5. Tawaran Gila

165 20 2
                                    

Secara tidak biasa Jeno mengambil cuti. Entah bagaimana dia tidak ingin meninggalkan rumah Ruby dan ingin bermalas-malasan disana.

Lelaki itu juga tidak ingin merepotkan sang tuan rumah, dia membeli banyak makanan semalam dan hanya perlu menghangatkannya saja pagi ini.

"Sudah selesai semua, bisa makan sekarang." Katanya.

Jeno menghampiri sofa ketika Ruby sedang duduk di sana. Lalu sedikit tertegun ketika tanpa sengaja melihat Ruby tengah menyusui Rui.

Mulut Jeno menganga, dengan matanya yang jelalatan menatap dada Ruby. Lelaki itu segera mengalihkan pandangan.

'shit.. aku jadi tegang. ' Jeno mengumpat di dalam kepalanya.

Dia sempat berdehem untuk memberitahu Ruby tentang keberadaannya dan itu membuat Ruby buru-buru menutupi dadanya.

"Mm.. makanannya sudah siap." Jeno menggaruk belakang kepalanya.

"Oh.. iya, sebentar."

Jeno pergi ke meja makan lebih dulu. Pikirannya seketika blank dengan ingatan yang berputar ketika dia melihat Ruby tadi. Diam-diam Jeno bergumam memujinya.

"bulet banget ya, mana putih lagi."

"Hm?? Kenapa Jen??" Ruby menghampirinya sambil menggendong Rui.

"O-oh.. ini.. dimsumnya bulet." Jeno berkilah. Mencoba mengendalikan matanya agar tak memandang dada Ruby seperti orang mesum.

"Aku mau pergi setelah ini. " Kata Jeno lagi.

"Oh.. baguslah. " Ruby menanggapi dengan acuh.

"Kamu ga tanya aku mau kemana ?"

Gadis itu hanya mengedikkan bahu.

"Engga, aku pikir urusanmu itu bukan urusanku. Terserah kamu mau kemana."

Jeno cemberut. Ruby tak memberinya jawaban yang ingin dia dengar. Lelaki itu memegang sumpitnya seperti anak-anak yang sedang kesal, dia mengambil nasi dan sup lalu makan dengan bibir cemberut.

"Mending kamu pulang, jangan lama-lama disini."

"Pasti balik." Kata Jeno acuh. Lelaki itu melanjutkan.

"Aku cuma mau ambil baju di rumah, terus balik kesini. Kalau bisa sih aku mau mindahin baju-baju ku kesini."

"Jen.."

seperti yang sudah Jeno duga, Ruby tidak akan setuju dengan ini.

"Ruby... Ayo kita menikah, jadilah istri keduaku."


Teriknya matahari siang itu juga ikut membuat otak Jeno memanas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Teriknya matahari siang itu juga ikut membuat otak Jeno memanas. Saking panasnya hingga daya pikirnya tak bisa berfungsi dengan benar.

Lee Jeno merasa dirinya telah melakukan hal gila. Lelaki itu dengan asal mengajak Ruby menikah lalu menawarinya menjadi istri kedua.

Sebuah tawaran yang akan membuat wanita manapun  berpikir ribuan kali sebelum menerimanya. Dan Jeno dengan mudahnya menawarkan itu pada Ruby yang selama belasan tahun sudah dia anggap sebagai keluarganya sendiri.

Lelaki itu mendesah, terhitung sudah 3 kali dalam 5 menit terakhir. Tangannya memegang ice americano venti size favoritenya sementara bibirnya menyeruput sedikit demi sedikit cairan pekat yang memberikan sensasi pahit di lidah.

Yah... Tawaran Jeno memang sedikit menggila, tapi ada hal gila lain yang tengah berputar di kepalanya. Itu adalah.....

"Tumben ngajak ketemu siang-siang?" Lee Haechan datang tak lama kemudian. Dan kedatangannya telah membuyarkan lamunan Jeno.

Sosok yang telah lama menjadi teman karibnya itu tak pernah sekalipun menolak ajakan Jeno. Kapanpun Jeno meminta untuk bertemu Haechan akan menyanggupinya.

"Mau curhat." Katanya.

Haechan sudah menduga itu. Dilihat dari wajahnya saja, jeno memang tampak tertekan.

"Soal Caroline? Kalian belum baikan?"

"Bukan soal dia... " Jeno terlihat menimbang-nimbang lalu meralat ucapannya sendiri.

"Yahh.. memang ada hubungannya tapi aku bukan mau tanya soal itu."

Haechan mengangguk-angguk. Tangan panjangnya bergerak cepat merebut minuman Jeno lalu dia menyeruputnya sedikit.

"Terus apa?"

"Kenapa orang menyusui itu sangat sexy?"

Haechan hampir saja menyemburkan minuman di dalam mulutnya. Lelaki itu tak pernah mengira jika orang seperti Jeno akan bertanya hal mesum sejenis ini."

"Hey.. siapa yang kau maksud? Lee Ruby?"

Jeno diam, Haechan menarik kesimpulan jika tebakannya benar.

"Lee Jeno sejak kapan kamu jadi orang mesum??"

Iya. Sejak kapan?

Jeno memang sedikit kepikiran dengan tawaran gilanya pada Ruby. Tapi hal lain yang telah merenggut otak warasnya adalah bayangan ketika Ruby menyusui Rui. Itu benar-benar mengganggu orientasi seksualnya.

"Jen.. aku tau kamu jarang dapat jatah sejak punya masalah sama Caroline, tapi ga gini caranya Jen. Masa mau mesum ke teman sendiri?"

Ya. Itu juga akan jadi masalah. Jeno sudah terlanjur nyaman bersama Ruby. Saking nyamannya dia sampai menawari Ruby jadi istri keduanya.

"Entahlah. Aku rasa hubunganku sama Ruby itu aneh. Aku terlalu khawatir sama dia, aku nyaman di rumahnya bahkan lebih nyaman sama Ruby daripada Caroline. "

"Kamu suka Ruby?" Dua alis Haechan terangkat. Sementara Jeno menggeleng.

"Aku pikir bukan rasa suka yang seperti itu, tapi aku benar-benar menginginkan dia."

Wah... Ini gila. Ketika seorang pria punya keinginan untuk mendua, ini akan menjadi semakin rumit.

"Kamu ga bisa pegang 2 batu dengan satu tangan." Kata Haechan. Lelaki itu menjeda sebelum melanjutkan.

"Lepaskan salah satunya sebelum kamu menyakiti mereka berdua. "


Kali ini Haechan akan jadi orang bener 🤣🤣🤣

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kali ini Haechan akan jadi orang bener 🤣🤣🤣

Vote yuk.... 🌝🌝

 🌝🌝

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SECOND CHANCE | LEE JENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang