06. Dasar Nenek Lampir

532 85 40
                                    

— RUMAH TANPA ATAP —

"Teh Aca."

"Kenapa belum tidur?"

"Masih kepikiran sama perkataan Nirin, ya?"

"Bukannya Teteh sendiri yang bilang, kalau ucapan Nirin itu ngga sepenuhnya selalu benar."

"Jangan tidur terlalu malam, Teh."

Bianca menoleh, ia mengangguk serta tersenyum pada Selena yang datang kepadanya. Selena yang melihat respon seperti itu hanya menghela napas kasar.

"Teteh, ih!"

"Kamu, mau hadiah apa nanti?"

Selena mengerutkan dahinya bingung. "Maksud Teteh?"

"Kamu, akan mewakili sekolah kamu, kan? Olimpiade matematika itu, lho."

Selena terbelenggu dibuatnya.

"Mau apa? Teteh usahakan, biar nanti, kamu tambah semangat."

"Tidak usah." Selena menjawab dengan senyum piciknya. "Ayo tidur sekarang, Teh!"

"Kamu tidak bisa tidur juga?"

"Teh Aca, ih!!!" pekik Selena tak sabaran, ia bahkan sampai menarik lengan Bianca untuk segera pergi ke kamar. "Teteh tahu? Lena ngga bisa tidur juga karena napas Teteh yang terus kedengaran."

Bianca mengernyit bingung, napas apanya? Sudah jelas Bianca duduk di kursi ruang keluarga, dan Selena berada di kamar sedari tadi. Masa iya, suara napas Bianca sampai kedengaran ke kamar.

"Jangan salah, ya," kata Selena. "Walaupun Lena mengandalkan alat bantu dengar ini, Lena tetap bisa dengar suara Teh Aca kalau belum tidur."

Tapi, Selena melupakan satu fakta yang paling penting. Bahwa Bianca tidak mungkin berbicara dan mengeluarkan suaranya.

Sesampainya di kamar, Bianca melihat adik-adiknya tertidur dengan begitu nyenyak. Heran, kenapa Selena tidak ikut tidur nyenyak seperti yang lainnya juga, terlebih ketika merasakan hangatnya udara malam ini.

Bianca dan Selena duduk berhadapan di tepian ranjang mereka, keduanya saling menatap satu sama lain dengan Selena yang mulai membuka alat bantu dengarnya. Sebelah tangan Bianca terangkat, ia membelai surai hitam Selena dengan penuh kasih sayang.

"Tidur sekarang."

"Kamu duluan saja."

"Teteh, jangan tidur terlalu malam."

"Kamu juga."

Berkomunikasi di keheningan malam, mereka hanya menggunakan bahasa isyarat yang benar-benar tak menimbulkan suara barang sedikit pun. Sebelum tertidur, mereka hampir kelepasan tertawa.

"Ayo tidur!"

"Iya."

"Peluk Lena, ya?"

"Boleh."

Bianca dan Selena mulai merebahkan tubuhnya, sesuai dengan permintaan Selena, Bianca memeluknya. Malamnya mereka lalui dengan tidur yang nyenyak, beristirahat untuk menghadapi esok.

— RUMAH TANPA ATAP

"Teh Aca~"

Katarina benar-benar manja pagi ini, dia yang baru sembuh dari demam kemarin merasa butuh sekali pelukan seorang Teh Aca. Apalagi semalam, Katarina memergoki Teh Aca tidur sambil peluk Selena.

"Ririn yang sakit, kenapa Lena yang dipeluk coba?"

"Sekarang, Teteh harus peluk Ririn sampai waktunya Teteh berangkat!"

Rumah Tanpa AtapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang