17. Dia ???

113 15 3
                                    

Sudah 6 tahun sejak kepergian Caroline dan sudah 6 tahun pula Jeno di bayangi kesalahannya.

Ratusan kali Jeno mendatangi makan mendiang istrinya, duduk bersimpuh dengan kata maaf yang terucap berulang-ulang. Buket-buket bunga kering di atas tanah tandus itu seolah menjadi saksi bisu akan penebusan dosa Lee Jeno yang belum usai.

Lelaki itu tak mengatakan apapun selain permintaan maaf yang tak akan pernah mendapat ampunan. Dia akan menghabiskan waktu berjam-jam disana lalu pulang dalam keadaan hampa.

Dia telah kehilangan segalanya. Seorang istri yang amat mencintainya dan juga kehilangan Ruby- orang yang dia cintai. Jeno menyesal tapi dia tidak mampu memperbaiki segalanya.

"Sudah saatnya tuan Lee."

Seorang pria dengan setelan jas formal mengingatkannya. Sementara Jeno hanya diam menatap tanah kering yang penuh dengan kelopak bunga.

 Sementara Jeno hanya diam menatap tanah kering yang penuh dengan kelopak bunga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kita harus ke bandara sekarang. " Pria itu mengingatkan sekali lagi. Dan saat itulah Jeno beranjak.

Sejak kehilangan 2 wanita yang sangat berarti dalam hidupnya, Jeno memilih menenggelamkan diri dalam pekerjaannya. Melakukan bisnis di sana-sini untuk mengusir sepi.

Dan hari ini dia akan melakukan pertemuan bisnis di London dengan salah satu keturunan ratu Inggris.

Butuh waktu hampir 12 jam bagi Jeno untuk sampai kesana. Harusnya dia memakai waktu luangnya itu untuk tidur tapi apalah daya dia adalah penderita insomnia akut sejak 6 tahun yang lalu.

Lelaki yang memakai pakaian serba hitam itu cukup menyita perhatian orang-orang di bandara. Wajah maskulinnya memukau banyak orang tapi tak sedikitpun dia berbangga diri.

"Langsung ke hotel." Titahnya. Namun sayang lelaki yang berdiri di sampingnya itu tak mendengar perintah Jeno.

"Maeda..." Panggilnya sekali lagi. Suaranya sengaja di naikkan beberapa oktaf.

"Y-Ya tuan? " Laki-laki tadi tergagap.

"Langsung ke hotel." Jeno mengulangi perintahnya. Dia berdiri di sisi jalan agar mobil sewaannya mudah untuk mendekat.

"Baik tuan."

Jarak antara bandara dan hotel cukup jauh. Hotel itu berada di tengah kota dengan desain klasik yang indah. Rasanya seperti sedang berada di masa lalu dengan segala perabotan antik dan lampu gantung kuno. Jeno benar-benar menyukai suasananya.

Lelaki itu sudah memesan kamar sebelumnya tapi tetap saja dia harus datang ke resepsionis untuk mengurus sesuatu.

"Mr. Lee Jeno?"

"Yes."

Jeno menunggu, berdiri melamun ketika menunggu kunci kamar di berikan. Tatapannya bergerak mengitari ruangan lalu mengagumi setiap sudut indah yang tertata disana.

Banyak nya orang di lobby membawanya dalam lamunan, namun ketika mata bulan sabitnya menatap sesuatu yang familiar, Jeno langsung tersadar.

Punggung mungil itu sangat dia kenali meskipun dalam gaya rambut yang berbeda. Gestur wajahnya benar-benar mirip hingga membuat Jeno berulangkali mengerjap.

"Lee Ruby ??? " Lelaki itu bergumam. Dia berjalan ke pintu keluar untuk mengikuti pergerakan gadis itu.

Gadis itu pergi dengan cepat setelah menurunkan rangkaian bunga berisi ucapan selamat yang diletakkan di teras hotel.

Jeno belum sempat mendekatinya bahkan untuk memastikan dugannya saja belum sempat.
Gadis itu pergi begitu saja tanpa sekalipun melirik Jeno.

"Tuan, mau kemana? " Maeda Riku sekertaris Jeno ikut berlari keluar mengejar tuannya.

Jeno tak bergeming. Lelaki itu masih terdiam di teras hotel.

"Tuan, ini kunci ka...."

"Maeda..." Jeno memotong.

"Ya tuan? "

"Cari tau asal pengiriman buket bunga di depan itu."

"Tuan mau pesan bunga?"

"Lakuin aja ga usah banyak tanya."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SECOND CHANCE | LEE JENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang