Tion terjengit mendengar dering telepon. Nyawanya langsung tersadar. Ia meraih ponselnya seraya tangan yang mengusap lembut kepala dalam dekapannya agar tak terbangun.
Ia berdecak melihat siapa penelepon. Kemudian ia mengangkatnya.
"..."
"Gw sibuk."
"..."
"Gw udah bilang jangan ganggu. Gw udah tf 2M dan berhenti ganggu gw."
"..."
"Sialan."
"..."
Tion menatap wajah damai kesayangannya. Ia ragu untuk meninggalkan Dani sekarang. Tapi ia harus pergi.
"Ck. Ya."
Tion mematikan teleponnya dan melempar hp nya asal. Ia kesal di pagi buta begini. Padahal ia baru terlelap 1 jam yang lalu dan sekarang masih pukul 2 dini hari.
"Aku pergi dulu ya. Tidur yang nyenyak, cantik. Aku ga lama."
Tion mengecup pelan kening Dani kemudian turun dari kasurnya pelan-pelan. Tanpa menimbulkan bunyi, ia keluar kamar.
Tak menyadari Dani yang memang sudah bangun karena kaget juga. Dan Dani jelas mendengar bahwa perempuan itu meminta Tion datang ke apartemennya karena bayinya mengidam ingin bersama sang ayah dan gadis itu mengancam akan melakukan apapun untuk melukai Dani jika Tion tak datang.
Saat mendengar pintu tertutup, Dani bangun. Hatinya mengatakan jika ia harus mengikuti Tion kali ini.
Tanpa mengganti pakaiannya, Dani keluar dengan kunci motor ditangannya.
"Eh tuan? Tuan mau kemana?" Tanya Pak Joko saat ia tengah menutup gerbang setelah Tion pergi dengan motornya.
"Mau ke indoapril didepan, paman. Yang buka 24 jam. Tadi udah di bolehin kok sama Tion. Ga lama juga cuma beli jajan."
"Oh begitu? Baik tuan."
Dani mengangguk dan mengambil motor metik yang tak pernah ia pakai dan memang tersedia untuknya. Ia menjalankannya kearah motor Tion melaju kencang. Dani juga berbekal gps dari hp Tion karena ia tau pasti akan ketinggalan jauh mengingat Tion jika mengendarai motor dengan kecepatan gila.
Sampai 20 menit Dani mengikuti titik merah yang tertera di layar ponselnya hingga titik itu berhenti di area apartemen elit ditengah kota. Dani bisa melihat motor Tion yang terparkir didepannya. Tak masuk kedalam. Dani berhenti 15 meter dibelakang motor Tion.
Bisa ia lihat suaminya duduk dikursi taman seperti menunggu seseorang. Dani mengintipnya dibalik gerbang area samping. Suasana sangat sepi. Hanya remang lampu yang menyinari taman itu.
Hingga tak lama 2 gadis datang. Dani memicing tajam. Ia mengenal gadis berambut hitam gelombang itu. Dia Ika. Tapi ia tak mengenal perempuan berambut setengah merah yang datang bersamanya.
Tion berdiri. Menghadap ke2nya memunggungi Dani.
"Apa duit yang gw kirim ke kalian kurang? Kalo gitu gw kirim 2 kali lipatnya dan jauhin gw sejauh-jauhnya."
"No. Kami hanya minta pertanggung jawaban."
"Gw ga mau. Gw udah berkeluarga. Kalian itu ga lain cuma gw jadiin jalang. Cih murahan."
Terlihat Ika yang menyeringai mendengar penuturan Tion.
"Oh ya? Sayang bukannya kamu juga butuh keturunan di masa depan? Sementara istri kamu aja cowok. Dia jelas ga bisa hamil."
Deg.
"Y-ya gw tau. Gw belum mikirin masa depan. Gw bisa adopsi..."
"Sutt... Sayang benih kamu udah jadi. Jelas kami bisa kasih kamu keturunan. Kamu bisa tinggalin Dani."

KAMU SEDANG MEMBACA
DANIEL
Teen FictionLEBIH BAIK BACA CERITA SAMUDRA DULU!!! "LO GILA!!" ~Dani. "Semua yang ada di lu, itu punya gw." ~Tion. "Bunda... Dani takut..." ~Dani. "Hukuman berlaku, sayang." ~Tion. Apakah Dani akan bertahan? Bagaimana cara dia menyadarkan sifat gila Tion? Dan b...