Pesta barbeque yang diharapkan penuh tawa kini malah terasa canggung. Aura yang terasa sangatlah dingin dan tidak bersahabat, hanya bunyi makanan yang sedang dimasak menemani kecanggungan ini.
Naka yang sudah tidak tahan dengan kecanggungan ini memilih menarik tangan Jenar dan membawanya kedalam Mansion. "Jen, si Marka nggak ada ngomong sesuatu gitu ke kamu?" tanya Naka.
Jenar diam tidak menjawab, ia meraih tangan kanan Naka dan mengelus tangan itu dengan lembut. Tatapan nya kini beralih menatap Naka yang sedang menatapnya dengan pandangan menuntut jawaban. "Biarin mereka yang selesaikan masalah mereka ya?" tutur Jenar dengan nada lembut.
Naka jelas menggeleng, kedua sahabatnya selalu ada disaat ia punya masalah dan keduanya akan membantu dirinya untuk menyelesaikan masalah, kali ini masa iya dia harus diam disaat sahabatnya punya masalah?
"Kamu jelasin sama aku, kalian itu sahabat nggak mungkin kalian nggak tau masalah sahabat kalian" ucap Naka dengan nada agak meninggi.
Jenar menghela nafas, ia tidak suka jika Naka sudah berbicara dengan nada tinggi didepan nya seperti itu. "Kamu jangan emosi dulu Na, iya aku bakal jelasin tapi nanti. Kamu sabar ya? Biarin mereka tenang lebih dulu, sekarang kita adain pesta barbeque seperti halnya pesta yang ramai, paham?" jelas Jenar, akhirnya mau tidak mau Naka mengangguk dengan lemah.
"Ayo sekarang kita balik kesana, kita buat suasana canggung itu hilang okay?" Naka mengangguk lagi.
Akhirnya Naka dan Jenar kembali dengan senyum terpaksa di wajah mereka. Naka kembali mengambil alih panggangan dan membantu Reinal membakar daging ayam. Haikal sedang sibuk mengolesi sosis dengan saos, Marka ada dipojokan memainkan ponselnya.
Keduanya terlihat tidak peduli satu sama lain, hanya ada aura permusuhan jika keduanya saling berhadapan.
"Haikal sosisnya udah belum?" tanya Naka sedikit berteriak tanpa menatap Haikal.
Haikal mengangguk kecil, "Udah" jawabnya singkat lalu membawa mangkok berisi sosis ke tempat Naka.
Naka mengambil alih mangkok lalu memberikan piring berisi ayam bakar yang sudah matang kepada Haikal. Haikal yang diberi piring memandang bingung pada Naka.
"Itu lo kasih sama Marka, Jenar sama Galang udah dapat" jelas Reinal yang melihat ke-terbingungan Haikal.
Haikal melebarkan matanya terkejut, ia meletakkan kembali piring ke atas meja dengan kepala menggeleng menolak. "Nggak, gue nggak mau" ucapnya menolak. "Lo aja yang kasih ke dia" sambungnya ingin melangkah pergi balik ketempat nya semula.
Tapi Reinal lebih dulu meraih kerah baju Haikal hingga Haikal berteriak karena merasa sakit di lehernya. "Anjeng"
Naka menoyor kening Haikal dengan gemas, "Nggak ada anjing disini" ucapnya.
Haikal cemberut mengusap lehernya pelan, "Sakit anjir pelan pelan kek" sungut nya kesal.
Naka menggeleng geli, "Nggak usah sok lucu, nih bawa kasih ke ayank lo tuh" ucap Naka kembali memberikan piring ke tangan Haikal. Ia mendorong bahu Haikal menuju Marka lalu meninggalkan keduanya di sana.
Reinal dan Naka bertepuk tangan setelahnya. Ini memang rencana keduanya, mereka berpikir memang benar sahabatnya itu perlu waktu berdua untuk menyelesaikan masalah mereka. Jenar dan Galang hanya bisa mengangguk setuju dengan ide kedua nya, mereka tidak bisa menentang.
"Jenar ayok pergi ke kolam ikan, kita makan di sana aja" ajak Naka menarik tangan Jenar yang sedang bersantai menikmati sosis bakar.
Jenar yang sedang sibuk makan itupun terpaksa berdiri dan berjalan dengan tidak elit, wajahnya terkena saos karena tarikan Naka yang dadakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Awas Kalau Selingkuh Lagi ✔
RandomSatu bulan pacaran setelahnya putus karena diselingkuhin berkali kali, tapi sehari kemudian balikan lagi. Siapa lagi kalau bukan Naka dan kekasihnya Jenar. Ditambah dengan kisah sahabat mereka yang jalan percintaan sama sama aneh. "Awas kalau sel...