20. Seribu kepribadian

2.4K 136 9
                                    

"Gimana? Rion suka ga kamarnya? Papa sendiri yang pilih desainnya."

Mata tajam kecil itu terperangah dengan mulut terbuka. Nuansa kamarnya sejuk dan nyaman. Meski lebih dominasi warna abu-abu, tapi sangat bagus untuknya.

"Suka, papa."

"Baguslah kalo suka. Nah sekarang udah malem, besok Rion sekolah. Jadi tidur ya. Karena Rion udah punya kamar sendiri, jadi berani ga tidur sendiri? Kan udah gede."

"Ga sama papi?" Lirihnya. Memang ia selalu tidur dengan Dani.

"Nih kalo Rion berani tidur sendiri, setiap akhir pekan papa ajak Rion jalan-jalan sama papi."

"Wahh. Benelan ya papa? Ga bohong ya?!"

"Nggak, sayang."

"Janji?"

Tion menautkan jari kelingkingnya pada jari kecil Rion kemudian mengangguk cepat membuat Rion tersenyum lebar.

"Oke. Ion belani tidul sendili."

"Pinternya. Yaudah gih tidur. Papa juga mau istirahat."

Tion langsung loncat ke kasurnya dan menyelimuti tubuhnya sendiri.

"Good night, papa."

"Night too, son."

Tion mengecup sekilas kening Rion sebelum meninggalkan kamar sang putra. Ia berlalu ke kamarnya yang ia buat ujung ke ujung dengan kamar Rion.

Cklek.

Pintu terbuka. Pemandangan pertama yang Tion lihat adalah bidadari cantik yang hanya mengenakan handuk kimono ditubuhnya. Rambutnya nampak basah. Pasti mandi.

"Kamu ngapain?" Tanya Dani dengan kening mengerut.

"Ngapain? Ya mau tidur lah."

"Kok disini?"

"Lah ini kan emang kamar kita, sayang. Ya aku tidur disini lah."

Dani nampak terdiam. Masih terasa asing untuk tidur ber2. Bukan?

"Mana Rion?"

"Udah tidur."

"Dimana?"

"Dikamarnya atuh, sayang."

"Yaudah aku mau tidur sama Rion aja."

Tion meraih tangan Dani yang akan membuka pintu kemudian membalikkan badannya dan mengunci tubuhnya didinding. Ia menyeringai dengan 1 tangan yang mengelus pinggang ramping itu.

"Le-lepas..."

"Aku kangen loh, yang. Masa kamu malah mau tidur sama Rion."

Lagi-lagi Dani diam. Ia menatap lekat mata tajam didepannya yang juga menatapnya intens.

"Mau dikelonin kamu."

"Dih."

"Oh jadi ga mau?"

Mata Tion menatap lebih tajam lagi membuat Dani sedikit takut.

"I-iya. Ta-tapi lepasin dulu. Aku mau ganti baju."

Senyum Tion mengembang. Kemudian melepaskan kelincinya setelah mencuri kecupan manis di pipi gembilnya.

"Jangan lama, sayang."

Ujarnya saat Dani berlari mengambil baju dan ke kamar mandi. Sementara ia lompat dengan girangnya keatas ranjang dan mengambil ponselnya kemudian memainkannya untuk mengecek pekerjaannya.

Tak sampai 5 menit Dani keluar kamar mandi. Mengenakan piyama bergaris lengan panjang tapi celananya pendek. Hanya setengah pahanya yang tertutup.

 Hanya setengah pahanya yang tertutup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DANIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang