BAB 18 : CINCIN TRACKER

47 42 0
                                    

Faraz melihat langkah kaki Fayyad menjauh, dan dengan cepat, ia memindai tiketnya. Pintu ruangan terbuka lebar, memperlihatkan ruangan yang menakjubkan di dalamnya.

Dengan penuh keterpukauan, Faraz melangkah masuk, dan pintu pun tertutup dengan lembut di belakangnya.

Di dalam ruangan, Faraz terpesona dengan keindahan dan kecanggihan kapal sekolah Zelementech di dalam ruangan.

Ia melihat sekeliling dengan kagum yang tak terkira. Namun, pandangannya teralih saat ia melihat seorang laki-laki berkacamata yang sebaya dengannya, sedang duduk dan meminum air dari botol.

Tak terduga, Faraz spontan berteriak, "Kau tidak berpuasa ya!" Suara teriaknya membuat laki-laki itu terkejut, dan dengan tiba-tiba, air yang sedang diminumnya masuk ke saluran pernapasan, membuatnya tersedak.

Wajahnya memerah, dan matanya terlihat kesulitan melalui kacamata yang dikenakannya.

Faraz menuduh laki-laki itu, "Oh, jadi kau memanfaatkan ruangan tertutup ini untuk minum ya?"

Laki-laki itu menggeleng, menunjukkan bahwa bukan itu yang sedang terjadi. Dia mencoba untuk berbicara, tetapi tampaknya dia mengalami kesulitan.

Faraz berkata, "Barang siapa yang sengaja membatalkan puasa maka..." Namun, laki-laki itu memotongnya dengan menarik nafas dan mengatakan, "Aku non-Muslim."

Faraz merasa terkejut ketika mendengar laki-laki itu mengatakan bahwa ia bukan seorang Muslim.

Tapi Faraz mencoba untuk tetap tenang dan duduk di kursi di depan laki-laki itu. Ia ingin meminta maaf atas kata-katanya sebelumnya.

"Maaf, aku tidak bermaksud untuk..." kata Faraz, namun laki-laki itu memotongnya dan mengatakan bahwa tidak apa-apa.

Mereka saling bertatap muka, dan Faraz melihat dengan jelas tanda-tanda bahwa laki-laki itu adalah orang Tionghoa, dengan matanya yang sedikit sipit.

Faraz yang tertarik dengan keberagaman budaya, memutuskan untuk mengajukan pertanyaan kepada laki-laki tersebut, "Kamu orang Cina ya?"

Kael dengan ramah menjawab, "Aku lahir di Indonesia, kakek saya asli orang Cina, dan ayah saya juga lahir di sini."

Faraz mengangguk paham, "Oh, jadi kamu keturunan Chindo rupanya." Kael mengangguk, dan dengan ramah, ia menjulurkan tangannya sambil memperkenalkan diri, "Kael Zhen."

Faraz menyambut tangan Kael dengan senang hati, "Sarfaraz Zahir." Saat melihat rambut pirang Faraz, Kael dengan rasa ingin tahu yang besar tak bisa menahan diri untuk bertanya, "Kamu bule ya?"

Faraz mengangguk sambil tersenyum, "Iya, aku memang keturunan dari orang tua bule." Kael pun semakin penasaran dan ingin tahu apakah Faraz keturunan dari ayah atau ibunya.

Namun, Faraz menggelengkan kepala dengan lembut, membuat Kael bingung. Dengan jujur, Faraz menjelaskan, "Orang tua ku membuang ku di gua lima tahun yang lalu. Saat itu, aku masih kecil dan pikiranku belum terlalu jernih. Jadi aku tidak mengingat wajah kedua orang tua ku."

Kael merasa sangat terkejut mendengarnya dan dengan tulus meminta maaf atas pertanyaannya sebelumnya, "Maaf, membuatmu sedih dengan pertanyaanku tadi."

Namun, Faraz dengan senyum yang tulus menjawab, "Tidak apa-apa, Kael. Aku sudah melupakan masa lalu itu dan fokus pada masa depan yang lebih baik."

Rasa ingin tahu Kael tidak bisa dihentikan, dan ia terus bertanya, "Terus kamu tinggal bersama siapa sekarang?"

Dengan tetap tersenyum, Faraz menjawab, "Aku ditemukan oleh Abi, ayah angkatku. Aku merasa sangat bersyukur bisa dipertemukan dengannya. Bahkan, aku bisa sekolah di tempat yang mahal seperti ini karena dia. Padahal, aku bukan anak kandungnya. Walaupun pekerjaan Abi ku hanya sebagai petani dan peternak, aku sangat berterima kasih padanya."

FARAZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang