Di tengah keheningan, tiba-tiba Kael memanggil Faraz dengan semangat, "Kaz, Kaz Kazi, bangun! Kita sudah sampai!"
Perlahan, Faraz membuka matanya, wajahnya masih terlihat kantuk. Ia melihat Kael dan membalas senyum. "Oh, ya?" kata Faraz sambil menggosok-gosok matanya.
Ia malas-malasan bangkit dari kursi dan melihat keluar jendela kapal. Pemandangan yang menakjubkan membuat mata Faraz terbelalak kagum.
Dengan antusias, Faraz menoleh ke Kael dan bertanya, "Apakah kita sudah sampai di sekolah?" Kael menjawab dengan ragu, "Sepertinya belum. Tadi aku mendengar pengumuman bahwa kita akan naik bus lagi."
Faraz mengangguk, memproses informasi tersebut. "Oh, jadi masih ada perjalanan lagi," ucapnya sambil merenung sejenak.
Mereka berdua merasakan campuran antara rasa penasaran dan kegembiraan akan petualangan yang masih menanti mereka.
Kael menyarankan, "Ayo keluar, yang lain sudah pada keluar. Aku kesulitan membangunkan mu tadi."
Faraz menggaruk kepalanya dan meminta maaf. Kael dengan penuh pengertian menenangkannya, "Santai saja, tidak apa-apa."
Kael kemudian mengambil tas ranselnya dan memeriksa tiket. Pintu ruangan terbuka, dan mereka berdua melangkah keluar.
Namun, begitu mereka berada di luar, mereka melihat bahwa masih banyak siswa lain yang belum keluar dari kapal.
Terutama para siswa angkatan lima yang sibuk mengangkat koper para siswa baru. Kael mengambil kunci dan membuka tempat penyimpanan koper.
Faraz pun melakukan hal yang sama. Melihat sekeliling, Faraz tidak bisa menahan diri untuk bertanya, "Jadi, siapa yang akan membantu kita mengangkat koper kita?"
Kael, agak bingung, menjawab, "Aku tidak yakin. Sepertinya siswa-siswa angkatan lima terlalu sibuk dengan koper-koper siswa baru."
Tiba-tiba, mata mereka tertuju pada seorang pria yang mengenakan seragam sekolah Zelementech.
Pria itu memiliki rambut panjang dan berkacamata. Terlihat bahwa pria tersebut belum mengangkat koper sama sekali, jadi Kael memikirkan untuk meminta bantuannya.
Dengan penuh harap, Kael mengusulkan, "Sepertinya itu Kak Riaz. Mungkin kita bisa memintanya tolong."
Faraz langsung memanggil Riaz. Riaz melihat mereka dan mendekat dengan senyuman lebar, sambil berkata, "Oh, halo Faraz dan Kael! Ada yang bisa Kak Riaz bantu?"
Faraz dan Kael dengan riang menjawab, "Hai juga, Kak Riaz! Kami butuh bantuan untuk mengangkat koper kami."
Dengan senyum lebar, Riaz segera mengambil koper mereka dari tempat penyimpanan.
Dalam hati, Kael terkejut melihat betapa dengan mudahnya Riaz mengangkat kedua koper mereka tanpa kesulitan sedikit pun.
Riaz memperlihatkan kekuatan dan keahliannya dalam mengangkat barang. Riaz berjalan mantap menuju ke luar kapal, namun tiba-tiba berbalik badan saat melihat Faraz dan Kael masih berdiri di tempat.
Faraz dan Kael pun segera menyusul Riaz yang telah melangkah lebih dulu. Faraz tidak bisa menyembunyikan kekagumannya, "Wow, Kak Riaz, keren sekali cara Anda mengangkat koper kami!"
Riaz dengan rendah hati menjawab, "Oh, ini hanya koper kecil saja." Setelah sampai di luar kapal sekolah Zelementech, Faraz dan Kael terpesona melihat kemajuan teknologi yang ada di kota Techtopia.
Mereka begitu terpukau dengan segala kecanggihan yang ada sehingga Faraz tanpa sengaja menabrak tiang, membuat Kael dan Riaz tertawa.
Tidak hanya mereka, para siswa lain yang berada di kapal juga ikut tertawa melihat kejadian tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
FARAZ
RandomCerita ini mengisahkan tentang seorang anak laki-laki bernama Faraz yang terbangun dari mimpi menakutkan. Dia bercerita kepada ayah angkatnya, Fauzul, tentang mimpi tersebut dan pertanyaan-pertanyaan yang menghantuinya. Mereka berdua mencoba mencari...