17. Hancur

481 65 51
                                    

PERHATIAN!!!

MENGANDUNG UNSUR 18+
HARAP BIJAK SAAT MEMBACANYA!!!

— RUMAH TANPA ATAP —

Katarina terbaring lemah di sebuah ranjang usang, tubuhnya benar-benar telah kehabisan begitu banyak tenaga. Ruangan ini begitu sempit, belum lagi minimnya udara yang membuat siapa pun akan merasa pengap jika lama-lama berada di sana.

Air mata Katarina meluruh, sorot matanya benar-benar kosong. Begitu banyak bekas luka membekas di wajahnya, begitu banyak pula bekas kemerahan yang benar-benar membuatnya terlihat sangat mengenaskan.

"Maaf~"

"Ririn salah apa, Tuhan?"

"Sakit~"

Gadis itu bersuara dengan begitu lirih, ia dibaluti sehelai kain putih untuk menutupi tubuh kecil nan kurusnya. Sudah sampai sejauh mana Katarina menderita? Tentu sudah sampai pada titik yang paling jauh.

Terdengar suara pintu yang dibuka, Katarina lantas memejamkan matanya guna menipu dia yang datang. Biarlah Katarina disebut mati, asal tubuhnya tidak lagi disentuh oleh tangan kasar lelaki bernama Juan Abraham.

Katarina sudah tidak ingin lagi melihat wajah lelaki bajingan itu. Tidak sudi!

Namun, ketika matanya terpejam bayangan mengerikan saat lelaki bejat itu menyentuh setiap inci di tubuhnya muncul begitu jelas. Katarina tak bisa bergerak banyak, kakinya sudah tak berfungsi lagi, ia cacat dan hanya bisa memasrahkan hidupnya.

"Berpura-pura tidur, hm?"

Kening Katarina mengernyit, ia terganggu oleh bayangan mengerikan saat Juan tertawa dan tersenyum kepadanya. Katarina sangat menderita, tapi lelaki bejat itu dengan tanpa perasaan malah menunjukkan kepuasannya.

"Tadi saya ketemu sama Teteh kamu, Si Bisu itu," ucapnya. "Dia tahu kalau saya bawa kamu, tapi dia tidak tahu kamu ada di sini, jadi milik saya sepenuhnya."

Katarina melipat bibirnya menahan suara.

"Saya sudah puas dengan tubuh kamu, saya harus menghilangkan bukti sekarang," tuturnya.

Tangan kasar Juan menyentuh paha Katarina yang tertutup oleh sehelai kain putih yang tipis. Perbuatannya tak membuat Katarina begitu terusik, mengingat kondisi kakinya tidak berfungsi seperti biasanya.

"Kira-kira, saya harus bunuh kamu dulu atau bawa Teteh kamu ke sini juga?"

"Jangan!" sahut Katarina pada akhirnya. "Ja-jangan, tolong jangan ganggu Teh Aca, jangan~"

Juan mengerucutkan bibirnya sedih. "Kamu sayang sama Teh Aca?"

"I-iya, iya, tolong, tolong jangan ganggu Teh Aca, Teh Aca sudah banyak berkorban untuk aku," mohon Katarina.

Juan mengangguk paham, kemudian ia mengeluarkan sebuah benda tajam dari sakunya. Benda itu mengkilat tatkala terkena sinar lampu yang menjadi satu-satunya penerang di ruangan ini.

"Sepertinya kurang besar, ya?" tanya Juan. "Baiklah, pakai pisau yang ini saja sepertinya."

"Kenapa kamu seperti ini?" tanya Katarina.

"Maaf, harus menghancurkan buktinya," jawab Juan. "Ucapkan selamat tinggal~"

Juan mengangkat tinggi-tinggi pisau daging itu, kemudian ia memotong kaki kanan Katarina tanpa memberi ampun. Tawa lelaki bejat itu lepas seketika, dia tidak mempedulikan permohonan ampun dari gadis yang telah ia lukai tersebut.

Rumah Tanpa AtapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang