02. Ririn

920 114 29
                                        

— RUMAH TANPA ATAP —

"Jangan tinggalkan Ririn~"

Pandangan matanya begitu kabur, ia melihat orang-orang berlarian sementara dirinya tak bisa ke mana-mana. Hujan yang turun di siang hari ini, menambah kesan dramatis bagi orang-orang di sekitar.

Katarina terbangun, ia berusaha mengatur napasnya yang tiba-tiba memburu sebab melihat orang-orang berlalu lalang tanpa membantu dirinya. Dia berkeringat dingin, sembari mulai mengedarkan pandangannya.

"Teh Aca~" lirih Katarina.

Bianca terusik dibuatnya, gadis itu kontan beranjak duduk begitu melihat Katarina berkeringat banyak. Bahkan udara tengah malam ini benar-benar dingin, Katarina malah berkeringat sebegitu banyaknya. Sorot mata Bianca seperti mempertanyakan ada apa, dan Katarina yang kehabisan kata-kata memilih untuk beranjak memeluk Bianca.

"Teh Aca, jangan tinggalin Ririn~" lirih Katarina. "Ririn tidak mau sendirian, Teh~"

Kedua tangan Bianca terangkat, ia balas memeluk Katarina yang sepertinya terkena serangan mimpi buruk. Beberapa mimpi memang ada yang terasa begitu nyata, sampai yang mengalaminya ikut larut ketika sudah terbangun sekali pun.

Pelukan itu merenggang, Bianca memegangi kedua lengan Katarina dan memandangnya cukup dalam.

"Teteh, ambilkan, dulu, minum, ya?"

Katarina balas mengangguk. Sementara Bianca bergegas pergi mengambil air, Katarina mulai merasa lebih tenang dibanding sebelumnya. Kini ia melihat keberadaan adik-adiknya yang masih terlelap. Beruntunglah Katarina tidak mengganggu waktu tidur adik-adiknya.

Tak berselang lama, Bianca kembali dengan membawa segelas air. Ia membantu Katarina untuk minum, sembari tangannya dengan rajin mengusap-usap lengan Katarina berharap bisa menenangkan.

"Mimpi buruk, ya?" tanya Bianca.

Katarina mengangguk.

"Bisa, tidur lagi, tidak?"

Katarina menggelengkan kepalanya. Lalu, Bianca menepuk bagian pahanya yang bermaksud memberi Katarina tempat untuk lanjut tidur di sana. Bianca menggeser tubuhnya ke dekat tembok dan menyandar, kakinya ia biarkan menjulur hingga Katarina bisa tidur di pahanya.

Tanpa kata, Bianca mengusap-usap surai hitam Katarina dengan penuh kasih sayang. Dan hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja, Katarina yang semula tidak bisa tidur akhirnya tidur juga. Menyadari hal itu, Bianca mulai merilekskan tubuhnya, matanya tanpa sadar terpejam, ia tertidur dengan posisi duduk menyandar pada tembok.

— RUMAH TANPA ATAP

"Teh~"

"Teh Aca~"

Suara halus itu membangunkan Bianca, ia sedikit bingung dan merasa nyeri karena bangun-bangun sedang duduk. Ditambah lagi ada Katarina yang masih terlelap di pahanya, menambah beban Bianca yang ingin mengubah posisinya.

"Kita, sarapan, dengan apa?" tanya Selena.

"Memangnya, tidak ada, telur?"

Selena menggelengkan kepalanya. "Kemarin, habis dimakan Wilo sama Nirin, di kulkas, kosong."

"Uangnya, ada di laci, ambil, dan beli sesuatu."

"Teteh, pasti pegal, ya? Bangunkan saja, Teh Ririn."

"Tidak apa, tunggu sampai, dia mau bangun."

"Teh Ririn, kenapa?"

"Mimpi buruk."

Rumah Tanpa AtapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang