Selamat membaca sayangkuuu
"Seseorang yang tidak bisa menghargaimu, tidak
pantas disebut sebagai orang yang spesial. Tapi Jika memang dia bisa menghargaimu, sudah pasti
dia Akan memperlakukanmu dengan spesial."
unknowLanjutttt
Sinar matahari yang menembus celah jendela kamar membuat cowok yang saat ini masih terbaring di ranjangnya, mengeryitkan dahinya. Mata Adel kemudian perlahan terbuka. Dan yang pertama kali dilihat oleh cowok itu adalah langit-langit kamar yang berwarna cokelat muda.
"Selamat pagi." Sapaan ceria yang berasal dari suara di sampingnya membuat adel cepat menoleh, dan menemukan Ashel tengah menatapnya dengan tersenyum lebar.
Adel menghembuskan napasnya berat. Terlalu malas untuk melihat wajah Ashel di pagi hari ini.
Dilihatnya jam dinding yang menunjukan pukul delapan pagi lewat lima menit. Tumbenan sekali karena pagi ini Adel bangun siang. Padahal biasanya Adel selalu bangun pagi, setidaknya pukul setengah lima. Meskipun hari ini bukan hari sekolah, tapi cowo itu tetap akan bangun pukul setengah enam untuk melaksanakan ibadah solat subuh. Tapi mungkin karena efek kelelahan jadi Adel harus bangun siang hari ini.
"Del, hari ini kan hari sabtu, biasanya kalo hari libur gue suka bete. Gimana kalo kita jalan-jalan keluar."
Adel kembali menatap Ashel yang masih menatapnya dengan senyum lebar miliknya. Posisi cewek itu tengah duduk di sampingnya dengan tubuh yang dicodongkan ke arah Adel. Dan tanpa merespon ucapan cewek itu, Adel langsung beranjak dan berjalan keluar kamar.
"Eh, Adel mau ke mana?" Adel segera berjalan untuk menyusul Adel.
Sesampainya di ruang tamu, langkah Adel langsung terhenti dan terperangah dengan keadaan ruang tamunya. Cowok itu melihat barang-barang yang tadinya berserakan akibat ulah floran dan ollan karena kemarin mereka mampir ke apartemen Adel untuk menginap, namun sekarang barang-barang itu telah tertata rapih kembali ke tempatnya masing-masing. Adel mengeryit. Dalam hati dia bertanya, siapa yang telah merapihkan ruang tamunya?
"Gimana? Rapih kan. Hehe... siapa dulu yang rapihin?" Ashel berkata dengan mengangkat dagunya tinggi-tinggi.
Adel menoleh ke arah Ashel. "Lo yang rapihin?" tanya Adel seraya menunjuk ruang tamunya.
"Iya dong." Ashel kembali menatap Adel dengan senyum lebarnya. "Karena semalem lo udah nolongin gue, jadi gue berterima kasih sama lo dengan cara ngerapihin apartemen lo. Lo suka, kan?"
Adel mengernyit, bingung dengan perubahan Ashel pada pagi hari ini. Semalam Ashel terlihat sedih dan ketakutan tapi sekarang cewek itu bahkan sudah kembali tersenyum dan seakan kejadian semalam tidak membuatnya trauma.
Padahal Adel tadinya mengira karena kejadian yang hampir membuat Ashel kehilangan keperawanannya, akan membuat cewek itu terus mengingatnya sampai berhari-hari. Namun dia salah. Hanya dengan waktu semalaman mampu membuat cewek itu melupakan kejadian yang dianggap menyeramkan oleh cewek itu.
"Btw, lo emangnya nggak bete apa kalo libur nggak ke mana-mana? Gue sih bete. Apalagi kalo harus seharian di dalem apartemen. Bisa sumpek yang ada," kata ashel yang malah nyerocos di hadapan Adel.
"Itu sih lo. Bukan gue," jawab Adel seraya memutar bola matanya malas.
"Ya tapi kan sama aja."
"Beda lah. Gue sama lo itu beda," kata Adel. "Eh, lo udah baikan kan sekarang. Sana gih pulang ke rumah lo. Punya duit buat naik taxi kan," usir Adel seraya menghedikan dagunya ke arah pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KETUA OSIS VS CEWEK PEMBULLY
Rastgele"aku berhak menghukum lo dan ngelarang lo buat ga membully murid di sekolah ini karena gue ketua OSIS"ucapannya "Halah sok belagu lu,lu cuma ketua OSIS,suka² gue mau bully kek"ucap gadis itu