18. Memang Dia

97 14 0
                                    

Selama 6 Tahun Jeno tidak pernah hidup tenang. Tidurnya tak nyenyak dan nafsu makannya menurun. Dia kalang kabut karena tidak bisa menemukan Ruby.

Jeno begitu frustasi karena Ruby menghilang. Rumahnya sudah kosong saat dia datang, dan tidak ada seorang pun yang bisa memberitahunya akan keberadaan gadis itu.

Caroline menyembunyikan Ruby dengan sangat rapi bahkan puluhan detektif yang Jeno bayar untuk mencari Ruby kembali menghadap tanpa informasi apapun.

Dan sekarang ketika Jeno sudah hampir menyerah, keberadaan gadis itu mulai menemui titik terang. Jeno melihat seseoramg yang begitu mirip dengan Ruby dan dia sangat yakin jika yang di lihatnya memanglah Ruby.

Riku memberitau Jeno jika gadis itu tinggal di sebuah toko bunga, itue semakin menguatkan dugaan Jeno.

Dan disinilah dia sekarang, berdiri termangu menatap bangunan mungil yang memiliki 2 lantai.

Dan disinilah dia sekarang, berdiri termangu menatap bangunan mungil yang memiliki 2 lantai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeno sedikit ragu untuk masuk. Bukan karena dia takut tapi dia sedang menyiapkan dirinya dari rasa kecewa jika saja dugaannya itu salah.

Dia sempat menarik nafas panjang sebelum langkah kakinya bergerak masuk. Dentingan lonceng yang khas ketika seseorang membuka pintu toko begitu dirindukan Jeno. Sudah lama rasanya Jeno tidak mendengar bunyi nyaring itu.

"Selamat siang." Seorang bocah lelaki dengan bahasa inggris yang fasih menyapanya.

Jeno lagi-lagi tertegun menatap setiap struktur wajah bocah itu. Wajahnya sangat familiar, dua mata bulat itu sangat mirip dengan Ruby juga bibir plumnya yang sama persis. Tidak salah lagi, dia pasti Lee Rui, putra semata wayang dari Lee Ruby.

"Tuan... Mau beli apa?"

"Tuan..."

Butuh 3 kali panggilan dari bocah itu sampai akhirnya Jeno memusatkan atensi padanya.

"Hm?? Ya ??" Lelaki itu tampak sedikit linglung.

"Ada yang bisa aku bantu tuan?" Bocah itu bertanya dengan sopan. Itu membuat Jeno mengulas senyuman.

" Eh.. eumm... A-aku.... Aku mau pesan bunga, iya." Jeno jadi tergagap karena dia sama sekali tak memiliki tujuan lain selain untuk mencari Ruby. Beruntung otaknya bisa dengan cepat mencari alibi.

" Anda bisa melihat jenis bungamya dulu." Katanya.

Jeno lagi-lagi tersenyum, memamerkan mata bulan sabitnya yang indah.

"Baiklah.. tapi sebelum itu boleh aku tau namamu ??"

Bocah itu menatap mata jeno dengan tatapan polos.

"Namaku?? Namaku Lee Rui."

Gotcha !!!

Perkiraan Jeno tidak meleset. Rasanya dia ingin memeluk Rui sekarang juga. Bocah yang saat bayi sering dia gendong sekarang sudah sebesar ini. Jeno ingin menangis haru tapi itu tidak bisa dia lakukan sekarang.

SECOND CHANCE | LEE JENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang