8. Pertolongan

3.2K 151 3
                                    

Paginya Dani bangun lebih awal karena dia tidur juga sangat awal. Ia merenggangkan badannya dan duduk. Memijat lehernya sejenak karena salah bantal.

Tidak. Bukan salah bantal. Itu karena dia memang tidur di sofa ruang keluarga. Ponselnya di kamarnya jadi ia hanya bisa menonton tv hingga ketiduran.

Ia mengambil remot dan mematikan tv yang menyala sedari malam. Melihat jam yang menunjukkan pukul setengah 6 pagi.

Ia bangkit dan langsung menuju dapur. Ia enggan keatas karena takut terjadi sesuatu dipagi hari begini. Jadi ia akan memasak terlebih dahulu.

Jam setengah 7 ia selesai. Menatanya di meja makan bersamaan dengan Tion yang turun dengan gadis semalam. Dani tersenyum miris.

"Mas. Sarapannya..."

"Lu makan aja sendiri. Gw mau makan diluar sama cewek gw. Dan lu berangkat sendiri. Kunci motor di laci lemari."

Langkah kaki Tion membuat jantung Dani melemah. Kepalanya kembali menunduk dan lagi-lagi air matanya keluar. Ia menarik napas dalam-dalam dan mengusap kasar wajahnya.

"Lo bisa, Dan! Ayo!" Semangatnya pada diri sendiri sambil memukul dadanya yang terasa begitu nyeri.

Ia menatap semua masakannya dan berjalan ke dapur kembali. Mengambil kotak makan plastik dan membungkus semuanya. Ada sekitar 6 kotak lengkap dengan nasinya.

Ia menghela napas melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 7. Sudah bisa dipastikan ia akan terlambat.

Ia ke atas dan membuka pintu kamarnya.

Kakinya mematung melihat kondisi kasurnya yang begitu berantakan. Dan bau sperma menyengat kuat.

Ia tersadar saat mendengar dering telepon nyaring. Ia menghampiri meja nakas dan mengambil ponselnya. Ganzi menelepon.

"Lo dimana, woy?! Gerbang udah di tutup!"

"A-aduh gw kesiangan. Semalem maraton Drakor gw! Beneran udah ditutup?!" Dani pura-pura panik. Agar mereka percaya ia benar-benar kesiangan.

"Parah bangke! Bikin panik aja! Yaudah jadi mau gimana?! Kalo lu ga berangkat gw bikinin surat."

"Nggak ah males. Tapi nanti gw nyalin ya hehe..."

"Yaudah. Biar bisa tidur juga lu bangke! Makanya jangan begadang mulu kerjaan lu!" Imel Ganzi.

"Haha iya iya sorry. Ini gw ngantuk banget! Apa kalian ga telat ke kelas?!"

"Eh iya anjing! Yaudah bye!"

Tut Tut Tut...

Senyum cantik itu luntur seketika. Nyeri sekali harus berpura-pura seperti itu. Apalagi pada ke2 sahabat baiknya. Dani terus mengucap kata maaf berulang kali.

Ia bergegas mandi dan mengganti perbannya. Ia rasa kakinya sedikit membengkak dan pinggiran lukanya membiru membuatnya terus merasa keram.

Kini Dani sudah rapi. Dengan memakai kaos putih dilapisi kemeja kotak merah dan celana jeans selutut berwarna krem. Ia memakai sendal rumah karena dia memang hanya akan jalan-jalan sebentar.

Ia turun kebawah memasukkan kotak plastik berisi makanan itu kedalam Tote bag dan keluar rumah. Tak lupa menguncinya.

"Tuan muda. Anda mau kemana?" Tanya paman penjaga gerbang rumah nya.

"Dani mau jalan sebentar, paman. Paman bisa bawa mobil ga?"

"Bisa, Tuan. Tapi saya tidak bisa meninggalkan ger..."

DANIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang