18. OM

4.1K 207 5
                                    

Dani menatap kesal ke3 benda ditangannya. Ingin rasanya ia mencabik-cabik wajah tampan itu.

"Wahh Papi!! Itu Lego buat Ion kan?" Girang Rion saat ia menuruni tangga setelah mandi. Dari umur 2 tahun, Rion memang suka mengkoleksi Lego. Bahkan kamarnya sepertinya akan penuh dengan mainan itu.

Ini sudah 1 Minggu penuh Tion selalu mengganggunya dengan mengirimi bunga dan hadiah juga Lego buat Rion. Muak sudah ia.

"Iya ini."

"Papi yang beli?"

"Bukan."

"Oma? Appa?"

"Bukan, sayang."

"Teyus siapa, papi?"

"Lego yang kemarin-kemarin juga bukan papi yang beli, sayang. Itu hadiah buat Rion."

"Hadiah? Dayi siapa, Papi?"

Dani terdiam. Bagaimana ia menjawabnya?

"Emm... Itu dari..."

Ting tong...

Suara bel berbunyi nyaring memotong ucapan Dani.

"Bentar ya ada tamu. Sayang bawa ini dulu ke ruang tamu ya. Kita nanti rakit bareng."

"Oteyyy, Papi."

Rion mengambil legonya kemudian pergi. Dani meletakkan buket bunga dan kotak panjang itu dimeja sampingnya kemudian berjalan untuk membukakan pintu.

"Hay."

Dani mematung ditempat. Melihat siapa didepannya.

'Ganteng banget anjing!' kerasnya dalam hati.

Bagaimana tidak. Ada seorang lelaki tampan didepannya dengan rambut hitam tertata rapi. Badan atletis yang dilengkapi kemeja yang digulung lengannya kemudian celana panjang hitam. Diserasikan dengan gelang dan jam tangan mahal. Apalagi wajahnya.

Ketampanannya melebihi kapasitas. Rahangnya yang tegas. Alisnya yang tebal. Matanya yang tajam. Bibirnya yang menggoda dan senyumannya. Aduhh Dani mau pingsan rasanya.

"Ekhem... I-iya?"

"Ada waktu ga?"

"Ga ada. Sibuk. Kenapa?"

"Em mau ajak dinner. K-kalo ga mau juga ga papa. Ga maksa kok."

Hening sejenak. Dani melongokkan kepalanya ke ruang tamu dimana disana ada Rion yang tengah menunggunya.

"Rion sayang! Sini nak." Panggilnya. Rion bangkit dan menghampiri sang Papi.

"H-hallo, Rion." Sapanya

"Hallo juga Om tampan."

Bjir. Canggung banget dipanggil Om. Batinnya.

"Papi boleh ga makan malem di luar sama OM ini?" Tanya Dani menekankan kata Om untuknya.

"Boleh. Tapi Ion ikut ya?"

Mata Dani beralih menatapnya.

"Y-ya boleh. Ajak lah. Kan mau family time."

Dani merotasikan bola matanya kemudian kembali memfokuskan perhatiannya pada Rion.

"Izin sama Oma dulu gih sana baru kita pergi."

"Okeyy Papi."

Rion dengan semangat menemui Tari di kamarnya untuk meminta izin. Setelahnya ia keluar lagi dengan senyuman tampannya.

"Sudah, papi."

"Boleh?"

"Boleh. Tapi kata Oma tak boleh pulang malam-malam."

DANIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang