— RUMAH TANPA ATAP —
Wilona berada dalam pelukan Selena saat ini, sementara Nirina sedang duduk di sofa sambil menatap kehangatan itu. Bianca sendiri baru selesai membersihkan tubuhnya, kini dia pergi ke dapur untuk memeriksa bahan makanan. Tiga hari dia meninggalkan Selena dan Nirina, Selena bilang mereka pulang dari rumah sakit kemarin sore.
"Ada yang lihat Bibi Nana?" tanya Bianca.
Selena memeluk Bianca dari belakang, betapa Selena merindukan Bianca yang sudah tiga hari tidak ditemuinya. Harum parfum Bianca tercium begitu menyegarkan, Selena saja sampai makin erat memeluknya.
"Dia kabur dari rumah," jawab Selena. "Sebenarnya Bibi Nana itu sudah kenal kita dari kecil atau tidak, sih?"
Bianca menggelengkan kepalanya. "Dia datang setelah Ayah dan Ibu pergi, lalu menagih uang karena katanya Ayah punya hutang sama dia."
"Dasar!" geram Selena. "Sekarang Suaminya Bibi Nana sedang menjadi buronan, dia ikutan judi plus narkoba!"
"Kamu serius?"
"Iya!" yakin Selena. "Tadi malam ada polisi ke sini, tapi Bibi Nana sama Suaminya sudah ngga ada di rumah."
Bianca menghembuskan napas panjang, kemungkinan besar orang tuanya tidak berhutang kepada mereka. Mereka yang terlanjur terlilit hutang pasti kelabakan, bingung harus pergi ke mana. Alhasil, memanfaatkan kesempatan berduka nya saudara mereka.
"Teteh," panggil Selena.
"Hm?"
"Kok, Teteh kurusan, sih?"
"Eh, jangan!" Bianca menahan tangan Selena yang hendak turun ke perutnya. "Sudah, Teteh mau masak dulu, kalian pasti lapar."
Selena mengerutkan dahinya bingung, tapi dia menurut juga saat Bianca menyuruhnya untuk tidak menyentuh perut bagian bawahnya.
"Lena bantu, ya?"
"Boleh."
Wilona dan Nirina datang, keduanya langsung duduk di kursi meja makan menunggu masakan siap. Bianca bahkan hanya sempat bersih-bersih, dia belum istirahat karena ingat sekarang waktunya untuk adik-adiknya makan. Kasihan kalau sampai mereka kelaparan.
"Teh Aca tidak capek?" tanya Nirina.
"Tidaklah," jawab Bianca dengan tawa kecilnya. "Kapan lagi Teteh masak buat kalian, kan?"
Selena menoleh. "Ya harus sering-sering, Teh. Soalnya, semua masakan Teteh itu enak!"
"Masa?" tanya Bianca. "Enak atau kamu malas masak?"
Mereka tertawa saat itu juga, kehangatan masih bersama mereka yang masih bertahan. Seandainya Katarina masih ada, mungkin dia sedang duduk bersama dengan Wilona dan Nirina di sana.
"Teh," panggil Selena. "Jangan ngelamun, deh."
"Eh, ada apa?" sahut Bianca. "Lena, kamu siapkan sayuran yang di kulkas, gih. Masakannya sudah mau beres."
"Okay, Teh!"
Bianca menghidangkan masakan yang dibuatnya ke meja makan, kemudian terdengar bel berbunyi yang membuatnya segera pergi untuk membukakan pintu. Siapa orang yang bertamu pagi-pagi begini?
"Sebentar~"
Bianca menarik daun pintu, terbukalah pintu hingga memperlihatkan keberadaan seorang pemuda. Pemuda itu tersenyum kikuk dengan satu buket bunga di genggamannya.
"Nirina nya ada?"
Bianca menatapnya dengan saksama. Tidakkah pemuda ini terlihat tidak asing?
"Saya, saya teman sekelasnya. Saya mau jenguk dia yang sudah izin sakit selama beberapa hari belakangan ini," tuturnya. "Oh, iya lupa. Nama saya Cakra."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Tanpa Atap
Fanfictie[COMPLETED] Sinb ft Aespa Bianca tidak bicara, Katarina tidak berjalan, Selena tidak mendengar, Wilona tidak kunjung dewasa, dan Nirina tidak waras. [19-02-24] #1 Winter [19-02-24] #1 Giselle