"Bun, aku tak sama dengan anakmu yang lain. Ternyata walaupun begitu, cintamu masih tetap sama. Terbagi untuk adik-adikku namun tak terhingga."~Adrian.
“Makan yang banyak, Yan.”
Bunda Syifa menaruh nasi dan beberapa lauknya ke atas piring yang berada di hadapan Adrian.
Adrian tersenyum canggung. Suasana rumah Bunda Syifa terasa asing baginya. Bahkan perlakuan hangat Bunda Syifa sudah asing baginya. Dari sepuluh tahun yang lalu, Adrian tak lagi merasakan yang namanya kasih sayang dan kehangatan keluarga.
Apakah ia pantas untuk mendapatkannya kembali? Berpisah dari sang bunda membuatnya hilang arah, bahkan kasih sayang seorang ibu yang ia harapkan dari ibu tirinya tidak ia dapatkan.
Adrian menunduk dalam, rasa sesak menjalar di seluruh dadanya. Jiwanya yang hampir mati serasa dihidupkan kembali. Hatinya yang terasa padam menerang seolah dihidupkan kembali.
Keinginannya sangat sederhana. Adrian butuh kasih sayang, Adrian butuh pelukan, Adrian butuh perhatian. Apakah sesulit itu orang-orang memenuhi keinginannya?
“Nggak usah cari masalah kamu! Kalau kamu belum membereskan rumah jangan harap kamu bisa makan masakan saya.”
Dulu, jangankan di suapi. Diizinkan makan saja Adrian sudah sangat bersyukur. Tekanan batin dan lelah fisik dirasakan oleh Adrian kecil yang penuh luka tersebut. Berjalan di atas luka yang di siram oleh air lemon. Perih, dan sakit yang tak terkira.
Cowok itu menatap dalam wanita yang melahirkannya tersebut. Wanita yang bertanggung jawab dalam membawanya ke dunia. Ia tau, setengah mati Bunda Syifa memperjuangkan hak asuhnya. Tangis wanita itu ketika meninggalkannya. Memori itu berputar ketika melihat senyum hangat yang wanita itu tunjukkan.
“Bun ...,” lirih Adrian menatap Bunda Syifa.
Bunda Syifa menoleh ke arah Adrian. Wanita itu menarik kursi dan duduk di samping anaknya, menatap penuh hangat sang anak yang lama tak ia jumpa.
“Bunda yang bawa aku dan Vino ke dunia. Tapi kenapa cuma Vino yang bahagia?” tanya Adrian.
Tatapan Bunda Syifa berubah sendu. Ia mengelus rambut hitam putra sulungnya tersebut. “Mempunyai Rian dan Vino adalah anugerah terbesar buat bunda. Kalian anak-anak bunda, anak yang membuat bunda mendapatkan gelar seorang ibu untuk pertama kalinya. Bunda sudah mati-matian memperjuangkan kamu dan Vino. Namun, Papa kamu berhasil mengalahkan bunda dalam sidang itu. Kamu, adalah tanggung jawab papa kamu.”
Adrian membuang muka ke arah lain. Makanan yang berada di depannya tidak ia lirik sedikit pun. Semenjak pertemuan di taman tadi, bunda mengajaknya ke rumah ini.
Erlangga datang. Ia menatap Bunda Syifa yang tampak mengelus rambut Adrian. Bocah itu mengepalkan tangannya karena cemburu.
“Bunda! Ngapain pegang kepala dia? Nggak boleh!” seru Erlangga melompat ke pangkuan Bunda Syifa.
Bunda Syifa dan Adrian sontak menatap bocah itu. Erlangga menatap tajam Adrian yang menatapnya. Ia cemburu, kemarin Alvin yang mengambil bundanya, sekarang cowok yang ia temui di taman juga mengambil bundanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI NAKAL PAK KETU
Novela JuvenilAuthor: Yeyen0801 "Lo tau nggak apa yang paling gue benci di dunia ini?" "Gue tau, Khei. Tapi gue nggak-" "Gue paling benci pengkhianat, Al! Gue paling benci sama yang namanya cinta. Kalau emang dari awal lo benci dan nggak setuju sama pernikahan i...