Hampir tiga bulan telah berlalu sejak Beatrix mengalami keguguran. Selama itu pula, kehidupan Beatrix mulai terasa normal. River sudah tidak pernah menyiksanya lagi, meski sikap pria itu tidak bisa disebut baik juga. Namun, setidaknya Beatrix bisa bernapas dan bergerak bebas tanpa gangguan.
“Bea, sepertinya kamu harus pergi,” ujar Chase ketika melihat mobil River memasuki halaman Luca Bar & Steakhouse pagi itu.
“Pergi ke mana, Chase?” balas Beatrix heran. “Aku baru saja datang.”
Soal pekerjaan, kini Beatrix sudah tidak bertugas di bagian manajemen hotel lagi. River mengizinkan Beatrix untuk membantu Chase, tentunya atas permintaan sang adik. Chase merasa Beatrix adalah rekan yang setara untuk membantunya mengelola banyak acara di Luca Bar & Steakhouse. Tidak heran jika kini Beatrix sering menghabiskan waktu di tempat Chase.
“Lihatlah ke luar!” sahut Chase sambil tersenyum penuh arti.
Beatrix menuruti ucapan Chase dan melihat mobil River berhenti di depan. Namun, dia hanya menanggapi dengan tidak peduli. “Mungkin dia ada urusan dengan kamu.”
“Aku yakin River ke sini untuk menemuimu.”
“Mau bertaruh?” tantang Beatrix. Dia sangat yakin dugaan Chase salah karena akhir-akhir ini River sangat sibuk. Pria itu banyak menghabiskan waktu membahas masalah jaringan bersama Arlo. Jadi, Beatrix yakin kali ini pun River datang untuk bicara dengan Chase.
Chase terkekeh geli. “Jangan, nanti kamu yang rugi.”
“Chase, aku akan membawa rekan kerjamu,” ujar River tanpa basa-basi begitu muncul di pintu utama.
“Apa aku bilang,” bisik Chase penuh kemenangan. Kemudian, dia segera menjawab kakaknya, “Silakan, asal jangan sampai berhari-hari.”
“Berminggu-minggu pun aku berhak. Dia milikku,” balas River dengan nada posesif.
Chase tergelak melihat tingkah River. “Cepat ikutlah dengannya, sebelum dia membuat keributan di sini.”
Akhirnya, mau tidak mau Beatrix ikut bersama River.
“Kamu mau membawaku ke mana?” tanya Beatrix hati-hati begitu mobil mulai melaju.
“Lihat nanti saja, yang pasti aku tidak merencanakan sesuatu yang jahat untukmu,” balas River datar.
Setelah berkendara sekitar 25 menit, mobil River berhenti di depan sebuah kawasan pertokoan yang cukup ramai di San Diego.
"Ayo, turun!" River mengulurkan tangan untuk mengajak Beatrix turun ketika wanita itu tampak masih duduk kebingungan.
Beatrix menyambut uluran tangan River dan mengikuti langkah pria itu menuju salah satu toko yang tampak masih sepi. Dari tampilan depannya, Beatrix menebak jika tempat ini adalah sebuah salon. Ketika sudah berada di dalam, dugaannya terbukti benar. Suasana di dalam terkesan nyaman, mengingatkan Beatrix akan salon milik kakaknya dahulu. Hanya saja tempat ini jauh lebih besar dan mewah. Anehnya tidak ada satu orang pun di sana. Namun, tiba-tiba saja pintu terbuka dan Beatrix melihat Amadea melangkah masuk.
“Amy,” bisik Beatrix kaget.
“Kenapa meminta bertemu di sini?” tanya Amadea bingung. Apalagi ketika melihat River juga ada di sana.
“Aku tidak meminta bertemu,” balas Beatrix heran. Kemudian, dia segera menoleh ke arah River.
“Aku yang memintanya datang,” ujar River tenang.
“Kenapa?” bisik Beatrix waswas.
“Aku ingin memperlihatkan tempat ini kepadamu,” sahut River.
“Tempat siapa ini?” tanya Beatrix seraya mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. “Kenapa tidak ada orang lain?”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Symphony of Revenge
RomansaBeatrix Smith memiliki kehidupan sederhana yang menyenangkan. Manis, berwarna, dan tanpa riak. Namun, suatu hari Beatrix mendapati dunianya seakan-akan berada di sisi kebalikan. Dalam semalam, Beatrix menjadi milik River De Luca, seorang CEO muda d...