15. Karma

3.2K 148 6
                                    

Pagi itu terasa sangat runyam. Dengan perdebatan sengit antara 5 lelaki. Tentu saja 1 vs 4. Bisma dan Bryan berusaha menenangkan Ganzi dan Samudra yang mengamuk ingin ikut Wega memukuli Tion yang sudah nampak babak belur. Bastara sudah puas memaki-maki Tion tadi. Dan selanjutnya Wega yang bertindak. Disusul ke2 sahabat Dani itu.

"Gw benar-benar nyesel udah biarin Dani sama Lo sialan!! Gw pastiin Lo nyesel seumur hidup Lo! Bangsat! Lepasin gw! Gw mau hajar manusia ga tau hati itu!" Marah Samudra dan Ganzi dalam amanan ke2 kekasih masing-masing.

"Nak. Bawa mereka keluar dulu ya. Mommy dan bunda mau ngomong sama Tion." Bryan dan Bisma mengangguk kemudian menarik ke2nya keluar. Lina menarik Wega yang masih betah memukuli sang putra.

Tari membantu tion berdiri. Kemudian mengamankannya dari 2 oknum yang tengah menatapnya bengis.

Kemudian Lina menyeret ke2nya keluar. Setelahnya ia menutup pintu dan menguncinya dari dalam.

Lina meringis melihat kondisi putra semata wayangnya yang tak baik-baik saja. Penuh luka bahkan ujung bibirnya nampak robek disebelah kiri. Mata kanannya mulai lebam membiru. Wega marah itu bukan pilihan bagus untuk mendekat.

"Bukan Tion, Mom. Maaf."

Lina mengangguk mengerti. Naluri ibu nya jelas tau anaknya tengah dalam pikiran yang kacau. Ia menangkup wajah tampannya yang terlihat mengerikan. Pasti butuh waktu lama untuk menyembuhkannya.

"Jelasin pelan-pelan, nak."

Dan Tion menarik napasnya lalu menjelaskan dari awal munculnya masalah hingga seperti ini. Tion banyak meminta maaf dalam setiap kalimatnya yang membuat ke2 wanita itu tak tega tapi Tion juga salah disini. Jelas semua perkara, dia penyebabnya. Tapi Dani juga salah paham padanya. Ini akan rumit.

Ke2nya tak bisa berkata-kata. Mereka mungkin bisa memastikan bahwa ini perkara terakhir yang Tion buat. Tapi sepertinya tak mudah bagi Dani percaya lagi pada lelaki itu.

"Tion mau berubah Bunda, Mommy. Tion udah sayang sama Dani."

"Kamu bisa pelan-pelan ngomong sama Dani, nak. Pasti susah kalo kami yang jelasin."

"Tion usahain, Bun. Maafin Tion udah buat luka anak bunda."

"Bunda marah sama Tion. Tapi bunda juga sayang sama menantu bunda. Kali ini tolong jaga Dani ya, nak."

"Iya, Bun."

"Yaudah mommy obatin dulu ya lukanya." Tion mengangguk. Napasnya melega. Setidaknya masih ada ke2 wanita ini yang percaya dan mendukungnya. Ntah bagaimana ia harus kembali menjelaskannya pada ke4 pria yang agaknya masih akan mengamukinya nanti.

***

Tion memarkirkan motornya dengan tergesa kemudian berlari masuk. Tak peduli atensi orang-orang yang menatapnya aneh, ia tetap fokus pada tujuannya.

Lalu tanpa permisi membuka pintu putih itu dengan tak sabaran membuat yang didalam terkejut.

"Bun?"

Tari mengangguk mengerti. Merasa tangan yang menahannya. Ia menggeleng dan melepaskan tangan halus itu lalu keluar. Menyisakan 2 makhluk yang kini merasakan canggung luar biasa.

"Yang..."

"Pergi."

Tion menggeleng menolak. Ia harus meluruskan semua masalahnya secepat mungkin.

"Yang aku bisa jelasin. Plis dengerin aku dulu."

"Gw bilang pergi."

Dani menatap Tion dengan tatapan benci luar biasa. Itu membuat hati Tion sakit.

DANIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang