BAB 10 : TEKA TEKI HIDUP FARAZ

201 166 6
                                    

Di malam hari yang sunyi, Faraz dan Fauzul baru saja menyelesaikan sholat Isya di masjid. Kini mereka berada di rumah, dengan Fauzul duduk di depan televisi, sedangkan Faraz berada di kamarnya.

Dengan tatapan kosong, Faraz memandangi jendela sambil memegang pecahan benda yang ia temukan di gua beberapa waktu lalu. Pikirannya dipenuhi dengan teka-teki hidupnya sendiri.

"Apakah orang tuaku masih hidup?" gumam Faraz dalam keheningan kamar. Ia merasa ada keterkaitan antara pecahan benda misterius itu dengan masa lalunya. Rasa ingin tahu membuncah dalam dirinya.

"Apa yang sebenarnya terjadi dengan tanganku? Apakah ada hubungannya dengan kekuatan atau energi yang aku miliki?" tanya Faraz pada dirinya sendiri, mencoba mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang menghantuinya.

Pikiran Faraz dipenuhi rasa ingin tahu, terutama mengenai misteri di seputar ayah Yovela. "Apa sebenarnya yang terjadi pada ayah Yovela? Apakah ada sesuatu yang tersembunyi dalam hidupnya?"

Faraz bertanya-tanya dengan keinginan yang tak terpuaskan untuk mengetahui. Dia juga tidak bisa menghilangkan pertanyaan tentang orang tua kandungnya sendiri.

"Mengapa mereka meninggalkan aku di dalam gua? Aku ingin tahu alasan di balik tindakan mereka," terus dipikirkannya.

Namun, pikiran Faraz tidak hanya tentang dirinya sendiri. Dia juga bertanya-tanya apakah dia akan diterima di Sekolah Zelementech, terutama dengan Zayden, salah satu techlegacy di sana, yang tidak menyukainya.

"Apakah aku akan bisa masuk ke Sekolah Zelementech meskipun Zayden tidak menyukaiku?" tanya Faraz dengan perasaan campur aduk.

Dia juga ingin memahami apa yang membuat Zayden begitu sombong dan haus kekuasaan. "Mengapa Zayden terlihat begitu sombong dan selalu merasa lebih unggul dari orang lain?" tanya Faraz pada dirinya sendiri, mencari alasan di balik sikap superior Zayden.

Di tengah kegelisahan dan rasa ingin tahunya, Faraz berharap bisa mengungkap peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Zayden yang membentuknya menjadi orang yang dia sekarang. Apakah ada pengaruh yang memengaruhi perilakunya?

Pertanyaan-pertanyaan ini terus menghantui Faraz, dan dia bertekad untuk menemukan jawabannya.

Tangan Faraz gemetar saat ia dengan hati-hati memegang pecahan tajam tersebut, rasa sakit yang tiba-tiba menusuk membuatnya terkejut.

Dengan refleks, ia melepaskan benda itu dan merasakan jari telunjuknya yang terluka. Sambil menghisap darah yang keluar, ia terdiam dalam pemikiran yang mendalam.

Ia merasa bahwa ada sesuatu yang lebih dalam terkait dengan pecahan benda itu.
Dengan semangat yang membara, Faraz meninggalkan kamarnya dan melangkah menuju ruang TV.

Di sana, Fauzul sedang menikmati acara favoritnya. Faraz tidak bisa menyimpan kegembiraannya dan dengan antusias ia berteriak, "Abi, Abi, Abi, aku tahu!" Suaranya yang penuh semangat membuat Fauzul terkejut.

Ia duduk di samping Fauzul dan berkata, "Pecahan ini pasti terkait dengan luka lamaku. Lihatlah betapa tajamnya benda ini, Abi. Aku yakin ini adalah sesuatu yang pernah digunakan oleh orang tuaku."

Ia memberikan pecahan benda itu kepada Fauzul sambil menunjukkan bekas luka di pergelangan tangannya.
Fauzul yang penasaran, memeriksa pecahan benda tersebut dengan seksama.

Setelah beberapa saat, ia menjawab dengan keyakinan, "Sepertinya kamu benar, Faraz." Namun, Fauzul melanjutkan, "Bekas luka di pergelangan tanganmu, apakah itu mungkin merupakan inisial dari orangtuamu atau bahkan inisial mu sendiri?"

Faraz terdiam, merenungkan kemungkinan-kemungkinan yang ada. Apakah inisial itu memiliki arti penting dalam mengungkap misteri di balik pecahan benda itu?

FARAZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang