Hari Minggu telah tiba. Tempat pendaftaran sekolah Zelementech dipenuhi dengan kerumunan siswa yang antusias.
Faraz berdiri tegak di antara mereka, wajahnya penuh semangat dan senyum tak terbendung.
Ekspresi kegembiraan dan rasa syukur terpancar dari wajahnya karena dia berhasil diterima di sekolah impian, Zelementech.
Sekarang, dia siap memulai perjalanan baru yang menarik di sekolah barunya. Faraz melihat sekelilingnya dengan penuh semangat, mencoba mengenali wajah-wajah baru yang akan menjadi teman dan sahabatnya di sekolah.
Suasana di sekitarnya begitu hidup dan penuh energi, dengan suara tawa dan obrolan para siswa yang saling mengenal.
Dia merasa antusias dan tak sabar untuk bergabung dengan mereka, menjalani pengalaman belajar yang menarik di sekolah Zelementech.
Akhirnya, tibalah saatnya Faraz untuk mendaftar ulang. Faraz melangkah masuk ke ruangan pendaftaran dengan perasaan campur aduk antara gembira dan gugup.
Begitu masuk, ia melihat seorang pria duduk di sana, mengenakan seragam sekolah Zelementech.
Pria itu menyapa Faraz dengan senyuman ramah dan berkata, "Halo, Sarfaraz Zahir. Silakan duduk." Senyum Faraz tidak bisa disembunyikan saat ia duduk.
Pria tersebut, yang memperkenalkan dirinya sebagai Riaz Aariz, mengucapkan selamat kepada Faraz, "Selamat, Sarfaraz Zahir! Kamu diterima di sekolah Zelementech! Bayangkan saja, ada ratusan orang yang ingin mendaftar, dan kamu termasuk seratus dua puluh siswa yang beruntung diterima!"
Rasa bangga dan syukur memenuhi hati Faraz. Ia merasa bangga atas pencapaiannya dan bersyukur atas kesempatan ini.
Riaz kemudian melanjutkan, "Ngomong-ngomong, nama saya Riaz Aariz. Panggil saja Kak Riaz."
Faraz mengangguk dengan senang, merasa beruntung memiliki Kak Riaz sebagai mentor di sekolah baru ini.
Riaz melihat Faraz dengan senyum, memberinya kepastian bahwa berkas pendaftarannya sudah lengkap dua minggu yang lalu, dan yang perlu dilakukan sekarang adalah membayar biaya sekolah di Zelementech, termasuk seragam, perlengkapan, makanan, dan biaya lainnya.
Faraz mengangguk, memahami instruksi tersebut. Ia mengeluarkan sebuah tas kecil dan memberikan amplop tebal kepada Riaz, membuat Riaz semakin penasaran.
Tertarik dengan isi amplop tersebut, Riaz bertanya apakah Faraz tahu jumlah uang yang ada di dalamnya.
Faraz menggelengkan kepala dan menjawab, "Uang ini diberikan oleh, Abi ku, dan saya tidak berniat menghitungnya."
Riaz mengangguk paham dan dengan hati-hati membuka amplop tersebut, menggunakan teknologi canggih untuk menghitung uang dengan cepat.
Sementara itu, Faraz terkagum-kagum melihat teknologi yang digunakan oleh Riaz untuk menghitung uang dengan begitu efisien.
Setelah Riaz selesai menghitung uang dalam amplop, ia memberitahu Faraz bahwa jumlah totalnya adalah enam puluh juta rupiah, sementara biaya pendaftaran di Zelementech adalah lima puluh juta rupiah.
Dengan hati-hati, Riaz menyimpan lima puluh juta rupiah tersebut di dalam tempat penyimpanan uang yang canggih, sementara Faraz dengan penuh perhatian mengambil sepuluh juta rupiah yang diberikan oleh Riaz dan menyimpannya dengan hati-hati.
Faraz menatap Riaz dengan penuh keyakinan dan mengangguk mantap. "Tidak masalah bagiku. Aku siap untuk menjalani perjalanan ini," jawabnya tegas.
Ia ingin membuktikan dirinya dan menghadapi segala tantangan di sekolah Zelementech.
KAMU SEDANG MEMBACA
FARAZ
RandomCerita ini mengisahkan tentang seorang anak laki-laki bernama Faraz yang terbangun dari mimpi menakutkan. Dia bercerita kepada ayah angkatnya, Fauzul, tentang mimpi tersebut dan pertanyaan-pertanyaan yang menghantuinya. Mereka berdua mencoba mencari...