Selamat membaca sayangkuuu"Sometimes you have to forget the people
you've loved and try to move on."
- Ashel Adzana AlifiyahLanjuttttt......
>Disekolah
Sebuah ketukan pintu terdengar, membuat Adel yang tengah menyelesaikan tugas sekolahnya di ruangan itu berhenti sejenak. Cowok itu menoleh, berjalan ke arah pintu dan membukanya. Menemukan seorang gadis yang tengah tersenyum manis dengan sebuah buku jurnal di tangan.
"Assalamualaikum, kak."
"Wa'alaikumussalam. Masuk, mut." Adel membuka lebar pintu untuk mempersilahkan muthe masuk.
"Ada apa ke sini?" tanya Adel yang langsung kembali ke kursinya untuk melanjutkan pekerjaannya.
"Ini kak. Aku disuruh kak Floran buat naruh jurnalnya di meja sekretaris," jawab muthe seraya berjalan menghampiri meja sekretaris dan meletakkan jurnalnya di atas meja.
Adel yang semula menunduk, lantas mengangkat kepalanya untuk menatap muthe. "Loh, kok kamu mau disuruh-suruh sama Floran?"
"Bukan kak. Tadi kak Floran buru-buru ke ruangan Bu Ainun buat ikut ulangan susulan. Terus pas di jalan nggak sengaja ketemu. Jadi, kak Floran minta tolong aku buat naruh jurnalnya."
"Ya tapi kan dia bisa ke sini dulu sebentar buat naruh jurnalnya. Kenapa harus nyuruh kamu. Ck, emang kebiasaan tuh anak." Adel menggeleng-gelengkan kepalanya, mengetahui temannya yang memang suka seenaknya dengan orang lain.
Muthe terkekeh geli. "Nggak apa-apa kok, kak. Lagian aku juga emang ada perlu ke sini," kata muthe sambil berjalan menghampiri Adel.
Adel tidak menoleh. Karena cowok itu kembali menunduk untuk mengerjakan tugasnya. Sehingga tidak menyadari jika kini muthe sudah berdiri di sampingnya.
"Kakak lagi ngapain?" tanya muthe seraya melirik ke arah meja Adel.
"Ini, lagi ngerjain tugas ekonomi. Dari tadi nggak kelar-kelar," jawab adel yang membuat muthe kembali terkekeh.
"Eh, ini materinya sama kayak materi aku, kak." Tiba-tiba muthe berkata sambil menunjuk buku adel.
"Oh ya?" tanya Adel yang dibalas anggukan riang oleh muthe.
"Iya. Coba kak, aku lihat. Mungkin aku bisa bantu kakak buat nyelesein tugasnya."
"Kamu yakin?"
"Iya."
Adel kemudian menggeser bukunya ke hadapan muthe. Tampak cewek itu terlihat membaca soal-soal yang tertera di buku tulis Adel. Dan dalam diam, muthe memuji tulisan Adel yang begitu indah di matanya. Jarang sekali ada seorang cowok yang memiliki tulisan tangan sebagus ini. Bahkan tulisan tangan Afdo tidak sebagus tulisan tangan Adel. Meskipun milik Afdo tidak buruk. Tapi tetap saja bagi muthe, tulisan tangan Adel yang terbagus.
Dengan sabar Adel menunggu hingga muthe selesai membaca soal. Dan tanpa disangka olehnya, muthe langsung mengambil secarik kertas dan mencoret-coret kertas itu untuk menghitung angka. Dua nomer, tiga nomer, dan seterusnya. Muthe bahkan menyelesaikan semua nomer yang ada di tugas Adel.
"Nah udah selesai," kata muthe Riang.
"Hah, udah." Adel yang kaget langsung melihat pekerjaan muthe di kertas itu. Lalu terperangah karena cara-cara serta hitungan angkanya sama dengan yang diajarkan oleh guru Adel.
"Wah... kamu hebat juga ya, mut. Saya aja nggak tau cara-caranya gimana. Tapi kamu bisa nyeleseinnya, padahal kamu masih kelas sepuluh," puji adel seraya melemparkan senyuman lebarnya pada muthe. Yang seketika saja membuat pipi muthe memerah. Gadis itu tersipu karena untuk pertama kalinya Adel memujinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KETUA OSIS VS CEWEK PEMBULLY
Acak"aku berhak menghukum lo dan ngelarang lo buat ga membully murid di sekolah ini karena gue ketua OSIS"ucapannya "Halah sok belagu lu,lu cuma ketua OSIS,suka² gue mau bully kek"ucap gadis itu