Wajah itu nampak segar setelah keluar dari kamar mandi. Tangan putih itu menyugar rambutnya yang ikut basah sedikit dibagian depannya.
Setelah mengganti pakaiannya dengan piyama hitam, ia keluar kamarnya untuk mengambil air di dapur. Diujung atas tangga ia mendengar pintu terbuka dan tersenyum lebar.
Pasti suaminya sudah pulang.
Ia dengan berlari menuruni tangga. Tapi senyumnya luntur seketika digantikan remuk jantungku yang kini berdetak nyeri.
"M-mas?"
Rasanya tulangnya menghilang dari tubuhnya melihat pria kesayangannya membawa pulang wanita lain dalam keadaan mabuk. Jelas tercium nyengat alkohol di sekitarnya.
Apalagi dia sama sekali seperti tak menyadari keberadaannya. Melenggang begitu saja menaiki tangga dengan percakapan fulgar mereka dan memasuki kamar utama??
Luruh badannya. Begitu juga hatinya dan air matanya. Oh tuhan. Apalagi ini?
Seperti rasanya nyawamu dicabut paksa dari raga. Sangat menyakitkan.
Tangisnya mengeras. Menjerit tak tertolong dan sama sekali tak ada yang peduli.
Ia berdiri dan berlari menaiki tangga dan menggedor kamarnya.
"MAS!! HIKS!!"
Tidak. Ini tidak benar. Bagaimana mungkin ia melakukannya di rumah mereka? Lagi?
Setega itu?
Suara itu? Benar-benar merusak semuanya. Senggamaan mereka menghancurkan hatinya. Sakit sekali.
Meraung keras dengan genggaman tangan yang terkepal dan memukul pintu itu tapi sama sekali tak ada respon.
BRAK!
Dani terjengit mendengar suara keras itu dari kamar sang putra. Hatinya mencelos dan langsung berlari tapi sialnya pintunya terkunci.
"SAYANG HIKS... SAYANG! BUKA PINTUNYA NAK! HIKS..."
Raungannya semakin kencang saat tiba-tiba hujan turun deras dan seperti ada gempa yang menyerang bumi. Lampu nyala mati terus menerus.
"ARGHH! HIKS... RION SAYANG BUKA NAK!"
Takut. Sungguh ia takut terjadi sesuatu dengan buah hatinya. Tak pikir lagi tentang pengkhianatan suaminya barusan. Yang ada dibenaknya hanya Rion. Sang putra.
Tak peduli tangan yang sudah berceceran darah karena mencoba merusak engsel pintu, sekuat tenaga Dani mendobrak pintu putih itu hingga akhirnya rubuh.
"SAYANG!"
Dani menghampiri Rion yang tergeletak di lantai dengan mulut yang mengeluarkan darah. Kamar itu sangat berantakan dan banyak serpihan kaca. Bisa ia lihat juga jendela yang rusak dan kaca lemari yang remuk.
Wajah tampan si kecil jauh berbeda dengan terakhir Dani lihat. Begitu pucat dan seperti tak terurus.
"Hiks... S-sayang. Tolong!! Nak bangun hiks... Ini Papi sayang..."
Dani terus berusaha menyadarkan Rion. Dani menjerit lagi saat menyadari detak jantung sang putra menghilang.
"Sayang hiks... J-jangan hiks... Jangan pergi!! RION!! Bangun nak... Hiks..."
Cobaan apa ini?
Dani mengangkat tubuh kecil itu kemudian keluar ruangan dan berlari ke bawah. Pikirannya blank. Apalagi tubuhnya yang lemas membuatnya jatuh terjerembab. Kakinya terkilir membuat tangisnya semakin pilu.
"Sa-sayang hiks... Bangun nak... RION!! hiks..."
"Sayang!"
Blam!
KAMU SEDANG MEMBACA
DANIEL
Fiksi RemajaLEBIH BAIK BACA CERITA SAMUDRA DULU!!! "LO GILA!!" ~Dani. "Semua yang ada di lu, itu punya gw." ~Tion. "Bunda... Dani takut..." ~Dani. "Hukuman berlaku, sayang." ~Tion. Apakah Dani akan bertahan? Bagaimana cara dia menyadarkan sifat gila Tion? Dan b...