Masih di tempat yang sama,
Kini Naka sudah berdiri menatap marah pada seorang pria yang ia kenal. Pria itu yang sudah membuat teman barunya ketakutan bahkan sampai menangis. Pria itu memang tidak berubah dari dulu, selalu berwajah datar dan menakutkan.
"Jidan lo tuh dari dulu kenapa suka nakutin anak orang hah?" marah Naka berkacak pinggang menatap pria yang bernama Jidan dengan marah.
Jidan yang namanya disebut hanya bisa diam, wajahnya memang sudah seperti ini dari dalam lahir, tidak bisa dirubah lagi. Memang hanya bisa datar, bahkan saat lahir saja ia tidak menangis itu yang diceritakan oleh Buna nya.
"Maaf. Gue nggak maksud buat nakutin kalian" kata Jidan menggaruk tengkuknya gugup. Ia bingung harus bereaksi seperti apa.
Naka memukul lengan Jidan pelan lalu memeluk Wanwan. "Udah Wanwan jangan nangis lagi. Itu Jidan nya udah Naka pukul" ucap Naka menenangi Wanwan.
Semua yang ada diruangan menahan rasa ingin berteriak gemas, dua uke ini milik siapa? Kenapa bisa nyasar ke sini? Mereka terlihat seperti anak smp tau.
"Huhuhu Wanwan mau pulang aja" kata Wanwan menarik ingusnya menggunakan baju lengan Naka.
Naka memandang horor bajunya yang kini kotor terkena noda dari Wanwan, ingin rasanya marah tetapi tidak tega. Naka juga biasanya seperti itu, jadi sadar diri saja.
"Nak Naka mari ikut bapak ke ruang khusus untuk berganti pakaian. Semua pakaian kalian sudah tertata rapi di sana" kata bapak pemilik universitas.
Ini adalah universitas swasta, milik sendiri jadi bisa suka hati. Semua yang tidak ada di universitas lain maka ada di sini. Universitas ini memang dikhususkan untuk anak orang kaya dan manja.
Naka mengangguk menarik tangan Wanwan, sepertinya ia memang butuh berganti baju. Untung saja baju tambahan disediakan di sini.
Mahasiswa baru yang ada di sana hanya bisa melambaikan tangan pada kedua uke manis dan lucu itu, berharap bisa satu kelas dengan mereka. Waktu kuliah selama beberapa tahun akan terasa menyenangkan sepertinya.
Padahal sewaktu kelulusan sma, Naka berniat sekolah ke jenjang yang lebih tinggi dengan serius. Tetapi pada akhirnya perkataan nya hanya menjadi angin lalu yang mungkin sudah dilupakan.
Memang benar benar anaknya Yuttaka.
"Nah nak Naka sama nak Wanwan bisa masuk ke dalam untuk mengganti baju. Letakkan saja baju kotornya di sana, nanti seseorang akan membersihkan dan memberikan lagi pada kalian" kata bapak pemilik universitas sembari tersenyum ramah.
Sebenarnya untuk bagian baju kotor, itu adalah ulah dari Jenar dan Yuttaka yang tidak ingin Naka merasa kesulitan di fakultas yang baru ia masuki. Yuttaka tidak ingin anak manjanya menjadi mandiri, ia hanya ingin anaknya yang selalu bergantung kepada dirinya.
Sudah dibilang bukan oleh Haikal dan Reinal kalau Naka itu sangat di manja oleh kedua orang tuanya.
"Terimakasih pak" ucap Naka menundukkan sedikit tubuhnya lalu mulai masuk ke dalam, tidak lupa menarik tangan Wanwan.
Wanwan yang sedari tadi tangan nya ditarik tarik hanya bisa diam mengikuti kemana ia ditarik.
Naka menyuruh Wanwan untuk duduk disebuah sofa yang ada diruangan. Karena Wanwan anak baik alhasil ia hanya menurut saja.
"Nah Wanwan duduk di sini dulu ya" kata Naka menepuk nepuk pelan kepala Wanwan seakan mengatakan 'anak baik' pada Wanwan yang kini menatapnya polos. "Naka ganti baju dulu" lanjut Naka sebelum pergi memasuki ruang ganti.
Wanwan memainkan tangan nya merasa bosan, Naka lama sekali ganti baju nya. Ponselnya juga ia tinggal di dalam tas, dan tas itu ada diruangan tadi sebelum mereka di sini. Wanwan menghela nafas pelan merasa bosan, tapi senior yang tadi memang sangat menyeramkan, pikir Wanwan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Awas Kalau Selingkuh Lagi ✔
RandomSatu bulan pacaran setelahnya putus karena diselingkuhin berkali kali, tapi sehari kemudian balikan lagi. Siapa lagi kalau bukan Naka dan kekasihnya Jenar. Ditambah dengan kisah sahabat mereka yang jalan percintaan sama sama aneh. "Awas kalau sel...