BAB 4 : MISTERI DI BALIK KEJADIAN ANEH

249 206 15
                                    

Tiba-tiba, seseorang dengan cepat mengambil benda tersebut sebelum Faraz sempat bereaksi. Melihat adegan tersebut, Faraz langsung menegur dengan suara tegas, "Kalian sangat lancang mengambil barang orang!"

Hendrik, dengan tatapan serius, menunjukkan benda tersebut kepada orang lain di sekitarnya. Jasper, dengan ekspresi sinis, mengambil benda itu dari tangan Henrik.

Faraz, yang berdiri di dekatnya, menatap dengan rasa penasaran, tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Oh, lihatlah!" ujar Jasper dengan nada sinis, "Seorang anak pungut membawa serpihan pecahan yang tidak jelas di sekolah."

Tiba-tiba, ekspresi Jasper berubah. Tatapannya penuh kekhawatiran saat ia melihat benda tersebut dengan cermat.

Tanpa ragu, ia mendekati Faraz dan dengan suara serius, bertanya, "Apakah kau ingin melakukan bunuh diri?"

Suasana di kantin dipenuhi gelak tawa yang riang saat kata-kata tiba-tiba terdengar. Jasper dan teman-temannya terlibat dalam kegembiraan yang tak terbendung.

Namun, Yovela, yang sebelumnya hanya diam menyaksikan kejadian tersebut, bangkit dari duduknya dengan ekspresi serius yang tak tergoyahkan.

Melihat reaksi Yovela, Jasper dengan nada sinis bertanya, "Apa mau mendukungnya?" Tetapi, Yovela tidak terpengaruh oleh sikap sinis Jasper.

Dengan tatapan tajam yang penuh ketegasan, ia mengatakan, "Ini bukan masalah untuk diolok-olok. Kita harus saling menghormati dan mendukung satu sama lain, bukan malah membuat lelucon yang menyakitkan."

Jasper menjawab dengan acuh tak acuh, "Aku tidak peduli." Yovela hanya menggelengkan kepala dan berkata, "Terserah kamu." Lalu, ia menunjuk Faraz, "Sekarang serahkan benda itu kepada Faraz."

Namun, Jasper menolak untuk memberikannya. Faraz, yang melihat situasi tersebut, ingin mengambil benda itu, tetapi tangan Jasper lebih gesit dan menghindarinya. Dengan nada tinggi, Faraz berkata, "Serahkan benda itu! Itu milik orangtuaku!"

Jasper terkejut mendengar pernyataan tersebut. Dia memandang Jasper dengan tatapan penuh keheranan dan kebingungan.

"Sejak kapan orangtuamu meninggalkan ini? Bukankah orangtuamu yang membuangmu di gua?". Tetapi teman-teman mereka hanya tertawa, meninggalkan suasana di kantin semakin tegang.

Faraz, semakin terprovokasi oleh reaksi Jasper, dengan kasar mendorongnya ke dinding. Yovela, yang melihat kejadian itu, terkejut dan berusaha melindungi adiknya. "Faraz, jangan melukai dia!" seru Yovela dengan nada khawatir.

Dengan suara penuh kemarahan, Faraz menuntut agar Jasper menyerahkan benda yang mereka perdebatkan. Namun, Jasper menunjukkan keberanian yang luar biasa. Dia menatap Faraz dengan mata penuh tekad dan berkata, "Aku tidak akan menyerahkannya!"

Tiba-tiba, Jasper berteriak kesakitan. Dia memegangi tangannya yang terasa panas. Meskipun Faraz awalnya menganggapnya sebagai lelucon, Jasper dengan tegas membantah, "Aku tidak berbohong! Tanganku benar-benar terasa panas!"
Jasper berharap agar Faraz melepaskan genggamannya.

Dan ketika Faraz akhirnya melepaskan tangannya, mereka semua terkejut melihat tangan Jasper yang mulai memerah dan membengkak.

Faraz menyadari bahwa bukan benda itu yang menyebabkan pembengkakan, melainkan bekas genggaman tangannya sendiri.

Jasper, yang merasa kesakitan, meringis dan meniup tangannya dalam upaya untuk meredakan rasa sakit. "Sihir apa yang kau gunakan?" tanyanya dengan suara gemetar, mencoba mencari jawaban atas apa yang baru saja terjadi.

Faraz merasa bingung dan tidak mengerti, tatapannya terfokus pada tangannya yang gemetar. Wajahnya mencerminkan kebingungan yang mendalam, sementara bibirnya tergagap-gagap mencoba mengungkapkan kebingungannya.

FARAZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang