat sama seperti ibunya. Dia akan cinta sama lo ketika lo mengingatkan dia akan wanita yang paling tinggi di hatinya. Walaupun nantinya lo menjadi orang kedua setelah ibunya, setidaknya cinta itu nggak akan pernah berpaling."
Kheira menatap Alvin, kini tatapannya berubah teduh. Entah kenapa, ia sangat sensitif jika berbicara tentang cinta. "Setiap orang itu pasti punya fase capek. Gue tau. Lo pasti capek sama mental lo yang kadang nggak baik-baik aja. Lo capek sama cinta yang sering gagal dalam hidup lo. Mulai dari papi lo sendiri dan terakhir Adrian. Gue harap gue bukan orang yang akan nyakitin lo kedepannya."
"Lo ngingetin gue sama bunda. Lo sama kayak bunda. Gue bisa ngerasain kasih sayang dan cinta seorang perempuan yang tulus kepada seseorang. Ketulusan memang tak selalu di balas ketulusan. Tapi ada masanya ketulusan cinta yang lo punya dibalas tulus sama seseorang."
"Yang penting." Alvin menunjuk dadanya. "Hati lo nggak mungkin pernah bohong. Begitu juga dengan gue, gue nggak pernah bohong."
Alvin menyelipkan rambut Kheira ke belakang telinganya. Cowok itu mendekatkan bibirnya dan berbisik di telinga Kheira. "Gue cinta sama lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI NAKAL PAK KETU
Teen FictionAuthor: Yeyen0801 "Lo tau nggak apa yang paling gue benci di dunia ini?" "Gue tau, Khei. Tapi gue nggak-" "Gue paling benci pengkhianat, Al! Gue paling benci sama yang namanya cinta. Kalau emang dari awal lo benci dan nggak setuju sama pernikahan i...