"Di mana wanita itu?" tanya River geram.
"Sedang membersihkan dirinya di kamar mandi." Antonio tertawa mengejek. "Aku rasa dia kelelahan setelah melayani belasan pria sekaligus, tapi tenang saja, aku sama sekali tidak ikut menyentuhnya."
"Aku pastikan kalian semua yang berani menyentuh wanita itu akan menyambut pesta kematian yang mengerikan," ujar River dengan tatapan menakutkan.
"Lakukan saja," balas Antonio tidak peduli. "Sebenarnya mereka semua tidak terlalu berguna untukku. Kalau kamu menghabisi mereka, dalam waktu singkat aku bisa membentuk kembali pasukan yang jauh lebih hebat."
Antonio membanting cerutunya ke lantai, melambaikan tangan, kemudian melenggang santai meninggalkan ruangan itu. Dia membiarkan kesebelas anak buahnya untuk menghadapi maut yang mengancam.
Chase bergerak cepat hendak menerjang ke arah Antonio, tetapi River menahannya. "Biarkan dia pergi."
"Berengsek!” seru Chase emosi. “Kamu selalu melakukan itu dan membuat dia makin menjadi-jadi!"
"Bukan saatnya mengurusi dia,” sahut River cepat. “Lebih baik kamu urusi kesebelas pecundang ini. Bawa pulang ke markas kita. Akan kupikirkan pesta terbaik untuk merayakan hari kematian mereka."
River berjalan cepat menuju pintu kamar mandi. Diterjangnya pintu itu kuat-kuat, lalu melangkah masuk. Detik selanjutnya, pemandangan yang dia lihat membuat River murka. Beatrix tergolek di lantai kamar mandi dalam keadaan mengenaskan.
Wanita itu terkapar tanpa sehelai benang pun menutupi tubuhnya. River langsung menghambur ke arah Beatrix dan mendekapnya, lalu memeriksa kondisi wanita itu. Tubuh Beatrix sangat dingin, kulitnya memucat dengan lebam-lebam mengerikan menghiasi sekujur tubuh wanita itu. Belum lagi luka-luka sayatan di area wajah sampai ke dada Beatrix. Satu hal yang dapat disyukuri, setidaknya napas wanita itu masih ada.
"Chase!" Teriakan River menggelegar dari dalam kamar mandi. "Jangan biarkan mereka menemui ajalnya sebelum mereka merasa menyesal terlahir ke dunia!"
River melepaskan mantel panjang miliknya untuk digunakan sebagai penutup tubuh Beatrix. Setelah itu, dia mengangkat Beatrix, menggendongnya ke luar, dan terus mendekapnya ketika meninggalkan kediaman Antonio.
Sebelum River benar-benar meninggalkan kediaman Antonio, sang tuan rumah mengadangnya sambil menampilkan senyum menghina. "Bagaimana rasanya ketika seseorang mengusik milikmu yang berharga?"
River menjawab tanpa ekspresi, "Mulai saat ini, aku tidak akan lagi menoleransi semua tingkahmu. Kamu sudah menyentuh hal yang paling terlarang dan untuk kali ini aku tidak bisa lagi memaafkanmu. Mulai saat ini, kamu adalah musuhku."
Antonio langsung terbahak puas. "Sudah lama aku menunggu kamu mengucapkan kata-kata itu. Aku tidak sabar ingin melihat apa yang akan kamu lakukan kepadaku."
Antonio merasa menang karena akhirnya dia berhasil menemukan kelemahan River. Dia puas karena berhasil mengusik titik sensitif River yang selama ini terkenal tidak pernah memiliki emosi.
Beberapa jam setelah River menyelamatkannya, Beatrix terbangun dengan tubuh yang terasa remuk. Semua bagian tubuhnya berdenyut nyeri ketika dia mencoba bergerak.
"Jangan banyak bergerak."
Suara itu menyapa. Suara yang dahulu begitu Beatrix benci, tetapi kini bisa membuatnya merasa tenang. Mendengar suara itu setidaknya Beatrix tahu bahwa dia sudah terbebas dari kegilaan pria-pria yang menyiksanya secara brutal.
"Bagaimana aku bisa keluar dari tempat itu?" tanya Beatrix parau sambil memandangi River yang sudah berdiri di sisi ranjang rumah sakit.
"Aku yang mengeluarkanmu dari sana dan ...." River terlihat kesulitan melanjutkan kata-katanya. "Maaf aku terlambat. Kami sudah melakukan semua hal untuk menemukanmu secepat mungkin. Namun, tetap saja perjalanan ke sana menghabiskan waktu cukup lama. Seandainya aku bisa tiba lebih cepat, mungkin kamu tidak akan berakhir seperti ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Symphony of Revenge
RomanceBeatrix Smith memiliki kehidupan sederhana yang menyenangkan. Manis, berwarna, dan tanpa riak. Namun, suatu hari Beatrix mendapati dunianya seakan-akan berada di sisi kebalikan. Dalam semalam, Beatrix menjadi milik River De Luca, seorang CEO muda d...