— RUMAH TANPA ATAP —
Pak Theo
|| Wilo baik-baik saja di sini
|| Saya baru dengar kabar tentang Katarina
|| Maaf terburu-buru membawa Wilo
08.20 pmBianca menatap pesan masuk itu dengan sedikit perasaan lega. Dia sudah khawatir pada Wilona yang tak ada kabar sama sekali, kini setelah tiga hari kepergiannya Pak Theo memberi kabar juga.
Ya, terima kasih ||
Tolong jaga Wilo baik-baik ||
08.25 pmBianca menaruh ponselnya, ia mengelap peluh yang membasahi dahi. Dilihatnya toko yang mulai sepi pelanggan, itu berarti sudah waktunya menutup toko. Bianca harus pergi bekerja agar ada pemasukan, besoknya dia akan menghadiri persidangan atas tuntutan terhadap Juan Abraham. Bianca tidak sabar, ingin mendengar kabar kematian lelaki bejat itu.
Setelah dirasa semuanya beres, Bianca bergegas keluar dari toko. Dia sendirian hari ini, Serra izin karena ada kegiatan lain.
Seluruh lampu toko sudah mati, dan Bianca sudah berada di luar sekarang. Dia menghela napas pendek, mulai menengadah sembari berkacak pinggang. Lelah menjadi dirinya, tapi jika tidak seperti ini maka hidupnya akan berhenti. Tidak masalah ketika itu hanya hidupnya saja, tapi dia menanggung tiga kehidupan lainnya.
Sesuatu mengalir dari salah satu lubang hidungnya, Bianca buru-buru mengelapnya sebab menyadari yang mengalir adalah darah. Kepalanya terasa pening, entah apa yang sedang terjadi pada dirinya akhir-akhir ini. Dia memperhatikan kondisi adik-adiknya, tapi dia lupa memperhatikan kondisi dirinya sendiri.
"Kamu baru pulang?"
Bianca menoleh, ia mengangguk padanya yang bertanya. Rupanya Jehan, entah mengapa lelaki itu tiba-tiba saja datang ke sini, mereka tidak punya janji apa-apa soalnya.
"Serra bilang kamu sendirian di toko, jadi saya ke sini buat jemput kamu pulang," ucapnya.
Bianca mengeluarkan buku catatan dan menulis sesuatu di sana.
"Aku bisa pulang sendiri, ini bukan yang pertama kali, terima kasih."
Jehan berdehem, ia jadi canggung setelah mengetahui respon itu dari Bianca. Padahal, Jehan sampai meninggalkan beberapa pekerjaan yang belum usai agar bisa menemui Bianca dan menjemputnya pulang. Sudah terlalu larut untuk Bianca pulang seorang diri.
"Saya tidak peduli, saya akan tetap mengantar kamu pulang."
Jehan menyeret lengan Bianca dengan paksa, pria itu tak sedikit pun memberi Bianca kesempatan untuk melepaskan diri. Bianca baru dilepaskan setelah masuk ke mobil, jadi tidak ada alasan baginya untuk pulang seorang diri.
"Kamu ini keras kepala juga, ya?" ucap Jehan.
Tiba-tiba saja Jehan mencondongkan sebagian tubuhnya ke arah Bianca, hal itu membuat Bianca berdebar bukan main. Namun, tindakan Jehan bukan tanpa alasan, dia hanya ingin memasangkan sabuk pengaman yang Bianca abaikan setelah masuk ke mobil.
"Cari aman, supaya pulang selamat."
Bianca kelabakan, ia memalingkan pandangannya ke arah jendela sebab rasa canggung yang muncul begitu saja. Jehan sendiri malah senyum-senyum di sana, memang dasar pria.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Tanpa Atap
Fanfic[COMPLETED] Sinb ft Aespa Bianca tidak bicara, Katarina tidak berjalan, Selena tidak mendengar, Wilona tidak kunjung dewasa, dan Nirina tidak waras. [19-02-24] #1 Winter [19-02-24] #1 Giselle