— RUMAH TANPA ATAP —
"Teh Aca."
Bianca menoleh, kemudian Selena meraih tangannya dan menaruh alat bantu dengar itu di telapak tangan Bianca. Dia kebingungan, tidak tahu maksud dari Selena. Padahal adiknya sudah siap pergi ke sekolah, tapi mengapa dia menyerahkan alat bantu dengar itu?
"Lena, tidak mau mendengar apapun." Selena berucap seraya menggerakkan tangannya. "Mungkin, Tuhan membuat Lena kekurangan begini, demi kebaikan Lena."
"Ada yang jahat sama kamu?"
Selena menggelengkan kepalanya berdusta. "Alat bantu dengarnya rusak, tidak usah dibelikan lagi."
Sorot mata Bianca berubah menjadi sayu, ia melihat alat bantu dengar itu dan memandangnya sedih. Kemudian, tanpa pikir panjang Bianca merogoh beberapa lembar uang dari dalam saku celananya.
"Ada uang, kita beli baru, ya?"
"Tidak usah," tolak Selena. "Lena lebih aman begini, Lena tidak akan dengar apapun."
Bianca menggelengkan kepalanya, ia menyungging seulas senyum meyakinkan Selena agar tidak menyerah begitu saja. Bianca tahu, saat ini Selena sedang berada di titik terendahnya, sampai dia tak ingin menggunakan alat bantu dengar itu.
"Kamu sayang Teteh?" tanya Bianca, sebelah tangannya terangkat menyentuh bahu Selena.
"Uangnya pakai untuk yang lebih penting saja, Teh."
Bianca menyibak rambutnya ke belakang. "Kamu, penting."
"Lena tidak apa-apa," ucapnya. "Mungkin adik-adik atau Teh Ririn lebih butuh. Terima kasih, Teh."
Ketika Selena hendak berbalik pergi, Bianca buru-buru mencekal lengannya. Tentu saja Bianca tidak akan tega, takutnya nanti terjadi sesuatu yang buruk pada Selena.
"Tidak usah sekolah."
Selena tersenyum tipis. "Maaf, ya, Teh. Lena sudah merepotkan, seharusnya Lena memang tidak sekolah saja."
"Maksud Teteh, kamu tidak usah sekolah kalau tidak—"
Selena meraih kedua tangan Bianca yang digunakan sebagai alat berkomunikasi.
"Lena berangkat sekarang."
Bianca membiarkannya begitu saja, ia berbalik dan mematikan kompor. Setelah dirasa lebih tenang, Bianca baru mau mengejar kepergian Selena, harapannya Selena belum jauh dari rumah. Atau jika dia sudah pergi pun, Bianca akan ke rumah sakit beli alat bantu dengar itu dan mengantarkannya ke Selena.
"Teh Aca, tunggu!"
Bianca terhenti.
"Kursi roda Ririn sepertinya rusak, kalau ada uang, bisa belikan?" tanya Katarina. "Dan juga, obat penenang Nirin habis lagi."
Bianca memasukan uang dari tangannya ke dalam saku lagi, ia juga menaruh alat bantu dengar rusak milik Selena yang dibiarkan bersamanya. Lalu, Bianca menghampiri Katarina untuk memastikan di mana letak rusaknya kursi roda itu.
"Sebelah sini, Teh," tunjuk Katarina. "Kalau dibawa keluar, nanti Ririn jatuh."
Bianca mengangguk paham.
"Ririn tidak memaksa, kalau sudah ada uang saja mintanya, kok," ucap Katarina. "Maafin Ririn, ya, Teh? Ririn pasti merepotkan."
Bianca menggeleng, ia menatap Katarina dan meraih wajah mulus milik adik pertamanya itu. Ia mendaratkan beberapa usapan lembut pada pipinya, tentu dengan senyum yang terukir manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Tanpa Atap
Fanfic[COMPLETED] Sinb ft Aespa Bianca tidak bicara, Katarina tidak berjalan, Selena tidak mendengar, Wilona tidak kunjung dewasa, dan Nirina tidak waras. [19-02-24] #1 Winter [19-02-24] #1 Giselle