18

393 16 0
                                    

Semalam Naka benar benar dimarahi oleh sang Daddy dan juga Papa. Saat tiba di Mansion, Daddy Yuttaka menunggu dihalaman Mansion sembari memegang batang lidi, Naka yang takut meneguk ludahnya kasar. Papa Winny tidak marah, pria yang berumur namun memiliki wajah cantik itu hanya memasang wajah khawatir dan lega saat melihat sang anak pulang dengan keadaan selamat.

Sebagai orang tua, tentu saja keduanya khawatir dengan putra satu satunya mereka yang belum sampai di Mansion. Sudah hampir jam 12.00 dan anak mereka belum sampai di Mansion. Hampir saja Yuttaka mengerahkan para bodyguard untuk mencari Naka, tetapi untung saja anak itu lebih dulu sampai di Mansion sebelum para bodyguard berangkat.

"Papa huhuhu sakit" rengek Naka diatas kasur.

Semalam sang Daddy memukul pahanya menggunakan batang lidi, memang tidak kencang tapi sampai meninggalkan bekas memerah di kulit putih Naka.

Winny yang sedang mengompres paha Naka hanya bisa menghela nafas, anaknya yang satu ini sangat rewel saat sedang sakit seperti ini. "Udah diam, lagian salah kamu juga. Makanya kalau udah dikasih izin sama Daddy yah harus kamu ikuti peraturan yang Daddy buat, nih kan liat sekarang paha kamu merah merah gini" kata Winny mengomeli dan menunjuk paha Naka.

Naka memajukan bibirnya, keningnya mengkerut sebal. "Papa jahat" setelahnya Naka menyembunyikan kepalanya di dalam selimut dan membalikkan tubuhnya membelakangi sang Papa.

Winny hanya bisa menghela nafas lagi menghadapi putranya yang sedang dalam mode manja.

"Anak siapa sih" batin Winny tidak tahan lagi. Dia ini bukan pria sabaran, hanya saja semenjak menikah sifatnya berubah drastis demi menjaga keluarga nya.

"Naka, Daddy marahin kamu biar kamu nggak ngulang kesalahan yang sama lagi" nasehat Winny dengan nada lembut.

Naka tidak menanggapi dan tetap membalik tubuhnya membelakangi sang Papa. Winny hanya bisa bersabar, mencium kening putranya dan mengucapkan selamat tidur lalu keluar dari kamar Naka. Tidak lupa ia mematikan lampu dan juga menutup pintu dengan rapat.

Naka mengeluarkan sedikit kepalanya, mengambil ponselnya yang ia letakkan di atas nakas lalu membuka aplikasi chatting nya. Naka berharap Jenar membalas pesan nya, tetapi yang ia dapatkan malah kedua sahabatnya yang sedang berdebat.

"Jenar kemana sih? Udah lima hari nggak ada kabar. Mau nya dia apasih? Apa dia selingkuh lagi?" tanya Naka pada dirinya sendiri.

Jenar memang harus senantiasa dicurigai bukan?

"Tapi kata ortunya Jenar, si Jenar lagi fokus belajar di sana. Dia emang jarang megang ponsel tapi dia baik baik aja kok kata orang tuanya" gumam Naka pelan.

Sebagai seorang kekasih bukan kah seharusnya Jenar mengabarinya? Setidaknya berikan satu pesan saja. Entah itu hanya sekedar kata 'p' tidak masalah. Berikan Naka sedikit petunjuk kalau Jenar sedang baik baik saja saat ini di sana. Jika seperti ceritanya Naka hanya bisa berpikir negatif terhadap kekasihnya itu, ia tidak bisa berpikir positif.

Lagipula belajar seperti apa yang menyentuh ponsel 15 detik saja tidak bisa?

Naka bukan orang bodoh walaupun terkadang terlihat bodoh.

Polos dan bego beda tipis, ingat.

Dan Naka mengakui dirinya sedikit polos atau pun bodoh. Hei dia ini ini juga manusia biasa, bukan super hero atau pun malaikat.

"Apa mungkin Jenar punya cewek di sana?"

"Apa ceweknya lebih cantik dari gue?"

"Jenar bukan Seme lagi dong berarti?"

Itulah pertanyaan yang keluar dari mulut Naka, tetapi tidak ada satu pun orang yang bisa membalas pertanyaan Naka. Mungkin ada setan yang menjawab tapi Naka tidak dapat mendengarkan.

Awas Kalau Selingkuh Lagi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang