BAB 12 : PERJALANAN MENYEGARKAN DI DESA

159 132 8
                                    

Fayyad menatap Faraz dengan mata yang penuh tekad. Setelah sejenak, ia tersenyum dan tertawa, lalu berkata, "Aku tahu kamu hanya bercanda, Faraz. Tapi memang benar, aku tidak peduli siapa orangnya, termasuk kamu." Keduanya saling tersenyum dan memutuskan untuk melupakan masalah tersebut.

Tiba-tiba, Fayyad merasakan kebutuhan untuk buang air kecil. Ia bertanya kepada Faraz di mana letak kamar mandi.

Faraz menunjuk ke arah dapur, di mana Fauzul sedang sibuk memotong ikan. Dengan ramah, Faraz mengarahkan Fayyad ke kamar mandi.

Setelah Fayyad masuk, Faraz berpaling ke arah Fauzul dan bertanya apakah ada yang bisa ia bantu.

Fauzul menjawab bahwa tidak ada yang perlu ditolong, namun ia menyarankan agar Faraz mengajak Fayyad jalan-jalan keliling desa.

"Mungkin kamu bisa mengajak adik Fayyad keluar sejenak, menghirup udara segar desa ini," saran Fauzul dengan senyum. Faraz setuju.

Fayyad keluar dari WC dan berkata kepada Fauzul, "Oh, ternyata Abi sudah habis mandi ya?"

Fauzul tersenyum dan berkata, "Kamu tidak ingin ikut Faraz jalan-jalan di desa ini?" Fayyad terdiam sejenak dan langsung setuju, "Boleh, Faraz. Ayo pergi jalan-jalan." Faraz dan Fayyad pamit dan pergi keluar.

Faraz dan Fayyad keluar dari rumah, siap untuk menjelajahi desa yang menawan ini. Matahari bersinar terang, memberikan sinar hangat pada sekeliling.

Mereka berjalan-jalan di sepanjang jalan, menikmati pemandangan dan suara-suara ramai di sekitar.

Saat mereka berjalan, sinar matahari terik memancar dari langit biru, menyebabkan Faraz dan Fayyad merasakan panas yang tak tertahankan.

Keringat mengalir di dahi mereka, menandakan betapa panasnya cuaca hari itu. "Cukup panas ya, Faraz?" ujar Fayyad sambil mengusap keringat di dahinya.

Faraz mengangguk setuju, "Iya Kak, sudah jam 10 jadi matahari sedang di puncaknya." Fayyad berpikir sejenak, mencoba mencari solusi untuk mengatasi panasnya cuaca.

Kemudian, dia mengusulkan, "Mungkin sebaiknya kita jalan-jalan di sore hari saat udaranya lebih sejuk."

Faraz yang merasa tertarik dengan ide itu, bertanya, "Emang Kak Fayyad tidak pulang sampai sore?"

Fayyad tersenyum dan dengan ramah menjawab, "Kalau aku bermalam di rumahmu, apakah boleh?"

Faraz yang senang mendengar itu, dengan antusias berkata, "Tentu saja boleh! Aku senang sekali kalau Kak Fayyad mau bermalam di rumahku."

Saat mereka melanjutkan jalan-jalan santai mereka, Fayyad tak bisa tidak membandingkan desa ini dengan kota sibuknya.

"Cukup menarik melihat betapa berbedanya segalanya di sini di desa," katanya sambil kagum melihat rumah-rumah tradisional dan kesederhanaan sekitarnya.

Ketika Fayyad dan Faraz melanjutkan perjalanan santai mereka, mereka terpesona dengan kehidupan yang berbeda di desa ini.

Mereka melihat rumah-rumah tradisional yang indah dan merasakan kesederhanaan sekitarnya.

Mereka berjalan melewati tetangga-tetangga yang ramah, yang sibuk dengan aktivitas sehari-hari mereka.

Suara riang anak-anak yang sedang bermain dan aroma harum masakan rumah mengisi udara, menciptakan suasana yang nyaman dan hangat.

Tiba-tiba, Hani, tetangga Faraz, memanggil nama Faraz dengan riang. Mereka berdua menoleh ke arah Hani, namun tatapan Hani justru tertuju pada Fayyad.

Fayyad bingung dengan tatapan Hani, sementara Faraz bertanya dengan penuh keingintahuan, "Ada apa, Bu Hani?"

FARAZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang