09.

4.9K 401 1
                                    

.

sekarang alan, fahmi dan iron sudah berada di ruang pribadinya atau kantor di mansion.

"ada apa lan?" tanya fahmi, sekarang mereka sedang duduk di sofa.

alan menatap papanya dengan tatapan datar "apa papa main fisik pada Alvin? padahal papa sendiri yang melarang kami bermain fisik padanya!"

"apa maksud mu lan?" tanya iron yang melihat anaknya seperti menahan amarah.

"iya lan ada apa dengan Alvin?" tanya fahmi yang sedari tadi melihat amarah yang di tahan oleh alan.

"hah, tadi saat aku menganti bajunya aku melihat bekas cambuk dan bekas jahitan di tubuhnya" ucapnya, dua pria berbeda umur itu terkejut mendengar itu, berarti Alvin sudah kembali ke mansion Affrian.

"papa tidak pernah bermain fisik padanya, papa hanya mendiaminya saja dan kadang kadang menggertaknya."

fahmi berdiri dari duduknya
mereka berdua menatap fahmi yang berdiri dan berjalan ke arah pintu.

"mau ke mana kau fahmi" tanya iron.

"aku akan menjenguk adikku di kamarnya" ucapnya, fahmi berjalan keluar di ikuti alan dan iron menuju lantai dua di mana kamar Alvin berada.

ceklek

fahmi dapat melihat tubuh putih adiknya sudah berwarna merah. itu seperti warna kulit ibunya, asli Korea berbeda dengan kulit mereka, warna asli orang indonesia.

fahmi berjalan ke tempat tidur Alvin dan mendudukkan pantatnya di samping Alvin.

"sakit apa dia" mengecek suhu tubuh Alvin yang sangat panas.

"dia sakit demam tinggi dan maag, mungkin 5 hari lagi sembuh" ucapnya yang duduk di dekat kaki Alvin.

"bang, coba tarik bajunya" fahmi mengangguk dan menarik kaos putih alvin sampai atas perut.

iron dan fahmi benar benar terkejut melihat banyak bekas jahitan dan ada beberapa di samping tubuhnya kelihatan bekas cambuk yang tidak terlalu lama.

"siapa yang melakukanya" aura kamar sekarang sangat tegang alan yang merasakan aura mereka sedikit takut.

"enghh"

mata biru yang sedari tadi tertutup sekarang terbuka sedikit dan menatap ke arah samping ada tiga orang yang sedang menatapnya tapi Alvin tidak bisa melihat wajah mereka.

"dik bagaimana? apa masih panas?" tanya fahmi dengan raut wajah khawatir.

Alvin hanya menatap mereka dan kembali menutup matanya.

"lan panggil dokter fardan lagi" setelah menelpon dokter beberapa menit kemudian dokter fardan datang dan langsung masuk ke kamar Alvin.

"kenapa dengan Alvin"tanya iron.

"hanya kelelahan dia memaksa tubuhnya bergerak lebih dan mungkin dia mencoba mengembalikan ingatannya yang hilang karna kecelakaan" mereka bertiga benar benar terkejut sekarang.

"kenapa sedari awal kau tidak memberi tahuku!" ucap iron menatap tajam fardan.

"sebenernya aku ingin mengatakan itu saat dia akan pulang ternyata dia kabur dari rumah sakit" ucapnya santai.

"jadi dia tidak mengenaliku dan papa" tanya fahmi dan di angguki oleh fardan.

"bisakah para tuan keluar? agar tuan saya bisa istirahat dengan tenang"ucap AI yang tiba tiba muncul di sisi lain kasur.

"AI? kenapa kau kesini? bukankah tuanmu kevin?"tanya fahmi berturut"

"tidak, tuan saya tuan Alvin dan juga tuan kevin, jadi kalian bisa keluar terutama anda tuan Affrian"

"kenapa kau mengatur kami? kau yang seharusnya keluar" ucap Alan yang menatap marah pada hologram di depannya.

"jika saya keluar berarti tuan Alvin juga"ucap AI santai.

"baik para tuan kita harus keluar agar Alvin bisa beristirahat" ucap fardan.

mereka keluar satu persatu dari kamar yang masih di pantau oleh AI.

"kau sudah membuat geng dan anggotanya?"tanya Alvin dan di angguki oleh AI.

"sudah tuan anggota sudah ada sekitar 100 orang dan markas hampir selesai dalam beberapa hari lagi, untuk sekretaris juga sudah tapi tuan zay tetap bekerja menjadi sekretaris anda juga" mendengar itu Alvin terkekeh.

"hah zay memang setia padaku" Alvin menutup matanya dan masuk ke alam bawah sadarnya.

Transmigrasi kevin or alvinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang