19. Gara-Gara Pen*s

192 18 6
                                    

"Ruby tunggu.... Lee Ruby..."

Ruby berjalan cepat untuk menghindar tapi Lee Jeno lebih cepat darinya. Lelaki itu mencekal pergelangan tangan Ruby lalu dalam satu tarikan cepat membawa wanita itu ke dalam pelukannya.

"Jen..."

"Jeno.."

Jeno tak bergeming, dia tak berucap ataupun bersuara. Yang bisa Ruby rasakan saat ini hanyalah tubuh Jeno yang bergetar.

'dia menangis??'

"Jen..."

"Syukurlah kamu baik-baik saja." Suara parau Jeno seolah mengkonfirmasi pertanyaan Ruby sebelumnya. Laki-laki itu sedang menangis sambil memeluknya.

"Jen ini tempat umum. Jangan begini."

Ruby melirik sekelilingnya. Jeno memeluknya di tengah trotoar jalan yang ramai pejalan kaki. Dan lelaki itu juga menangis persis seperti cuplikan drama picisan di tv.

"Aku khawatir Ruby." Jeno menegaskan perasaannya.

Ruby tau itu. Jeno tidak pernah tidak mengkhawatirkannya, tapi tujuannya pergi jauh ke london adalah agar lelaki itu berhenti mengkhawatirkannya. Ini sudah 6 tahun tapi tampaknya dia tidak berhasil membuat Jeno berhenti memikirkannya.

"Jeno lepasin. Kita ada di tengah jalan."

" Kamu janji ga akan lari lagi kan??"

"Kita bicara lagi nanti..."

"Ga mau. Kamu pasti lari kalau aku lepasin sekarang."

Ruby menghela nafas. Jeno bersikap sangat kekanakan hingga dia tidak memiliki pilihan lain.

"Oke aku janji. "

Pelukan Jeno akhirnya mengendur, rasa sesak sesaat akibat kuatnya pelukan Jeno akhirnya berakhir. Ruby bisa bernafas dengan leluasa sekarang.

Gadis itu mau mengambil kesempatan untuk kabur tapi sayang, lagi-lagi gerakan Jeno lebih cepat darinya.

Untuk kedua kalinya Jeno menangkapnya, kali ini dia tidak memeluk Ruby, melainkan merengkuh tubuh gadis itu lalu menciumnya di depan umum.

"Umm..." Ruby berontak, dia mendorong dada Jeno bahkan menginjak kakinya, tapi itu tak membuat Jeno melepaskannya.

Sialnya lelaki itu malah semakin intens melumat dan menghisap bibirnya dengan mata terbuka.

'sial !! Dia gila. Lee Jeno keparat.' Ruby berteriak di dalam kepalanya.

"Jen..mmm.. " Ruby meronta minta di lepaskan, dia menarik tangannya yang terbelenggu dan membuat posisi mereka berputar-putar seperti sedang berdansa.

Tanpa sengaja mata bulatnya menangkap keberadaan Rui. Bocah itu sedang menonton ibunya berciuman di tengah jalan dengan pria asing, bocah itu menganga.

'sudah cukup, dasar bajingan keparat.'

Lee Ruby habis kesabaran. Wanita itu menendang area vital Jeno dengan lututnya dan menbuat lelaki itu langsung melepaskannya.

Jeno bersimpuh, mengaduh dengan wajah kesakitan. Dua tangannya memegang penisnya yang terasa berdenyut sementara mulutnya sibuk merintih.

"Ahh.. Ruby.. aw.."

"Rasain, makanya jangan kurang ajar."

Ruby tak mempedulikannya, wanita itu dengan acuh masuk ke tokonya sambil menggandeng Rui.

Awalnya memang dia mampu bersikap acuh, tapi setelah 2 menit berlalu dan Jeno masih terpuruk di pinggir trotoar, hati nurani Ruby mulai terketuk.

'apa aku tadi keterlaluan ya?? Gimana kalau itu nya luka ??' ruby benar-benar kepikiran.

SECOND CHANCE | LEE JENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang