14. Hari Kebebasan

516 41 7
                                    

Beberapa hari telah berlalu sejak kenyataan mengejutkan itu menghantam Beatrix. Sejak hari itu, Beatrix tidak bersemangat melakukan apa-apa, dia bahkan jatuh sakit. River sampai meminta Arlo datang untuk memeriksa wanita itu, tetapi hasil pemeriksaan menunjukkan tidak ada yang salah. Arlo mengatakan jika Beatrix mungkin hanya kelelahan saja.

Chase juga datang menjenguk Beatrix, dia sengaja mengajak Zion agar River tidak curiga.

"Apa kamu berniat terus mengurung dirimu di kamar ini?" tanya Chase gusar setelah tiga hari berturut-turut datang dan melihat keadaan Beatrix tetap saja sama. Hari ini dia datang sendiri tanpa Zion karena ingin bicara dengan lebih leluasa bersama Beatrix. “Apa tidak ada hal yang ingin kamu lakukan?”

"Aku ingin bertemu kakakku," ujar Beatrix setengah melamun.

"Hm?"

Tiba-tiba saja Beatrix memegang kedua tangan Chase sambil menatap dengan mengiba. "Aku ingin menginap di rumah kakakku. Apa kamu bisa membantuku, Chase?" 

“Itu tidak mungkin, Bea!" jawab Chase kaget. “River tidak akan mengizinkan.”

“Dia tidak perlu tahu.”

“Itu jelas lebih tidak mungkin lagi.” 

"Kamu harus membantuku, Chase. Aku mohon." Beatrix kembali mengiba. “Atau kamu lebih suka melihatku terus di sini sampai gila dan akhirnya mati?”

Tentu saja Chase yang baik itu tidak akan tega. Akhirnya, dia berujar pasrah, "Baiklah, akan aku pikirkan caranya, tapi kamu harus berjanji bahwa kamu akan kembali dan tidak akan melarikan diri."

Senyum Beatrix langsung mengembang. "Aku berjanji." 

"River akan membunuhku jika kita sampai ketahuan,” gumam Chase serba salah.

Meski takut ketahuan, nyatanya Chase berhasil juga membantu Beatrix. Dia memakai alasan membutuhkan bantuan Beatrix dan beberapa tim manajemen hotel lain untuk mengurus sebuah acara di Los Angeles selama tiga hari. River yang mengetahui keakraban Beatrix dengan Chase langsung memberi izin tanpa banyak tanya.

Beberapa malam kemudian, Beatrix memejamkan mata dengan perasaan damai di tempat tidur yang hangat dalam kamarnya sendiri di rumah Amadea. Beatrix begitu merindukan tempat yang sudah dia tinggalkan hampir satu tahun terakhir. Belaian lembut di keningnya membuat Beatrix makin merasa nyaman. Perlahan, dia membuka mata. 

"Kenapa kamu tiba-tiba ingin menginap, Bea?" tanya Amadea seraya mengusap kening adiknya.

"Apa kamu tidak suka aku datang?" balas Beatrix berlagak kecewa.

"Tentu saja aku senang,” balas Amadea geli. “Hanya saja, aku kira dia tidak akan mengizinkanmu untuk menemuiku."

"Kali ini berbeda." 

"Apa dia memperlakukanmu dengan baik selama ini?" tanya Amadea hati-hati.

Beatrix hanya mengangguk kecil. 

"Aku bisa sedikit merasa lega setelah mendengarnya."

Melihat kelegaan di wajah kakaknya, Beatrix hanya bisa menangis dalam hati. Seandainya kamu tahu yang sebenarnya, Amy. Mungkin kamu akan menangisi adikmu yang kini telah berubah menjadi wanita murahan.

"Amy, sebenarnya apa yang terjadi di antara kamu dan dia?" tanya Beatrix hati-hati. "Kenapa aku merasa jika dia sangat membenci kita?"

Begitu banyak tanya dalam diri Beatrix yang belum terjawab. Sampai saat ini, Beatrix tidak mengerti mengapa Amadea tetap mengizinkan dia hidup bersama River, padahal kakaknya tahu jika pria itu membenci mereka?

The Symphony of RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang