20

368 10 0
                                    

Dimalam hari yang indah, seorang pria manis terlihat sedang dalam suasana hati yang baik, suasana hatinya membaik karena sang kekasih yang sudah lama hilang kabar kini menelpon dirinya.

"Sayang kamu jadi masuk fakultas seni?"

"Nggak jadi, aku mau masuk jurusan tata boga" jawab Naka menggelengkan kepalanya.

Jenar mengernyitkan dahinya, saat kelulusan sma kekasih manisnya itu memberitahu akan masuk ke bagian seni, tapi sekarang kenapa malah berganti?

"Loh? Kenapa ganti?"

"Aku udah nggak terlalu tertarik sama seni. Aku lagi suka masak, terutama buat kue" jawab Naka antusias.

Jenar menggelengkan kepalanya pusing. "Berarti kalau kamu udah nggak suka masak lagi, kamu bakal keluar dari tata boga gitu?"

"Ya enggak lah, aku jamin kali ini bakal sampai lulus, janji. Lagian kan aku pengen belajar jadi istri yang baik buat kamu nanti" goda Naka dengan mata berkedip kedip.

Jenar memalingkan wajahnya salting. Sial, kenapa saat dekat atau berbicara dengan Naka ia selalu salting seperti ini? Padahal dulu tidak pernah sekalipun ia salting. Naka ini memang sangat ajaib sampai bisa membuat seorang playboy sok cool jatuh di kakinya.

"Kalau kamu nggak kuliah juga nggak masalah. Ada aku yang bakal nafkahi kamu nanti. Kamu nggak perlu susah payah buat kuliah" kata Jenar dengan wajah yakin.

Naka tersenyum lembut, "Aku masih pengen ngelanjutin kuliah" balas Naka.

Jenar tidak bisa mengganggu gugat perkataan kekasihnya lagi. Ia hanya bisa mengangguk membalas senyum lembut Naka. Ia tidak akan pernah melarang Naka untuk melakukan apa yang dia sukai. Jenar tidak ingin terlalu membatasi Naka, tetapi setelah menikah nanti, mungkin dirinya akan sangat over protective pada Naka.

"Ya udah terserah kamu aja. Ini udah hampir tengah malam kan di sana? Kamu udah makan?" tanya Jenar melihat jam dilayar ponselnya yang masih menampilkan waktu di tempat kelahiran nya.

Naka menganggukkan kepalanya pelan. "Aku udah makan tadi sama Papa. Daddy nggak pulang karena kerjaan di perusahaan numpuk" jawab Naka membuat Jenar menghela nafas lega.

Sejujurnya, apa yang harus ditakuti olehnya? Naka tidak mungkin melewatkan makan. Makan nomor satu baginya.

"Sayang, kita lanjutin kapan kapan lagi ya? Aku harus kuliah sekarang" ucap Jenar dengan wajah merasa bersalah.

Sudah sangat lama keduanya tidak saling berhubungan, dan Jenar merasa bersalah karena tidak memiliki waktu lebih banyak lagi untuk menemani Naka. Ia benar benar harus segera menyelesaikan kuliahnya agar bisa pulang dah mendapatkan restu untuk menikahi kekasih hatinya.

Jenar harus berjuang sekuat tenaga untuk mendapatkan Naka, semangat.

Naka memasang wajah sedih, Jenar semakin merasa bersalah. "Ya udah deh nggak papa. Tapi nanti kalau kamu ada waktu luang telpon aku ya? Janji" jawab Naka dengan perasaan tidak ikhlas.

Jenar mengangguk mengarahkan jari kelingking ke layar ponsel. "Janji" ucapnya dengan senyuman lebar sebagai penutup vidio call mereka hari ini.

Tuttt

Naka membaringkan tubuhnya di kasur, melempar ponselnya sembarang arah, ia menutup kedua matanya dengan tangan kanan. "Sulit banget ternyata kalau jalanin hubungan ldr" gumam Naka tersenyum pahit.

Jika tau akan sesulit ini, Naka akan memilih untuk mengikuti Jenar bersekolah di luar negeri. Daddy nya memang sangat menjengkelkan karena tidak memberitahukan dirinya tentang rencana mereka, rencana Daddy Yuttaka dan Daddy Jamal.

Awas Kalau Selingkuh Lagi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang