8. Terus Dipermalukan

581 53 2
                                    

Setelah bertemu dengan Jennie, Beatrix kembali ke divisinya sendiri. Sepanjang hari itu, dia sulit fokus. Di saat rekan-rekannya sibuk membahas strategi untuk event terdekat, pikiran Beatrix malah terus mengingat-ingat semua informasi yang didengarnya dari Jennie. 

Satu hal yang Beatrix pahami, River benar-benar bukan orang yang bisa dia lawan, berusaha lari dari cengkeramannya pun sulit. Tidak heran jika semua hal yang dia lakukan, ke mana saja dia melangkah, siapa orang yang dia temui, River selalu tahu. Beatrix hanya bisa berharap agar pria bengis itu akan bosan dan melepaskannya.

Ketika kembali ke griya tawang River malam harinya, Belinda langsung menyambut, “Tuan River meminta Nona langsung menemuinya begitu kembali.”

“Di mana?” tanya Beatrix lesu.

“Sejak tadi Tuan menunggu di taman, Nona.”

Beatrix mengembuskan napas perlahan, lalu melangkah ragu ke arah taman. Dari balkon, Beatrix bisa melihat River sedang duduk di dekat kolam renang. Perlahan dia mendekat, tetapi tetap menjaga jarak dari pria itu. Tanpa sadar dia memandangi sosok River dari belakang. 

Dalam penerangan seadanya seperti saat ini, sosok River terlihat jauh lebih menyeramkan. Sebenarnya, entah memang efek dari suasana saat ini yang memberi kesan demikian, atau karena informasi tentang River yang Beatrix dengar siang tadi.

"Jangan hanya berdiri di situ. Mendekatlah!" panggil River tanpa menoleh.

Beatrix berjalan dengan sangat lambat menghampiri pria itu. Suara River yang dingin membuat Beatrix merasa terintimidasi, dia merasa jauh lebih takut kepada River dibanding sebelumnya. Tanpa sadar otaknya kembali mengingat-ingat. Perjudian, prostitusi, obat terlarang, manipulasi media, dan minuman keras, bukankah Keluarga De Luca sangat berbahaya? Beatrix masih tidak percaya jika dia terjebak dengan salah satu di antara mereka, bahkan pemimpinnya pula.

"Ada apa mencariku?" tanya Beatrix hati-hati.

"Duduklah!" River mengedik ke arah kursi di sebelahnya. "Temani aku."

Beatrix menarik kursi di sebelah River, lalu duduk dengan sangat hati-hati. Dia begitu gugup berdekatan dengan River, waspada menunggu hal yang selanjutnya akan terjadi.

Awalnya, River hanya diam. Namun, bukan berarti hal itu membuat perasaan Beatrix lebih baik, yang ada dia malah makin waswas.

Setelah beberapa menit, River bangkit seraya menarik Beatrix ikut berdiri bersama. "Aku ingin melihatmu berenang." 

"Berenang malam-malam begini?" bisik Beatrix ragu-ragu. 

"Tenang saja, airnya hangat. Kamu tidak akan kedinginan,” sahut River tenang. “Kamu bisa berenang, bukan?"

Beatrix mengangguk kecil, lalu berkata lagi, "Masalahnya sekarang sudah hampir tengah malam."

"Memangnya ada aturan yang melarang orang berenang di malam hari?" balas River tidak peduli.

Beatrix menggeleng lesu, kemudian hendak berbalik.

River segera menahan tangan Beatrix. "Kamu mau ke mana?"

"Mengganti pakaianku."

"Tidak perlu."

"Kalau begitu, apa yang harus aku pakai?" Beatrix memandangi dirinya yang tengah memakai gaun selutut berbahan satin, dia belum sempat berganti pakaian tadi.

Sejak menjadi simpanan River, Beatrix memang tidak lagi diperbolehkan bekerja mengenakan seragam pegawai. Wanita itu pernah menawar, tetapi River tidak menggubrisnya. Pria itu tidak peduli meski Beatrix akan digunjingkan oleh pegawai lain dan nyatanya memang benar terjadi. 

The Symphony of RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang