2. Sakit

7.1K 230 6
                                    

Remaja itu nampak mondar-mandir dapur ke kamarnya karena subuh tadi mendapati badan sahabatnya yang panas dengan wajah pucat.

Ia segera mengompres kening itu. Menghela napas mendengar suara sesenggukan dari bibirnya yang bergetar.

Pintu terbuka menampilkan Sarah. Mommy Ganzi yang datang membawa bubur dan obat.

Sarah mengambil alih kompresan itu kemudian membawa tubuh Dani ke pelukan hangatnya. Mengusap sayang kepala yang nampak lepek karena keringat.

"Hiks takut..." lirihnya.

"Tenang, nak. Stt Dani disini sama Mommy, sayang."

Semalaman bahkan Sarah tak tidur hanya untuk menenangkan Dani yang terus menangis dan berakhir demam seperti ini.

"Mommy?"

"Iya, sayang. Ini Mommy. Tenang ya, nak. Bangun dulu ya. Mommy udah buatin bubur buat Dani."

Meski lemas, Dani mengangguk. Ia dibantu Ganzi untuk bersender di dashboard kasurnya agar nyaman lalu dengan telaten Sarah menyuapinya. Sarah adalah sosok ibu yang sangat penyayang. Bahkan ia sudah menganggap Dani dan Samudra seperti anak kandungnya sendiri. Tak beda-beda ke Ganzi atau ke2nya.

"Dani kan ga suka obat. Jadi Mommy beliin yang cair. Manis, sayang. Diminum ya. Biar cepet sembuh. Ya sayang?"

Dani memang tipikal remaja anti obat. Dia tak pernah mau mengkonsumsi benda penyembuh sakit itu.

Tapi kali ini ia tak mau terus merepotkan Sarah dan Ganzi hingga ia terpaksa mengangguk saja. Semanis apapun obatnya, dijamin ia akan muntah setelah meminumnya.

Dan benar saja. Sekuat tenaga Dani menelannya tapi ujung-ujungnya dia harus berlari ke kamar mandi dan memuntahkan obat yang baru saja ia telan.

"Astaga, Dani!" Seru Sarah. Dani setidaksukanya dengan obat ternyata. Ia tau Dani tak suka obat. Tapi pikirannya mungkin Dani akan meminumnya jika manis. Tapi ternyata sama saja.

3 menit Dani sibuk dengan menghilangkan rasa obat itu membuat tubuhnya semakin lemas.

Ganzi dan Sarah membantunya kembali ke kasur.

"Maafin Mommy ya, sayang."

"Nggak papa kok, Mom."

"Yaudah Dani istirahat dulu aja ya. Ganzi temenin dulu. Mommy panggilin kak Rayan dulu."

"Iya, Mom."

Tak sampai 15 menit kakak ke2 dari Ganzi itu datang. Ia memang berprofesi sebagai dokter saat ini.

Rayan diminta Sarah untuk segera memeriksa Dani. Rayan juga dekat dengan Dani. Mereka saling mengenal.

"Dani demam karena terlalu lama nangis, Mom. Juga kebanyakan pikiran. Kalo mengenai obat, dari kecil mungkin Dani emang ga pernah minum obat karena ga suka. Jadi kebawa sampai remaja begini. Efeknya gitu, Mom. Makin dipaksa dia minum obat, malah makin sakit anaknya. Kalo makin parah, mending dibawa ke rumah sakit aja, Mom. Biar diinfus."

Ke3nya menatap Dani iba. Sebegitunya Dani kepikiran karena keluarganya sampai demam seperti ini.

"Iya nanti Mommy bilangin ke Dani. Biarin Dani istirahat dulu."

"Yaudah Rayan mau balik ke rumah sakit, Mom. Tadi banyak antrian."

"Iya, nak. Hati-hati, ya."

"Iya, Mom."

Setelahnya Rayan pergi. Menyisakan ke3nya didalam kamar Ganzi itu.

"Dani ga mau bunda nya tau, Mom. Makanya Ganzi ga ngasih tau kalo Dani lagi sakit."

DANIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang