Jasper kaget ternyata itu adalah ibunya. Brisia memasuki ruangan dan memeluk Jasper dengan erat, bertanya apa yang terjadi padanya. Jasper menunjuk Faraz, sambil menjelaskan bahwa Farazlah yang membuatnya kesakitan.
Brisia menatap tajam Faraz, mencoba memahami situasi yang sedang terjadi. Jasper kemudian menunjukkan tangannya yang membengkak dan memerah kepada Brisia. Brisia terkejut dan bertanya, "Oh, Jasper, bagaimana ini bisa terjadi?"
Jasper dengan tegas menjawab, "Tentu saja, Faraz, Mom." Brisia berbalik dan menatap tajam Faraz. Ia mengatakan bahwa Faraz telah melukai anaknya, dan sebagai konsekuensinya, Faraz tidak akan diberi ijazah. Faraz terkejut mendengar hal tersebut.
Namun, Kayla, guru BK, segera merespons dengan tegas bahwa hal itu tidak bisa dilakukan. Brisia dengan sikap tegasnya menyatakan bahwa sebagai pemilik sekolah, ia memiliki kuasa untuk mengambil keputusan tersebut.
Sambil menuding Kayla, Brisia berkata, "Tentu saja bisa, Bu Guru. Aku adalah pemilik sekolah ini dan kau hanyalah guru BK."
Brisia kemudian berbicara dengan suara tenang, memberitahu Jasper bahwa ayahnya akan segera datang. Jasper mengangguk dan menatap Faraz dengan senyuman kemenangan.
Namun, segera setelah itu, Faraz langsung berkata pada Brisia, "Maaf, Tante. Aku sudah menjalani sekolahku selama enam tahun di sekolah ini. Apakah mungkin aku tidak diberikan ijazah hanya karena masalah kecil ini?"
Brisia tertawa dan berkata, "Oh, tidak mungkin, Faraz." Brisia melihat ke arah Yovela, anak pertamanya yang sedang duduk di tepi ruangan. Ia menyuruhnya untuk mengobati tangan Jasper.
Yovela dengan sigap mendekati Jasper dan mulai mengobati tangannya. Namun, Jasper melihat wajah Yovela yang terlihat tidak ikhlas saat mengobati tangannya.
Jasper tidak bisa menahan rasa penasaran dan bertanya, "Kenapa, Yovela? Mengapa kamu tidak ikhlas?"
Yovela menjawab dengan berbisik, "Bukan itu, tapi seharusnya jika ada masalah, kamu tidak perlu langsung melaporkannya kepada orang tua. Kamu terlalu manja."
Kayla memandang Faraz dengan tatapan penuh penyesalan, lalu berkata sambil berbisik, "Maaf, Faraz. Aku tidak bisa membantumu."
Faraz mengangguk mengerti, tetapi hatinya dipenuhi rasa sedih karena tidak mendapatkan ijazah yang diinginkannya. Ia merasa kecewa dengan dirinya sendiri karena masalah ini terjadi.
Tiba-tiba, sebuah mobil berwarna hitam dengan logo bertuliskan huruf "S" tiba-tiba muncul.
Dari dalam mobil keluar seorang pria yang ternyata adalah ayah dari Jasper dan Yovela, Ozias. Ozias datang dengan sikap dingin dan tatapan tajam yang membuat suasana semakin tegang.
Brisia menjelaskan dengan hati-hati apa yang telah terjadi. Ozias terkejut mendengar penjelasan tersebut dan menatap tajam Faraz. Dalam keheningan yang tegang, Jasper menjelaskan lebih lanjut tentang kejadian tersebut.
Ozias melihat tangan Jasper yang membengkak dan memerah, dan dengan penuh kekhawatiran ia bertanya, "Apa yang terjadi dengan tanganmu, Jasper?"
Yovela, yang sedang mengobati tangan Jasper, terdiam dan tidak melanjutkan tindakannya. Suasana semakin tegang dengan kehadiran Ozias, dan semua orang menunggu dengan ketegangan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Jasper menjawab dengan suara yang terdengar lemah, "Faraz memegang tanganku dan tiba-tiba terasa panas yang membuatnya membengkak seperti ini."
Ozias mengernyitkan keningnya, mencoba memahami situasi yang rumit ini. Ekspresinya mencerminkan kebingungan yang mendalam. Ia merasa ada yang tidak beres dan memutuskan untuk memanggil Faraz.
KAMU SEDANG MEMBACA
FARAZ
RandomCerita ini mengisahkan tentang seorang anak laki-laki bernama Faraz yang terbangun dari mimpi menakutkan. Dia bercerita kepada ayah angkatnya, Fauzul, tentang mimpi tersebut dan pertanyaan-pertanyaan yang menghantuinya. Mereka berdua mencoba mencari...