24. Jealous🔞❌⚠️

4.9K 121 0
                                    

Dani mengusap keningnya yang berkeringat. Hari ini pelanggan begitu banyak membuatnya harus mengeluarkan tenaga ekstra hari ini.

Ia memilih membantu pegawainya dari pada hanya duduk di ruangannya. Itu terlihat membosankan.

Sepertinya ia harus melakukan renovasi untuk memperluas kafenya dan ia juga akan menambah karyawan untuk membantunya.

"Kak. Kalo capek istirahat aja. Sini aku yang lanjutin." Ujar Karin yang melihat Dani berkeringat seperti itu.

"Ga usah, Rin. Tanggung ini. Kamu anter aja itu yang udah jadi. Bentar lagi juga jam istirahat."

"Oke, Kak."

Karin mengambil nampan itu kemudian keluar untuk mengantar. Dani menyelesaikan kopi terakhir itu dan mengantarkannya sendiri ke meja pelanggan.

"Loh... Kak Dani?"

Dani mengernyit setelah meletakkan minuman itu. Menatap wajah yang tampak familiar untuknya.

"Pasti lupa. Sepupu sendiri njir."

"Varel! Njir muka lu beda banget. Perasaan terakhir gw liat lu masih bocil."

Varel itu anak dari adiknya Lina. Sepupu Dani. Saat lulus TK, Varel dan keluarganya memang pindah ke kalimantan membuat Dani tak pernah lagi bertemu dengannya. Lst kontak juga tidak. Hanya saja jarang berkomunikasi.

Dani memeluk Varel karena rindu. Begitu pula sebaliknya.

"Kangen banget gw."

"Gw apalagi, kak."

Dani duduk di depan Varel dan memilih mengobrol di jam istirahatnya.

"Kapan pindahnya, Rel?"

"Minggu lalu, Kak."

"Nanti kirim alamat ya. Gw mau mampir sekali-kali."

"Iya kak. Btw.... gw denger-denger kakak udah nikah ya? Sorry ya ga bisa dateng waktu itu. Mama ngasih kabarnya telat sih."

"Wkwk iya gw udah nikah."

"Pasti ama cowok kan? Spek cantik mulus kek lu ga bakal dapet istri. Pasti lu yang pihak istri."

"Sialan lu. Tapi iya. Gw nikah sama cowok."

"Nanti kenalin ya."

"Iya deh."

Dan lain sebagainya mereka mengobrol banyak. Bahkan Varel menunggu sampai kafe tutup karena masih rindu si gembul. Maklum. Waktu kecil mereka seperti perangko dan lem.

Alin mengunci pintu kafe setelah Dani keluar.

"Yakin nih kak ga mau bareng?" Tanya Alin.

"Ga usah, Lin. Tion bentar lagi dateng kok."

"Oh yaudah deh. Duluan ya kak."

"Iya tiati, Lin."

"Iya, kak."

Alin mengambil motor yang terparkir sendirian kemudian pergi dari sana.

"Mau gw anterin?"

"Anjir! Ngagetin bahlul! Lu ngapain masih disini, heh?!"

"Orang masih kangen juga. Btw gw ganti nomor nih kemarin. Lu simpen gih."

Dani menghela napasnya kemudian menyalin nomor Varel di ponselnya.

"Udah nih. Gih balik sana. Udah malem juga."

"Kakak pulang sama siapa?"

"Suami gw dateng bentar lagi."

DANIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang