10. Bitch

165 19 6
                                    

Caroline Park tidak pernah gagal dalam hal apapun. Dilahirkan di tengah keluarga kaya dan terpandang membuat Caroline bisa meraih apapun. Pendidikan yang tinggi, nilai yang cemerlang dan karir yang bagus.

Banyak orang juga iri karena dia bisa menikah muda dengan seorang CEO muda yang sangat mencintainya dan dia cintai. Semua dalam hidup Caroline itu sempurna dan hanya ada 1 kegagalan besar yang kini dia hadapi.

Dia gagal membuat Jeno hanya mencintainya.

Caroline sudah banyak berharap. Memiliki seorang suami dimana dia bisa bersandar dan menggantungkan hidup padanya. Melalui semuanya berdua dan menua bersama.

Tapi nyatanya, Caroline merasa menjalani pernikahan ini sendirian. Dia yang berusaha membuat pernikahan ini menjadi hidup tapi sebaliknya Jeno tidak.

Raga lelaki itu mungkin di rumah bersamanya, tapi jiwa Jeno tidak disana. Jangankan kasih sayang, perhatian dari Jeno untuknya saja tidak ada.

Lee Jeno jelas sangat berbeda dari sosok penuh kasih sayang yang dia pacari 3 tahun lalu. Apakah Jeno sudah bosan padanya ? Apakah Caroline tak secantik dulu ?
Ataukah.... Jeno hanya ingin bermain-main dengan perasaannya?

Lihatlah dia, dia adalah anak tunggal kesayangan di keluarganya yang di besarkan secara terhormat. Tapi apa ? Dia justru kalah dari seorang yatim piatu kumuh yang telah lama menjadi anak pungut di keluarga Jeno.

Ini adalah sebuah aib yang tak ingin Caroline akui. Dikalahkan oleh sosok yang jelas berbeda kelas dengannya.

Tidak!! Caroline tidak ingin mengalah dengan gadis jalang sepertinya. Ini adalah pernikahannya, meskipun dia harus menangis darah, Caroline akan tetap membuat Jeno berada disisinya.

Gadis itu telah bertekad bahwa tidak boleh ada orang lain yang bisa merusak rumah tangganya kecuali kematian.

Dengan keyakinan itu Caroline pergi menemui Jeno. Lelaki itu tak pulang hingga lewat tengah malam dan security di kantor mengatakan jika suaminya ada disana. Yahh... Meski ini juga bukan hal yang bagus setidaknya Jeno tidak menginap di rumah wanita yang paling dia benci.

Gedung ini tampak seribu kali lebih menyeramkan dari biasanya. Beberapa lantai sudah gelap sementara beberapa lagi minim cahaya. Seorang security mengantarkan Caroline sampai ke ruangan Jeno lalu dia pamit untuk pergi.

Ruangan Jeno adalah satu-satunya tempat paling terang di gedung itu. Jeno ada disana, duduk miring di sofa bersama berbotol-botol beer dingin.

Rambut lelaki itu berantakan, wajahnya tampak lesu dan kantung matanya menghitam seperti zombie.

"Cih.." Caroline bersedekap. Dia tersenyum penuh penghinaan pada sosok yang masih menjadi suaminya itu.

Sungguh Jeno tidak tau diri. Dialah penyebab semua ini terjadi, dialah yang berkhianat lebih dulu, dialah yang menorehkan luka di hati Caroline dan mencoreng pernikahan mereka dengan tinta hitam,

lalu....

Masih pantaskah dia bertingkah seolah dia adalah satu-satunya yang paling menderita ???

Harusnya Caroline yang merasa tersiksa, karena dia adalah satu-satunya korban dari keegoisan Jeno dan ketidakbecusannya dalam menjalani pernikahan.

Caroline terkesiap ketika Jeno kembali bergerak. Entah apa yang sedang laki-laki itu pikirkan. Dia tersenyum simpul, menatap Caroline dengan mata menyipit dan kedua tangan yang mencoba meraih tubuhnya.

Caroline mundur satu langkah, merasa tak Sudi berada dalam rengkuhan suaminya. Namun itu tak membuat Jeno menyerah.

Lelaki itu berdiri dengan tubuh terhuyung-huyung. Langkahnya yang besar-besar membuatnya bisa mencapai tubuh Caroline dengan cepat lalu meraih tubuh mungil itu dalam satu tarikan cepat.

SECOND CHANCE | LEE JENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang