cewek nakal 23 ✓

1.5K 97 1
                                    

"Aku tidak tahu harus berkata apa lagi.
Tapi yang pasti ini sangat menyenangkan."
-Ashel Adzana Alifiyah

~×~


Adel memerhatikan sekitar tempat itu. Sepi. Tak ada orang sama sekali. Padahal di samping gang di mana saat ini Adel berpijak terdapat club. Biasanya club itu setiap hari selalu ramai oleh pengunjung, tapi tidak tahu kenapa sekarang club itu lebih terlihat seperti bangunan tua tanpa penghuni. Bahkan bagian depan club itu terdapat lapisan besi berbentuk jeruji. Apakah club itu ditutup?

Ah entahlah Adel tidak ingin memusingkan club itu. Sekarang kembali ke awal, dimana sekarang tujuan Adel saat ini adalah masuk ke dalam gang itu. Setelah menimbang-nimbang untuk masuk sambil berdiri di depan gang, akhirnya dengan pelan-pelan Adel melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam gang. Meski terlihat santai, mata hijau nan tajam Adel tidak berhenti untuk terus melirik ke sana ke mari, mengawas sekitar gang itu karena siapa tahu saja ada pergerakan tiba-tiba yang tidak Adel ketahui.

Saat ini Adel memang sendirian di sini, karena tadi Adel telah menyuruh Ollan dan Floran untuk menunggunya di depan ruko samping club. Namun sudah berpesan pada kedua sahabatnya agar terus mengawasi ponsel mereka. Karena Adel akan segera memanggil mereka ketika dia sudah bertatap muka dengan Dion.

Masih dengan langkah yang santai tidak hentinya Adel untuk tetap terus waspada. Keadaan sekitar gang sangat sunyi dan gelap. Hanya ada satu penerang yang berasal dari satu lampu di atasnya. Itupun tidak menerangi keseluruhan gang tersebut. Dan bisa Adel lihat dari jarak sekitar tiga meter, ada sebuah bayangan manusia yang sedang berdiri di hadapannya. Adel yakin kalau itu mungkin salah satu di antara mereka.

Masih mempertahankan ekspresi datarnya, Adel berdehem.

"Woy, gue udah dateng. Sekarang lo muncul." Adel berkata tegas dengan sebelah tangan tenggelam di saku celana jeans yang dipakainya.

Setelah itu Adel mendengar suara langkah kaki yang menghampirinya. Seketika saja mata Adel memicing. Dan dari kegelapan yang pekat di hadapannya, muncul lah beberapa orang yang memakai pakaian serba hitam dengan sebuah tudung jaket yang menutupi kepala mereka.

Adel mendengus. Ternyata benar yang dikatakan kedua sahabatnya. Dion tidak hanya membawa kedua temannya saja tapi dia juga membawa kawanannya. Lalu apakah yang akan terjadi setelah ini? Apakah Adel akan dikeroyok oleh mereka? Adel terkekeh dalam hati, dia tidak menyangka jika Dion bisa sepengecut ini.

"Jadi, lo bawa kawanan?" tanya Adel tersenyum miring sambil memandang Dion yang berdiri paling depan seperti pemimpin-oh atau memang Dion lah pemimpin mereka.

"Ya, mereka emang kawanan gue," jawab Dion seraya membuka tudung jaketnya yang menampilkan jambul di bagian depan rambutnya.

Adel mendengus geli seraya memalingkan wajah ke arah lain. "Nggak nyangka gue. Ternyata lo ngajak gue ke sini buat nunjukin rasa pengecut lo? Begitu?" Adel memandang remeh Dion yang kini menunjukan ekspresi bingung di wajahnya. "Dion-Dion, ternyata selain lo itu pecundang, lo juga pengecut."

"Jaga omongan lo, Adel," kata Dion memperingati sambil menunjuk Adel dengan jari telunjuknya. "Gue nggak pengecut. Dan juga gue ngajakin lo ke sini itu bukan buat nunjukin rasa pengecut gue. Tapi gue ngajak lo ke sini itu untuk memberi peringatan ke lo."

Wajah yang tadinya menampilkan ekspresi datar, kini telah berubah dengan keterbingungan yang sangat jelas di wajah Adel. "Peringatan?"

"Ya, Adel. Gue cuman mau meringatin ke lo, untuk jangan ganggu hubungan gue dengan Ashel. Karena biar bagaimana pun lo bukan siapa-siapa di antara hubungan kita berdua. Jadi jangan ikut campur. Dan untuk perlakuan lo waktu itu ke gue dan teman gue, gue bakalan berusaha untuk ngelupain. Asalkan lo menjauh dari Ashel. Kalo lo nggak nurutin peringatan ini, lo bakal tau akibatnya saat kawanan gue nyerang lo dan teman-teman lo. Dan saat itu juga keselamatan lo dan teman lo bakalan terancam."

KETUA OSIS VS CEWEK PEMBULLY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang