Tiba-tiba, wajah Altair tersenyum dengan penuh arti. Altair menunjukkan bahwa ia mengetahui sesuatu yang menarik.
Keheranan terpancar dari wajah Faraz ketika ia segera bertanya, "Apa yang kamu tahu, Altair?"
Altair dengan riang menjawab, mengungkapkan kebenaran yang membuat Faraz terkejut, "Ternyata, saat aku mendaftar di Sekolah Shadetech, kamu terlihat tidak senang. Aku pikir ada yang salah, ternyata kamu cemburu karena aku bisa satu sekolah dengan Yovela. Pasti sekarang kamu senang, Faraz, karena aku diterima di Sekolah Volttech."
Mendengar pengakuan itu, Faraz langsung merasa terkejut dan berusaha menegur Altair, "Astaghfirullah, kamu bicara sembarangan, Altair!"
Namun, Altair tetap penasaran dan bertanya, "Lalu apa, Faraz?" Dengan hati-hati, Faraz melihat sekeliling, menyadari bahwa Pak Zuhair sedang memperhatikan mereka.
Faraz memilih untuk menahan diri dan tidak melanjutkan pembicaraan, sementara Altair tetap bersemangat, "Ah, ayolah, apa?"
Namun, Faraz tetap kukuh dengan keputusannya, "Nanti saja." Altair tidak puas dengan jawaban itu dan dengan yakin berkata, "Kenapa tidak sekarang saja, Faraz?"
Namun, Faraz menggelengkan kepala dengan tegas, "Nanti, jika aku punya waktu yang tepat." Meskipun Altair yakin bahwa Faraz cemburu terhadap Yovela, Faraz tetap menolak dan menggelengkan kepala, "Bukan, sebenarnya ada..."
Tiba-tiba, suara kapal sekolah Zelementech memotong pembicaraan mereka, memanggil para siswa baru untuk masuk ke dalam.
Faraz segera berpamitan dengan Altair, "Wah, sepertinya kita harus masuk ya. Sampai jumpa nanti, Altair!" Altair tersenyum dalam keadaan terkejut, "Ya, sampai jumpa, Faraz!"
Abi dan Zuhair juga berpamitan dengan Sirajuddin, ayah Altair. Zuhair dengan ramah mengangkat koper Faraz, menandakan bahwa mereka berpisah menuju kapal masing-masing.
Namun, sebelum pergi, Faraz tiba-tiba berbalik dan memeluk Altair. Altair terkejut oleh tindakan tiba-tiba tersebut, namun dia merasakan kehangatan dalam pelukan itu.
Dalam keheningan, mereka saling memandang, tanpa kata-kata yang terucap di antara mereka.
Kemudian, suara kapal sekolah Volttech terdengar memanggil para siswa baru Volttech. Altair melepaskan pelukan tersebut, dan dalam hati yang berdebar-debar, dia melangkah menuju kapal sekolah Volttech.
Faraz menghela nafas dalam-dalam saat melangkah menuju kapal sekolah Zelementech.
Hatinya campur aduk, penuh dengan kegembiraan dan kecemasan. Abi dan Zuhair menunggunya dengan sabar di depan kapal, siap menyaksikan perjalanan baru yang akan dia jalani.
Saat mereka berada di depan kapal, Faraz menatap mata Abi dengan penuh harap. Dalam hati, dia ingin mengucapkan selamat tinggal dengan kata-kata yang tepat.
"Abi, Faraz pamit ya," kata Faraz dengan suara yang bergetar sedikit. Abi mengangguk dengan air mata yang mengalir di pipinya.
"Faraz, selalu berhati-hati dan jaga dirimu dengan baik di sana. Abi akan selalu mendoakan mu," ucap Abi dengan suara yang penuh cinta.
Faraz tersenyum, merasa hangat di dalam hatinya mendengar kata-kata itu. "Aku akan selalu mengabari Abi setiap ada kesempatan. Terima kasih atas semua yang Abi sudah lakukan untukku selama ini," ujar Faraz dengan penuh rasa terima kasih.
Abi memeluk Faraz dengan erat, merasa haru dan bangga dengan perjalanan yang akan dia jalani.
Dia tahu bahwa Faraz akan menjadi orang yang hebat di masa depan. Setelah melepaskan pelukan, Faraz memanggil Pak Zuhair yang berdiri di samping Abi.
KAMU SEDANG MEMBACA
FARAZ
AléatoireCerita ini mengisahkan tentang seorang anak laki-laki bernama Faraz yang terbangun dari mimpi menakutkan. Dia bercerita kepada ayah angkatnya, Fauzul, tentang mimpi tersebut dan pertanyaan-pertanyaan yang menghantuinya. Mereka berdua mencoba mencari...