BAB 24: KERA DAN ROKI

362 18 1
                                    

“Cewek itu butuh kepastian dalam hubungan. Kalau memang lo anggap dia sebagai sahabat, setidaknya jangan diberi harapan. Giliran nanti dia cari yang baru lo yang nyesel.”
~Rissa Ananda


"Heh, kok lo ngelamun, sih?" tanya Jesi membuyarkan lamunan Rissa. "Nih, juga. Pada ngelamun aja lo berdua," ucap Jesi kepada Kheira.

Jesi kesal kepada 2 sahabatnya itu. Sedari tadi dua cewek itu hanya melamun sambil mengaduk-aduk jus yang berada di depan mereka dan tidak ada pembicaraan antara mereka. Itu membuatnya bosan. "Cerita dong! Nggak asik banget lo berdua," gerutu Jesi.

Kheira dan Rissa tersenyum canggung. "Anni nyusul gue ke toilet tadi pagi," ucap Kheira. Gadis itu menundukkan kepalanya, menatap jemarinya yang masih mengaduk-aduk jus jeruk yang berada di depannya.

"Terus dia bilang apa sama lo sampai lo nangis?" tanya Jesi. Jesi menyeruput teh es-nya, menunggu jawaban dari Kheira atas pertanyaannya.

"Andai aja Annisa nggak nikung lo dulu, pasti dia masih ngumpul di sini bareng kita-kita," ucap Rissa. Jesi mengangguk setuju.

"Kalau Annisa nggak nikung gue, gue juga nggak tau tentang sifat aslinya Adrian. Andai dulu gue nggak mergokin mereka, gue nggak tau hidup gue akan gimana sama tukang selingkuh kayak Rian," ucap Kheira menopang dagunya dengan tangannya.

"Kita sama-sama nggak beruntung akan cinta, Bestie. Jesi putus sama Janson, lo di selingkuhin sama Adrian. Sedangkan gue? Gue di gantungin terus," ujar Rissa tertawa hambar.

Jesi tertawa kecil sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Bukan lo yang di gantungin, tapi lo merasa digantungin. Kenzie aja nggak ada tanda-tanda suka sama lo kok," ucap Jesi.

Rissa merubah raut wajahnya sedih. "Mungkin emang gue yang terlalu berharap, dia nggak suka sama gue, tapi gue ngerasa kalau dia suka sama gue," ucap Rissa.

Kheira tersenyum. "Kalian sama-sama suka. Tapi, nggak ada dari kalian yang berani nyatain perasaan."

Rissa menggeleng. "Mungkin aja Kenzie udah punya gebetan, 'kan? Masak cewek yang nembak duluan? Lucu lo!"

"Iya, nih. Teman gue nggak ada yang benar. Yang satu gamon sama mantan yang satu lagi nunggu kepastian. Enggak benar lo berdua," ejek Kheira.

"Gamon? Apa itu gamon? Makanan sejenis apa itu? Atau sejenis hewan?" tanya Jesi membuat sahabatnya tertawa.

"Udahlah! Kita emang nggak beruntung soal percintaan. Lo juga, sih, Jes. Udah tau Janson orangnya cemburuan, lo malah dekat sama si Andhika," ujar Rissa.

Jesi menggeleng tak terima. "Gue nggak dekat sama dia, dia itu pelatih gue dalam eskul basket. Janson aja yang berlebihan."

"Bukan masalah berlebihan atau enggaknya, Jes. Lagian siapa juga yang nggak cemburu kalau kayak gitu. Gue curiga jangan-jangan lo emang nggak cinta sama Janson dari awal," ujar Rissa diam-diam gadis itu menghidupkan rekaman suara dari ponselnya.

"Bapak lo botak! Gue masih sayang kok sama dia, gue juga cinta sama Janson. Kata siapa gue nggak sayang? Gue nggak cinta?" ujar Jesi tak terima.

Kheira dan Rissa sama-sama menatap Jesi dengan tatapan menggoda. Jesi yang tersadar dengan ucapannya pun mengatupkan bibirnya. Sementara Rissa diam-diam mengirim rekaman itu ke nomor Janson.

"Senang lo berdua gitu? Tapi ada yang lebih sakit, sih, daripada gamon sama mantan."

"Apaan tuh?"

"Digantungin sama orang yang lo suka. Di bilang dia suka sama lo, padahal tatapannya emang gitu sama semua orang!" Jesi dan Kheira tertawa melihat Rissa yang terdiam karena tersindir.

"Emang sahabat lucknut lo berdua, ya! Lihat aja kalau sampai gue jadian sama Kenzie, bengong lo berdua!" ujar Rissa dengan kesal.

Kheira dan Jesi semakin tertawa melihat wajah kesal Rissa. "Santai, Kawan. Kita do'ain Kenzie nggak gantungin lo lagi," ujar Jesi masih mengejek Rissa.

“Iya, Ris. Gue do'ain Kenzie nggak punya gebetan lain,” ejek Kheira tertawa kecil.

"Tau akh, kesal!" sentak Rissa membuka ponselnya dan mengabaikan sahabatnya yang tertawa.

***
“Lo ngapan kesini, sih?” tanya Kheira dengan kesal saat Alvin mengajaknya ke sebuah taman bunga.

“Lo, 'kan, lagi sedih. Makanya gue bawa kesini mana tau sedih lo hilang, di sini nyaman tau,” ujar Alvin mendudukkan tubuhnya di rumput.

“Ish! Siapa yang lagi sedih, sih? Ketemu sama Annisa doang nggak bikin mental gue down,” bantah Kheira ikut duduk di samping Alvin.

Kedua remaja yang terikat tali pernikahan itu duduk sambil memandang sekeliling taman yang tampak ramai. Mereka duduk sambil memeluk kaki mereka. “Nggak enak di sini, terlalu ramai,” celetuk Kheira memandang tak suka ke sekelilingnya.

“Kalau mau sepi, ya, ke kuburan aja sana.”

“Nanti aja kalau udah waktunya,” ucap Kheira membuat Alvin menatapnya.

“Pamali ngomong yang enggak-enggak kayak gitu, hidup lo masih panjang,” ujar Alvin.

Kheira tertawa kecil. “Gue juga belum siap mati, sih. Yang gue pikirin itu lo, mana tau lo pergi duluan, 'kan?”

“Gitu aja terus. Do'ain orang yang enggak-enggak. Lo pikir gue nggak mau capai mimpi gue dulu?”

“Paling mimpi lo cuma main game doang,” ejek Kheira menatap Alvin remeh.

Kheira tersentak saat tangan Alvin tiba-tiba merangkulnya. “Mau bahagiain lo sama keluarga kecil kita nanti.”

“Kalau gue nggak mau gimana?” tanya Kheira menatap Alvin. Tatapan mereka bertemu dengan jarak wajah yang begitu dekat, bahkan Kheira bisa merasakan hembusan nafas Alvin.

“Kok gitu?” tanya Alvin.

Kheira menjauhkan wajahnya dari Alvin saat merasa jantungnya tidak aman. “Soalnya gue mau service Roki dulu,” ujar Kheira berdiri dari duduknya.

Alvin mendesah kecewa, baru saja ia ingin menghabiskan waktu dan bersikap romantis, Kheira malah seperti menghindarinya. “Roki lebih penting soalnya,” ujar Kheira berjalan meninggalkan Alvin.

“Roki, Kera, Roki, Kera. Dua motor itu aja yang aja dipikiran lo,” gumam Alvin sebal. Cowok itu juga berdiri dari duduknya dan berjalan mengikuti Kheira.

***


"Al, tau nggak? Rissa kasian banget, ya? Digantungkan terus sama Kenzie. Dia kayak lagi nunggu kepastian banget," ucap Kheira ketika ia dan Alvin sedang berada di kamar.

Alvin yang sedang rebahan di sofa panjang itu hanya mendengarkan saja, ia sangat fokus dengan ponsel yang berada di tangannya. "Si Ken itu punya cara sendiri buat nyatain cintanya."

"Kapan? Sampai kapan Rissa nungguin dia yang nggak ada kepastian. Lama-lama Rissa punya cowok lain, jadi sadboy juga lagi teman lo," ujar Kheira yang duduk di ranjang.

"Ya mau gimana lagi? Itu urusan si Ken, gue males ngomong sama tembok, yang ada gue di julidin lagi," ucap Alvin.

Kheira mendengus sebal. Cewek itu sangat bosan sekarang, Alvin sama sekali tidak bisa mengisi kebosanannya. "Al, ke sirkuit, yuk! Gue mau liat orang balapan," ujar Kheira.

"Nggak. Besok sekolah, lagian gue yakin lo nggak akan sekedar nonton nanti di sana. Kheira memutar bola matanya malas. Kenapa Alvin bisa tau isi pikirannya?

"Gue ngajak lo, bukan minta izin sama lo. Kalau lo nggak mau ikut, gue pergi sendiri aja," ujar Kheira berdiri dari duduknya. "Bosen banget gue di sini," lanjutnya.

"Bilang aja mau jalan," sindir Alvin membuat Kheira menatapnya tak terima. "Mending liat sirkuit daripada jalan nggak jelas," balas Kheira.

Alvin duduk. Cowok itu memasukkan ponselnya ke dalam celana panjang di pakainya. Cowok berkaos putih polos tersebut berdiri dan mengambil jaket serta kunci mobilnya.  Sementara Kheira hanya bengong menyaksikan apa yang dilakukan Alvin.

"Katanya mau ke sirkuit? Ayok!" ujar Alvin membuat Kheira tersadar.

"Seriusan?" Mata Kheira berbinar. "Lo mau nemenin gue ke sirkuit?"

Alvin menatap datar istrinya. "Mau ke sirkuit atau mau ke taman aja?" tanya Alvin.

Kheira menggeleng. "Nggak ada yang menarik di taman. Mending ke sirkuit aja. Yuk!" Kheira segera bangkit, gadis itu menyambar jaket hitam kesayangannya dan juga memakai sepatu hitamnya.

"Kayak mau ke kuburan aja lo, serba hitam," ujar Alvin melirik Kheira yang sedang memakai sepatunya.

"Iya, soalnya lo mau dikubur bentar lagi," ucap Kheira membuat Alvin melototkan matanya. "Dosa lo, do'ain suami yang jelek-jelek."

Kheira tertawa kecil. "Nggak, bercanda gue. Masak gue jadi janda muda? Kan nggak lucu," ujarnya berjalan ke arah Alvin.

"Ayok, mana tahu ada cowok ganteng disana," canda Kheira menarik lengan Alvin. "Iya, mana tahu juga ada cewek cantik," balas Alvin membuat raut wajah Kheira berubah menjadi horor.

"Hehehe ... Bercanda doang. Istri gue udah cantik ngapain cari cewek lain?”

Bukannya salting, Kheira malah bergidik geli saat Alvin menggombalinya.

***

Alvin dan Kheira berdiri di pinggir jalan, menyaksikan peserta balap liar yang sebentar lagi akan dimulai. Alvin berdiri di samping Kheira sambil melipat tangannya. Cowok itu merasa bosan, namun tidak dengan Kheira. Sejak tadi, senyum terus saja merekah di bibir gadis itu.

"Hallo, Queen!" sapa Rey berjalan ke arah Kheira. Mereka bertos ria. "Hai, Rey."

"Seminggu ini gue nggak lihat lo di sini, kemana aja?" tanya Rey. Tanpa sengaja pandangan cowok itu melirik seorang pria yang berada di samping Kheira.

"Abang lo, Queen?" tanya Rey menunjuk Alvin.

"Gila lo Abang gue. Kalau gue bawa abang gue yang ada bubar lo semua dari tadi," ujar Kheira tertawa kecil. "Berarti pacar dong?" tanya Rey.

Kheira tersenyum canggung. "Biasa," balasnya.

Rey mengangguk-angguk. "Btw, lo nggak ikut balapan, Queen? Terakhir balapan, lo sama Adrian malah nggak sampai finish kemarin," ujar Rey.

"Nggak sampai finish? Bukannya Adrian yang menang?" tanya Kheira bingung. Rey tampak mengangguk, "Lo sama Adrian emang nggak balik, gue kira kalian udah pulang karena permasalahan kalian selesai."

Kheira menggeleng. "Gue nggak tau, yang gue ingat gue jatuh terus pingsan. Bangun-bangun gue udah sampai rumah," ujarnya.

'Yaiyalah sampai rumah, orang gue yang nyelamatin,' batin Alvin memutar bola matanya malas. Kheira dan Rey masih berbincang-bincang di tengah keramaian tersebut.

"Sirkuit gimana? Aman? Nggak ada masalah atau kena razia, 'kan?" tanya Kheira. Rey mengangguk dan mengacungkan jempol sebagai jawaban.

"Semenjak lo balapan sama Adrian, Adrian jadi sering ikut balapan di sini," ucap Rey memberi tau. Kheira melebarkan bola matanya. "Serius lo?"

Rey menganguk. “Biasanya dia datang. Tapi, entah kenapa hari nggak kelihatan. Dan juga dia taruhan sampai puluhan juta. Tapi, dia nggak pernah rugi, soalnya nggak pernah kalah."

"Kenapa lo biarin dia ikutan, sih?" tanya Kheira nyolot. Rey menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Mau gimana lagi, Queen? Setiap peserta nggak ada larangan buat ikut, 'kan?" ucap Rey dengan hati-hati.

Kheira memutar bola matanya malas. "Serah lo deh."

“Ngapain lo nanya-nanya Adrian? Mau selingkuh?” tanya Alvin ditengah-tengah percakapan Kheira dan Rey.

Kheira tertawa kecil. “Selingkuh? Ngapain selingkuh sama mantan? Lo nggak orang cemburuan kayak Janson, 'kan?” tanya Kheira.

“Jangan sama-samain gue sama kutu kupret itu. Gue lebih ganteng soalnya.” Alvin menyugarkan rambutnya ke belakang.

Khiera berdecak. “Dahlah, Rey. Gue nonton sama lo aja. Hari ini gue absen balapan dulu. Males banget gue di sini sama dia,” ucap Kheira menunjuk Alvin.

Rey mengangguk. Cowok itu mengikuti langkah Kheira yang berpindah tempat untuk melihat balapan motor yang akan dimulai sebentar lagi.

Bersambung ....

ISTRI NAKAL PAK KETUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang