Get Married! (End)

1.2K 68 10
                                    

#Tanka Pov

Rasanya sangat lega semuanya berhasil berakhir dengan damai dan bahagia, sesuai dengan harapanku sebelumnya.

Setelah melihat, mendengar, dan menyaksikannya langsung aku sudah memaafkan Master Benawagh jika suatu hari dia meminta maaf padaku. Namun, jika dia tidak meminta maaf pun itu tidak masalah bagiku. Aku tidak merasa dendam terhadapnya. Sejak kecil, aku tidak mengenalnya atau Ajeng Nareswari yang telah melahirkan aku ke dunia. Jadi, mengapa aku harus dendam? Mengapa aku harus membenci dan marah? Itu hanya akan menyebabkan penyakit hati. Lagipula, jika bukan karena mereka, aku tidak akan ada sampai hari ini.

Aku hanya seorang anak yang tercipta bukan dari cinta hasil pernikahan. Ah, biarlah, yang penting sekarang aku sangat bahagia. Konflik ini telah memberikan arah yang jelas dalam hidupku yang sebelumnya tidak jelas dan terombang-ambing.

Hmm... Sudah lebih dari sepuluh hari aku pergi, dan aku sangat merindukan Tizian. Terlebih lagi, melihat kedekatan dua orang dewasa itu membuatku iri dan ingin segera mendapatkan perhatian Tizian, hehe.

Aku bergegas pulang ke rumah. Rasanya ingin segera melompat ke pelukannya, tetapi sepertinya aku harus menahan keinginan itu. Dia menyambut kedatanganku dengan mengenakan celemek, wajahnya berdebu tepung, dan tangannya memegang spatula.

"T-Tan..." Dia tersenyum menyambutku dan membukakan pintu sendiri, karena sebelumnya aku sudah memberitahunya melalui chat.

"Kamu habis ngapain, Zi? Kok kamu belepotan begini?" tanyaku.

"Aku sedang memasak," jawabnya.

"Oh... sudah selesai belum masakannya?" tanyaku dengan sengaja, sebenarnya karena ingin langsung mengajak Tizian ke kamar, tetapi melihat Tizian yang belepotan akibat memasak, aku merasa kurang pantas untuk mengungkapkan keinginanku secara langsung.

Tizian menggelengkan kepala dengan ekspresi sedih.

"Kalau begitu... ayo, biar aku yang memasak untukmu," kataku.

"Oh, kamu bisa masak ya, Tan?" Tizian mungkin teringat saat pertama kali bertemu denganku, aku pernah mengatakan padanya kalau aku bisa memasak.

"Tentu bisa dong, kamu mau aku masakin apa, sayang?" Ucapku sambil kusapu-sapu adonan tepung yang mengering dipipinya.

"Tapi seharusnya aku yang ingin memasak untukmu, tapi hasilnya malah seperti ini," Tizian menunjukkan piring dengan makanan yang berantakan ketika aku dan dia sudah sampai di ruang dapur.

"Aahh jangan khawatir masalah itu. Ayo, katakan padaku apa yang ingin kamu makan? Masakan lokal atau masakan luar negeri?" Aku mencoba menghiburnya.

"Kalo kamu beneran bisa masak oke deh, aku ingin makan masakan Italia!" Tizian menjawabku.

"Baik, akan kubuat segera. Kamu duduk saja di kursi sana, tunggu aku selesai memasak, ya?" Ucapku.

Tizian memasangkan celemek bersih di tubuhku, sementara aku sambil membuka layar ponsel. Tidak kusangka dia merebut Handphone dari tanganku.

"Zi-Ziian anu..."

"Gak perlu mencari di Google untuk bisa membuat masakan Italia, kan?"

Ah, sial sekali sepertinya dia bisa membaca pikiranku, akupun hanya bisa tersenyum "Um... hehe"

"Ayo, aku tunggu hidangan Italia buatanmu," Tizian terus menggodaku dan semakin terlihat bahwa sebenarnya aku tidak terlalu pandai memasak.

"Ah... baiklah, baiklah," aku tetap percaya diri, meskipun pada akhirnya hidangan Italia yang kubuat berbentuk aneh, tidak tahu nama makanannya apa dan rasanya mungkin sama anehnya dengan bentuknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TankaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang