24. Lamaran ?

113 14 1
                                    

Gusarnya angin tak selalu membawa kabar tentang hujan. Bahkan di bawah terik matahari siang itu angin tak mau menyerah, berdansa mesra dengan gulungan debu yang terbang meliuk-liuk.

Dedaunan menari di atas angin, bergerak kesana kemari mengikuti alurnya. Seperti halnya hidup yang terombang-ambing mengikuti takdir tapi tetap harus di jalani.

Lee Ruby akhirnya mengikuti kata hatinya, keegoisannya, sekaligus keinginan terpendamnya terhadap seseorang yang awalnya bukan miliknya.

Dia datang ke korea bersama Rui tanpa memberitau siapapun. Hal pertama yang dia lakukan ketika menginjakkan kaki di tanah kelahirannya adalah mengunjungi makam Caroline.

Ruby sengaja membawa bunga rangkaiannya yang begitu cantik dan memiliki warna cerah untuk menghiasi pusara Caroline. Ahh... Gadis itu pasti kesepian di tanah kuburnya. Berdiam seorang diri tanpa ada seorangpun yang menemaninya.

Ya, Ruby pikir begitu. Tapi tampaknya dia salah besar. Lee Jeno ada di sana saat Ruby datang. Lelaki itu duduk melamun sembari menatap rumput hijau yang tumbuh di atas makam mendiang istrinya.

Tanpa Ruby ketahui Jeno selalu datang ke makam itu bahkan hampir setiap hari. Dia akan berbicara sendirian seolah Caroline duduk bersamanya dan mendengarkannya.

Setidaknya Ruby merasa lega karena Jeno mau merenungi kesalahannya.

"Siapa yang mati mama ???" Pertanyaan polos dari Rui membuat Jeno menoleh.

Menatap terkejut pada sosok yang tidak pernah dia duga kehadirannya. Lee Jeno mengerjap beberapa kali, untuk memastikan dirinya tidak berhalusinasi ataupun terjebak fatamorgana.

"Om Jeno... "  Sapaan bocah itu menyadarkannya.

"Ru-Rui.... Ruby..."

Ruby tersenyum simpul, tidak menggambarkan jika dia bahagia, hanya senyuman biasa sebagai tanda sapaan.

Gadis itu duduk di samping pusara dan meletakkan rangkaian bunganya di depan batu nisan.

"Maaf aku baru sempat mengunjungimu." Ucapnya pada Caroline yang telah terbaring tenang di dalam tanah.

"Ruby... " Jeno masih tidak percaya. Lelaki itu memelototi Ruby seolah gadis itu adalah hantu gentayangan.

"Sudah lama disini ? " Tanya Ruby, dia hanya memberikan lirikan pada Jeno.

"Nyaris 3 jam." Jawabnya.

Ruby lagi-lagi tersenyum. Satu tangannya menyentuh gundukan tanah di hadapannya, lalu gadis itu berucap,

"Carol... suamimu sepertinya mau melamarku. Apa yang harus aku lakukan? "

"Ruby.."

"Apa ? Aku tidak dengar?? Katakan lebih jelas Crarol.." Ruby berpura-pura berbicara dengan Caroline, dia menunduk untuk mendekatkan telinganya.

"Iya aku tau dia brengsek. Lebih baik di tolak saja ya??"

"Heeeyy!!!" Jeno protes dengan bibir mengerucut lucu.

"Ayo Rui kita pulang." Ruby tak mengindahkan protes dari Jeno. Wanita itu pergi begitu saja sambil menggandeng Rui.

"Ruby.... Lee Ruby.... " Jeno tentu saja mengejarnya.

"Hey.. bukannya kamu pulang buat menerima lamaranku ??" Lelaki itu menarik tangan Ruby agar dia berhenti berjalan.

"Lamaran? Lamaran yang mana? Aku belum pernah di lamar siapapun. " Ruby berusaja memasang wajah datar meskipun sebenarnya dia ingin tertawa.

"Oke, kasih aku waktu buat nyiapin semuanya. Biar aku lamar kamu dengan layak. "

"Itu tergantung Rui. "

SECOND CHANCE | LEE JENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang