Selamat membaca sayangkuuu
Lanjutannya.......
"Lepasin gue!" teriak ashel. Tapi cowok yang menariknya seolah menulikan pendengarannya.
Saat ini, Adel dan ashel tengah berjalan menuju ruang kepala sekolah, seperti yang dijanjikan Adel bahwa cowok itu akan membuat ashel terkena
hukuman dari Bu Siska.
Para murid yang sedang berlalu-lalang di koridor itu tampak menatap mereka dengan bingung. Apalagi para siswi yang melongo saat melihat tangan Adel yang menarik pergelangan tangan Ashel. Akan tetapi Adel tidak perduli dan hanya memandang lurus ke dengan wajah yang terlihat dingin.
"Heh ketos! Lo mau bawa gue kemana sih?!" tanya Ashel yang tidak digubris oleh Adel.
Kesal, Ashel hanya menghembuskan napasnya kasar. "Adel! Ketua OSIS!" Panggil Ashel dengan nada tinggi. "Jawab! Gue mau dibawa kemana, dugong?!"
Adel bedecak kesal. "Bawel!" ujarnya yang membuat Ashel melongo tidak percaya. Sedetik kemudian Ashel mendengus sebal dan hanya pasrah mengikuti langkah sang ketua OSIS.
Sesampainya di ruang kepala sekolah, Adel segera mengetuk pintunya. Begitu mendengar suara yang menyuruhnya masuk, Adel langsung membuka pintunya seraya mengucapkan salam. Dan terdengarlah jawaban salam yang berasal dari mulut Bu Siska, kepala sekolah sma48 jakarta.
Bu Siska tidak dapat menahan keterkejutannya saat melihat Adel tidak sendirian. Ashel yang ditatap seperti itu oleh Bu Siska hanya memasang wajah malas-malasan sambil kedua tangannya dilipat di depan dada.
"Adel, kenapa kamu bawa Ashel kesini?" Tanya Bu Siska sambil menunjuk Adel dengan jari telunjuknya.
Adel melirik Ashel sekilas.
"Jadi, begini Bu, saya telah memergoki Ashel sedang membuli seorang siswi kelas sepuluh di ujung koridor dekat gudang sekolah. Dan tujuan saya kesini adalah meminta bu Siska untuk menghukum Ashel karena telah melakukan suatu tindakan yang melanggar peraturan sekolah," jelas Adel dengan nada santai.
Mendengar penjelasan Adel, Bu Siska hanya bisa mengelus dada sambil mengeluarkan napasnya kasar. Jujur saja, Bu Siska benar-benar lelah harus dihadapi terus oleh kelakuan Ashel yang tidak ada kapoknya saat diberi hukuman.
Bu Siska lalu menatap Ashel yang tengah fokus pada kuku-kukunya yang panjang dan berwarna pink menyala. Kemudian turun ke bawah dimana Ashel memakai seragam putih ketat dengan rok abu-abu yang hanya panjang di pertengahan paha. Tanpa menggunakan dasi ataupun ikat pinggang. Dan dengan baju seragam yang dikeluarkan dari roknya.
"Ashel," panggil Bu Siska. Ashel menoleh dan hanya memandang Bu Siska dengan sebelah alis terangkat. "Saya sudah beberapa kali mengingatkan kamu untuk memakai seragam sekolah dengan rapih, bukan?" Tanya Bu Siska yang hanya dijawab dengan anggukan malas Ashel. "Lalu kenapa tidak dilakukan?"
"Males," jawab Ashel singkat. Bibirnya mendekat pada kuku jarinya dan meniup sedikit saat ada debu yang menempel di ujung telunjuknya.
Sekali lagi, Bu Siska menghembuskan napasnya pelan untuk menetralkan emosinya yang sudah berada di ubun-ubun. Kemudian matanya tertuju pada Adel yang saat ini tengah menatap Ashel dengan pandangan tidak percaya.
"Adel?" panggil Bu Siska. "Sekali lagi saya tanya kenapa kamu bawa Ashel ke sini?"
"Tentu saja meminta bu Siska untuk menghukum ashel. Bukannya tadi saya sudah mengatakannya," ujar adel dengan kedua alis tertaut.
"Maaf, tidak bisa. Sekarang kamu bawa Ashel keluar."
Mendengar itu Adel tidak dapat menahan keterkejutannya. Ia Bu Siska dengan tidak percaya.
"Apa bu? Tidak bisa?" tanya Adel.
"Iya, saya tidak bisa," jawab Bu Siska santai.
"Tapi kenapa, bu? Ashel sudah melanggar peraturan sma48 jakarta, dan biasanya ibu yang selalu menghukum siapa saja murid yang melanggar tata tertib sekolah kan bu? Lalu kenapa ibu tidak bisa menghukum Ashel? Apa alasannya?"
"Saya sedang sibuk. Apa kamu tidak melihatnya, Adel?" Bu Ana menunjuk mejanya yang dipenuhi oleh kertas-kertas putih dengan mata yang masih menatap Adel. "Baiklah, kalau begitu bagaimana kalau kamu saja yang menghukum Ashel."
Adel melotot begitu telinganya mendengar ucapan Bu Siska. "Loh, kok saya sih, bu?"
"Memangnya kenapa? Bukannya kamu ingin ashel dihukum? Karena saya sedang sibuk, jadi kamu saja yang menggantikan saya untuk menghukum Ashel."
Hampir saja Adel memutar bola matanya di hadapan Bu Siska, jika saja Adel tidak segera menahan dan malah melirikkan matanya ke arah ashel.
"Apa Lo lihat² gue"ucap Ashel ketus
"Tapi di hiraukan oleh Adel."
Varo heran, disaat seperti ini cewek itu masih saja terlihat santai dan bahkan terkesan tidak peduli. Padahal jika murid lain pasti tubuhnya sudah bergetar sambil menundukan kepalanya dalam-dalam. Tapi lihat! Ashel malah justru sibuk membersihkan kuku-kuku jari lentiknya dari debu yang menempel di ujung kukunya.
Menghela napas pelan, Adel kembali mengarahkan pandangannya ke Bu Siska.
"Bagaimana? Apa kamu bisa membantu saya?" tanya Bu Siska lagi.
"Iya, Bu," jawabnya yang membuat Bu Siska tersenyum simpul kemudian mempersilahkan Adel dan Ashel keluar dari ruang kepala sekolah.
Adel dan Ashel pun keluar setelah sebelumnya adel mengucapkan salam yang dijawab pula oleh Bu Ashel.
Di luar, Adel berhenti tepat di depan pintu.
"Heh! Mau ke mana lo?" tanya adel saat melihat Ashel ingin melangkah meninggalkannya.
"Apa urusan lo? Udah selesai kan? Ya gue mau ke kelas lah!" ketus ashel. Kemudian melangkahkan kakinya hendak pergi tapi belum sempat untuk langkah kedua, pergelangan tangan kanannya sudah ditarik oleh sebuah tangan kekar yang lalu menariknya menuju lapangan basket berbentuk ruangan yang letaknya di belakang gedung sekolah.
Sesampainya di depan pintu lapangan basket, Adel segera membuka pintunya bertepatan dengan ashel yang langsung menarik tangannya, membuat cekalan Adel terlepas begitu saja.
"Bisa nggak sih lo nggak narik-narik tangan gue?! Emang gue kambing ditarik-tarik?!" omel ashel dengan mata melotot tajam.
Adel hanya menatap ashel datar.
"Masuk!" perintah adel.
"Nggak!" balas Ashel galak.
"Gue bilang masuk!" ujar Adel tak kalah galak.
Dengan kesal dan dengan sangat terpaksa, Ashel akhirnya masuk ke dalam diikuti Adel di belakangnya. Adel kemudian menutup pintunya lalu berjalan menuju sebuah keranjang besar yang isinya ada banyak bola basket dengan warna yang berbeda-beda.
"Sini lo!" kata Adel dengan menggerakan tangannya, menyuruh ashel untuk mendekat padanya.
Ashel berdecak. "Apaan lagi sih?" katanya sambil berjalan menghampiri Adel.
"Gue mau lo pindahin semua bola basket ini ke keranjang yang letaknya di ruang itu," kata adel sambil menunjuk sebuah ruangan yang letaknya di sudut stadion lapangan basket.
"Apa?! Kok gue? Enak aja lo nyuruh-nyuruh. Ogah!" jawab Ashel kesal sambil melipat tangan di depan dada.
"Gue nggak nyuruh lo. Ini hukuman. Kalau lo nggak mau, gue nggak jamin lo bisa keluar dari stadion ini. Ngerti?"
Setelah mengucapkan itu, Adel melangkah menjauh dan duduk di kursi pinggir lapangan basket. Sedangkan ashel, cewek itu tidak dapat menahan kekesalannya. Mulutnya tidak berhenti menyumpah serapahi Adel yang saat ini tengah duduk santai sambil memperhatikannya.
"Woy, lakuin! Malah ngoceh aja kayak burung Beo," kata Adel saat melihat Ashel tidak juga melakukan perintahnya. Malah mulutnya sibuk berkomat-kamit, mengoceh sendiri.
"Sabar kampret!" jawab Ashel kesal sambil membawa dua bola basket sekaligus di kedua tangannya. Kemudian membawanya ke ruangan yang ada di sudut lapangan basket.
Segini dulu ya gess
Jangan lupa untuk di vote biar aku semangat mikirnya heheh🐼
KAMU SEDANG MEMBACA
KETUA OSIS VS CEWEK PEMBULLY
عشوائي"aku berhak menghukum lo dan ngelarang lo buat ga membully murid di sekolah ini karena gue ketua OSIS"ucapannya "Halah sok belagu lu,lu cuma ketua OSIS,suka² gue mau bully kek"ucap gadis itu